• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Tuesday, May 13, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Tiga Generasi Penenun Songket Gelgel

Luh De Suriyani by Luh De Suriyani
28 January 2014
in Berita Utama, Kabar Baru
0 0
0

rumah songket-alat pengurai benang

Klungkung tak hanya punya lukisan Kamasan.

Salah satu kearifan yang dirawat adalah menenun. Salah satunya kain Songket. Ada tiga usia generasi penenun yang masih tiap hari bekerja di Desa Gelgel, Klungkung salah satu sentra kerajinan tenun dengan alat tenun bukan mesin di Bali.

Generasi termuda adalah Ni Wayan Sekarini, 25 tahun. Perempuan ini selalu mengajak anak laki-laki 3 tahunnya ikut bekerja di sebuh workshop tenun milik I Ketut Mustika, salah satu pengusaha kain tenun.

Sekarini mengaku senang menenun walau tak terlalu banyak memberikan penghasilan tapi menyenangkan. “Saya senang nenun, sekarang lebih senang kain Endek karena lebih ringan dan sedang tren dibanding Songket,” katanya.

Seperti warga Hindu di Bali pada umumnya, Songket memang jarang dipakai, hanya saat upacara tertentu seperti Pernikahan atau Metatah. Selain lebih berat, juga karena harganya mahal, dan perlu perawatan khusus.

Untuk selembar selendang Songket ukuran panjang 1,75 cm dan lebar 50 cm, ia mengaku baru menyelesaikan satu bulan. “Upahnya sekitar Rp 500 ribu, karena saya belum bisa cepat menenun,” ujarnya. Hari itu dia membuat selembar Songket warna pink.

Sebelum kerja di workshop, Sekarini berjualan canang di pasar sampai pukul 8 pagi. Kemudian usai memasak baru dia bergabung dengan temannya yang lain menenun sampai sore.

tenun-sekarini dan anaknya1

Modifikasi
Generasi lebih tua adalah Ni Wayan Sumarni, 43 tahun. Perempuan murah senyum ini mengaku sudah menenun lebih dari 30 tahun. “Sejak saya SD, saya sudah bisa nenun,” katanya.

Ia makin senang melihat kain tenun tak hanya dililitkan jadi kain. Tenun juga dimodifikasi menjadi tas, sepatu, sarang bantal, dan lainnya.

Penenun paling uzur di gelgel, salah satunya Gusti Made. Perempuan berusia hamper 70 tahun ini juga bekerja di Rumah Songket dan Endek Dian’s milik Mustika di Gelgel.

Gusti Made melakukan tahapan yang dinilai paling butuh kesabaran, yakni menyusun benang-benang di beberapa bilah kayu yang akan ditaruh di alat tenun Songket. Dengan cekatan ia mengurai gulungan benang agar nanti mudah dijalin dan diurai menjadi motif-motif tertentu.

Pengerajin tua lain melakukan kerja penuh detail dan terlihat membosankan lainnya, “nulak” atau mengurai benang-benang yang kusut dengan alat tradisional seperti kincir angin kecil untuk siap disusun oleh Gusti Made.

Kerajinan tenun dari Bali dinilai makin cerah di masa depan karena pasar domestik makin meningkat. Namun, industri tenun dari alat tenun bukan mesin di Klungkung mengaku belum banyak dukungan dari pemerintah kabupaten.

“Belum pernah ada pameran khusus kerajinan tenun di Klungkung. Padahal sentra kerajinan tenunnya banyak,” kata I Ketut Mustika, salah satu pengusaha tenun popular di Klungkung. Ia membesarkan usaha tenun yang berawal dari satu dua karya ibunya yang pekerja tenun rumahan.

rumah songket-motif wayangTanpa Jejaring
Mustika mengatakan, Gelgel mestinya bisa didesain seperti desa-desa khas kerajinan kain lainnya yang masyhur di Jawa agar mudah ditemukan oleh pengunjung. Misalnya dengan membuatkan map-map wisata tenun, atau pusat informasi lainnya.

Pria yang dulu bekerja di Nusa Dua ini menyatakan karena tak diorganisir dengan baik, usaha tenun harus membesarkan usahanya sendiri-sendiri, tanpa berjejaring. Demikian juga pengerajinnya.

“Makanya saya harus rajin memasarkan dan mengenalkan produk sendiri agar wisatawan tahu di Gelgel ada sentra kerajinan tenun,” tambah Mustika.

Pihak swasta yang menurutnya banyak memberi dukungan antara lain adalah Garuda Indonesia. Perusahaan penerbangan negara ini memberi dana dan pelatihan pengembangan desain produk dan pemasaran.

Saat APEC lalu di Bali, usahanya dikunjungi sejumlah delegasi perempuan sebagai model pengembangan ekonomi perempuan di pedesaan.

Mustika menyebut usaha kerajinan tenun Bali sangat berpotensi dikembangkan untuk membangunkan penenun tradisional di desa-desa. “Pasar domestik makin ramai, kami kadang kewalahan karena terbatasnya tukang tenun atau saat cuaca hujan sulit mengolah bahan baku,” katanya.

Selain Gelgel, sentra kerajinan tenun lainnya di Bali adalah Sidemen, Karangasem dan Nusa Penida. [b]

Tags: EkonomiEkonomi KreatifKlungkung
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Luh De Suriyani

Luh De Suriyani

Ibu dua anak lelaki, tinggal di pinggiran Denpasar Utara. Anak dagang soto karangasem ini alumni Pers Mahasiswa Akademika dan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Pernah jadi pemimpin redaksi media advokasi HIV/AIDS dan narkoba Kulkul. Menulis lepas untuk Mongabay.

Related Posts

Ditekan Hingga Tandatangani Surat Damai, Korban Penyiksaan Buser Polres Klungkung Pastikan Tidak Cabut Laporan

Ditekan Hingga Tandatangani Surat Damai, Korban Penyiksaan Buser Polres Klungkung Pastikan Tidak Cabut Laporan

10 July 2024
Menanam Pohon di Bukit agar Air tak Lagi Sulit

Menanam Pohon di Bukit agar Air tak Lagi Sulit

11 April 2021
Kakao Lestari yang Mengubah Hidup Petani

Bali, Berhenti Mendewakan Bule, Kembalilah Bertani

6 February 2021
Garam Kusamba: Memanen Air Laut Mengandalkan Terik

Garam Kusamba: Memanen Air Laut Mengandalkan Terik

26 January 2021
FRONTIER dan WALHI Usul Lokasi Pusat Kebudayaan Terpadu Dipindah

FRONTIER dan WALHI Usul Lokasi Pusat Kebudayaan Terpadu Dipindah

4 December 2020
Pot Kayu Produk Anak Milenial di Masa Pandemi

Pot Kayu Produk Anak Milenial di Masa Pandemi

14 November 2020
Next Post
Lingkaran Setan atas Nama Hidup Mapan

Lingkaran Setan atas Nama Hidup Mapan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

matan AI

Intelektual Blangko

11 May 2025
Merawat Kreativitas dan Kebebasan Berpikir Anak Muda Melalui Muruk dan Nutur

Merawat Kreativitas dan Kebebasan Berpikir Anak Muda Melalui Muruk dan Nutur

10 May 2025
Jangan Panik, Lakukan Ini Ketika Terjadi Pemadaman Listrik

Jangan Panik, Lakukan Ini Ketika Terjadi Pemadaman Listrik

9 May 2025
KB Krama Bali Bebankan Perempuan Secara Fisik dan Mental

KB Krama Bali Bebankan Perempuan Secara Fisik dan Mental

9 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia