Kehamilan tak diinginkan di kalangan remaja Bali masih tinggi.
Makin banyak remaja mengakses layanan kesehatan reproduksi. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah remaja yang mengakses layanan kesehatan reproduksi di Klinik Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Bali meningkat. Salah satunya karena kegiatan penjangkauan kelompok remaja marjinal dan pelayanan mobile services makin ditingkatkan.
Layanan terbanyak yang diakses adalah pelayanan keluarga berencana meliputi konseling dan alat kontrasepsi. Pada 2011, jumlah remaja yang mengakses sebanyak 679, lalu meningkat pada 2012 menjadi 684. Terakhir, tahun ini sampai Juni saja sebanyak 375 orang.
Dari jumlah itu, tiap tahun, rata-rata 50 persen pasien adalah remaja yang datang dengan kasus kehamilan tak diinginkan (KTD). “Kebanyakan belum menikah. Kami merujuk ke tim medis yang berwenang,” kata I Gusti Agung Agus Mahendra, Koordinator Kita Sayang Remaja (Kisara), kelompok muda dari Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Bali. Sebagian lagi memutuskan menikah muda untuk melanjutkan kehamilan.
Menurutnya kasus KTD masih banyak sekali padahal sudah sosialisasi dan perluasan akses di edukasi, tapi masih tinggi. “Penanggulangannya di klinik kami dengan konseling, buka mata mereka dan beri pilihan,” kata Agus pekan lalu.
Menurut Agus, idealnya Bali punya shelter untuk kasus-kasus seperti. Di Yogyakarta misalnya ada pendampingan dan pelayanan kesehatan bagi korban KTD. Mereka mendapat pendampingan jika mereka belum memutuskan pilihan dan tindak lanjut.
Minoritas
Mulai tahun lalu Kisara menjangkau komunitas remaja kelompok minoritas seperti gay, waria, perempuan pekerja seks, dan lesbian. Perluasan penjangkauan ini dinilai penting dan strategis.
Selain itu, remaja yang dilayani pemeriksaan dan pengobatan infeksi menular seksual (IMS) pada tahun lalu 146, meningkat menjadi 129 selama enam bulan tahun ini. Remaja yang mengakses pelayanan HIV termasuk konseling dan VCT adalah 255 pada tahun lalu.
Remaja yang masuk dalam penjangkauan ini berusia 10-24 tahun, sebagian besar di Denpasar. Sisanya datang dari sejumlah kabupaten lain. Remaja yg termarjinalkan ini dinilai dipinggirkan karena keyakinan atau orientasi seksualnya.
Progra Kisara bertajuk “I am young with choices” ini menargetkan sejumlah hal. Di antaranya akses remaja terhadap paket esensial pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual yang ramah meningkat. Kedua, akses remaja terhadap pendidikan seksual yang komprehensif dengan berbasis hak dan sensitive gender meningkat. “Kebutuhan dan hak reproduksi dan seksual remaja juga diharapkan menjadi prioritas dalam system kesehatan lokal,” tambah Agus.
Gay Muda
Di sisi lain, program ini belum bisa menjangkau lebih banyak guru dan orang tua sebagai pendukung utama. Baru ada dua sekolah yang tertarik bekerja sama dalam program comprehensive sexual education ini yakni sekolah SLUA 1 Saraswati dan SMAN 8 Denpasar.
“Keduanya sebagai pilot project karena guru antusias. Tujuannya pendidikan seksual masuk kurikulum namun masih sulit karena pelajaran siswa krn masih sangat padat sehingga sulit masuk,” jelas Agus.
Implementasinya diharapkan masuk di intrakurikuler, dengan cara insersi di pelajaran bahasa Indonesia, sosiologi, biologi, atau agama. Kedua, ekstrakurikuler melalui kelompok ekstra di sekolah.
Untuk pertama kali ada kelompok gay muda yang mau coming out dan melakukan testimonyi di jumpa pers Kisara ini. Kelompak Pelangi Muda Bali Bali ini terdiri dari belasan gay berusia di bawah 24 tahun.
Praba dan Giri, siswa perempuan dari SMA Saraswati Denpasar mengatakan terkejut melihat fakta yang disampaikan Kisara. “Kaget ternyata banyak seusia kami yang punya kasus KTD,” kata Praba. Keduanya mengatakan pendidikan seksualitas hanya didapatkan ketika ada kunjungan dari Kisara atau komunitas remaja lain ke sekolah. [b]
Foto ilustrasi dari Ruang Psikologi.
kaaget juga lihat data diatas…..harus sering diexpose berita kaya gini….masukin beritanya ke balipost atau radar bali biar pada sadar dan waspada para orangtua di bali…..jangan hanya berita reklamasi aja capek liat berita itu lagi itu lagi…..salut buat Luh De Suriyani