Empat warga Bali jadi korban di pesawat Malaysia Airlines MH17.
Pesawat ini jatuh di perbatasan Ukraina dan Rusia kemarin malam sekitar pukul 00.30 WITA. Beberapa media menyebut pesawat ini ditembak.
Ada 298 penumpang di pesawat jurusan Amsterdam – Kuala Lumpur itu. Menurut informasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag, ada 12 warga Indonesia di pesawat yang sudah beroperasi selama 17 tahun tersebut.
Dari 12 warga Indonesia, empat di antaranya adalah warga Bali yaitu Yodricunda Theistiasih Titihalawa, Yelena Clarice Huizen, Wayan Sujana, dan Ketut Wartini.
Lalu, siapa saja mereka?
Dua nama pertama adalah pasangan ibu dan anak. Menurut informasi KBRI Den Haag, alamat Yodricunda dan balita perempuan anaknya adalah Dalung Permai Blok L3 / 71 Kecamatan Kuta Utara, Badung.
Namun, menurut TEMPO, Ody, panggilan akrab Yodricunda tinggal di Perumahan Lotus Jimbaran bersama suaminya yang warga Belanda, Arnoud Huizen.
Mereka berangkat ke Belanda pada 26 Juni lalu untuk mengurus administrasi kewarganegaraan anak mereka, Yelena yang belum genap berumur dua tahun.
Di akun Facebooknya, perempuan berdarah Maluku ini bekerja sebagai Corporate RSV and Ecommerce Manager Lv8 Hotel. Di akun Facebook itu pula Ody mengupdate foto terakhirnya bersama suami dan anak merek.
“Mereka sedang memproses kewarganegaraan Belanda untuk Yelena yang mau sekolah di Bali,” ujar Yunita Suryandita, sepupu Ody.
Korban ketiga adalah Ketut Wartini. Perempuan ini berasal dari Banjar Kaja Kangin, Kubutambahan, Buleleng. Rumahnya berJarak hanya sekitar 900 meter dari Sekolah Bali Mandara di Buleleng.
Saat ini, Ketut yang menggunakan nama akun Facebook Pris Rangin bekerja sebagai Manajer McDonald di Almelo, Belanda. Ketika masih muda, dia pernah bekerja di Hotel Damai dan restoran. Sehari-hari, dia juga aktif di gereja.
Selama tinggal di Belanda itu pula Wartini aktif membantu anak-anak Indonesia yang belajar di Belanda, termasuk anak-anak dari SMA Bali Mandara.
Dari situ, dia sering berkomunikasi dengan murid-murid maupun staf SMA Bali Mandara. Salah satunya dengan Nengah Sumerta, staf sekolah unggulan ini. Nengah mengaku sering ngobrol dengan Mbok Tut, begitu dia memanggilnya, lewat Facebook.
Dalam kepulangannya kali ini, Wartini dan Nengah sudah membuat rencana untuk ngobrol di SMA Bali Mandara. “Kami mau bahas seperti apa sistem pendidikan di Belanda. Dia bilang punya beberapa teman yangang aktif di pendidikan,” tutur Nengah.
Nama terakhir adalah Wayan Sujana dari Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Mahasiswa Diploma III jurusan perhotelan di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja itu sehari-hari juga bekerja paruh waktu sebagai penari di Bali Joe Bar di daerah Seminyak, Kuta.
Pada saat yang sama dia juga sedang bekerja di salah satu hotel di Nusa Dua.
Anak pasangan Wayan Sukri dan Ketut Ginastra tersebut berangkat ke Eropa pada 15 Juni 2014 lalu.
Menurut informasi dari akun Joe Bar, Wayan Sujana yang biasa dipanggil Robert ini berangkat ke Eropa untuk pertama kali atas undangan temannya, Bennoit Chardome untuk acara pernikahan di Antwerp, Belgia.
Andre, salah satu temannya, mengatakan Sujana termasuk anak yang pendiam. Dia juga tak menyangka bahwa Sujana termasuk salah satu korban kecelakaan tersebut.
“We will miss you all friends and BJ’s family,” tulis Bali Joe di akun Facebooknya. [b]