Bau sedap dan gurih langsung tercium ketika saya masuk warung soto sapi Singapore di jalan Nangka Utara ini. Warung ini adalah salah satu warung soto langganan saya. Nama Singapore pada warung ini mengacu pada pohon singapur di depan warung.
Namanya saja soto sapi, maka daging soto ini adalah daging sapi. Irisannya berbentuk dadu. Kuahnya bercampur dengan kaldu sapi dan berbagai ramuan bumbu seperti bawang putih, jahe, merica, ketumbar, dan pala. Daging sapi disajikan dalam mangkuk dengan kuah yang baunya sudah bikin ngiler karena saking gurihnya.
Daging sapi yang disajikan teksturnya empuk. Kuah yang diberi tambahan bumbu garam, bawang goreng, dan seledri itu membuat daging itu makin terasa gurih. Begitu kuah itu dicicipi, gurih dan segarnya benar-benar langsung terasa. Cocok banget untuk dinikmati di pagi hari.
Tak heran maka di Warung Singapore itu sampai penuh pengunjung. Sekitar 20 tempat duduk di warung berlantai tanah ini penuh. Sebagian orang harus berdiri antri.
Warung Singapore sendiri hanya satu dari puluhan warung soto sapi di Denpasar. Warung ini salah satu yang paling ramai karena memang rasanya, menurut saya, paling nikmat. Warung ini pula salah satu yang menyajikan sate sapi sebagai daging tambahan. Sate ini dijual terpisah. Jadi kalau tidak pesan khusus ya tidak akan dilayani.
Warung soto sapi lain yang menyediakan sate sapi adalah Warung Mertasari di jalan Gatsu Timur, dekat perempatan jalan Noja dan jalan Noja Saraswati. Warungnya di pinggir jalan berdinding anyaman bambu dan atap asbes. Meski warungnya sederhana, rasa soto sapi di warung ini tetap terasa gurih dan nikmatnya.
Selain dua warung tersebut, warung soto sapi lain di Denpasar adalah Warung Soto Sapi Karangasem di jalan Nangka Selatan, sekitar 30 meter sebelum perempatan Banjar Tainsiat. Ini salah satu warung sapi langganan saya.
Menu dan cita rasa soto sapi di semua warung itu memang sama. Maklum mereka memang berasal dari satu orang yang sama, I Nengah Widana. Pak Ngah, panggilannya, bersama Ni Nengah Kariani adalah salah satu pelopor warung soto sapi di Denpasar. Mereka berasal dari Desa Pekarangan, Kecamatan Manggis, Karangasem.
Pasangan suami istri jualan soto sapi sejak 1974. Dari semula jualan pakai gerobak di Pasar Kumbasari, Pak Ngah kini bisa berjualan di empat warung termasuk yang di jalan Nangka Selatan yang kini dikelola anak keduanya. Warungnya yang lain ada di jalan Belimbing dengan nama Warung Kariani. Di lantai tiga Pasar Badung dan di rumahnya sendiri di jalan Banteng, Denpasar. Ada pula warung soto sapi di Pasar Kereneng milik adik Pak Ngah.
Semua warung itu menjual menu yang sama, soto sapi. Waktu jualan mereka juga patuh dogen. Biasanya dari sekitar pukul 6 pagi sampai maksimal jam makan siang. Sebagian warung bahkan sudah tutup sekitar pukul 10 pagi. Rasanya pun tidak jauh beda. Hanya ada beda-beda sedikit di rasa gurih dan empuk dagingnya.
Toh bagi saya semua warung itu sama saja. Saya tidak usah bayar kalau makan di semua warung itu. Tak usah heran. Sebab semua pemilik warung itu memang keluarga besar saya. Pak Ngah adalah mertua saya. Jadi pemilik warung-warung itu kalau bukan paman atau bibi ya kakak ipar saya.
Makanya tiap kali makan di warung-warung itu, saya tidak perlu bayar. Kalau toh saya bayar usai makan, pasti duitnya dibalikin sambil mereka marah-marah. Maka sebelum pergi usai makan soto sapi gurih itu, saya cukup bilang terima kasih. Hehe..[b]
kalo gitu kapan kapan kita kopdar blogger di salah satu warung itu saja…
hehehehehhe…