• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
Sunday, May 28, 2023
  • Login
  • Register
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong.id
No Result
View All Result
Home Budaya

Lukisan Wayang Kamasan di Kertagosa Klungkung

Luh De Suriyani by Luh De Suriyani
19 July 2014
in Budaya, Kabar Baru, Travel
0 0
0

kertagosa-depan

Sejumlah perempuan tua menyambut turis di depan pos masuk. 

Mereka menjajakan souvenir seperti kain dan gelang. Pengunjung akan mendapat kain dan gelang itu setelah masuk gerbang dan harus mengenakannya.

Ketika masuk, akan terlihat Bale Kambang atau Taman Gili di depan mata. Sebuah bale semi terbuka yang dikelilingi kolam ikan dan lotus. Bale ini menjadi tempat upacara Yadnya oleh keluarga Kerajaan Klungkung.

Area Puri Semarapura yang bermakna cinta dan keindahan ini mempoluerkan Kerta Gosa. Sebuah area berisi bale yang dijadikan tempat mengadili atau mencari keadilan (kerta), berada di salah satu sudut komplek.

kerthagosa-bale kambang

Penandanya adalah ada seperangkat kursi dan meja yang konon menajdi tempat para pengadil rapat.

Pemkab Klungkung mencatat bale ini difungsikan sebagai balai sidang pengadilan adat yaitu selama berlangsungnya birokrasi kolonial Belanda di Klungkung (1908-1942) dan periode pendudukan Jepang (1043-1945). Kursi dan meja kayu ini berukir dan berwarna keemasan dicat prade khas Klungkung.

Sayangnya tidak ada informasi tertulis di area ini untuk menambah pengetahuan pelancong.

Hal yang terlihat menjadi ikon adalah lukisan-lukisan khas Wayang Kamasan menutupi seluruh plafon bale Kambang dan bale Kerta Gosa. Pelancong tak bisa memahami secara langsung kisah dan makna lukisan ini. Banyak yang penasaran karena lukisannya menarasikan kisah-kisah.

Apalagi secara visual gambarnya indah sekaligus menarik rasa penasaran. Misalnya ada gambar-gambar raksasa (gigi bertaring, wajah menyeramkan) yang menyiksa warga. Ada yang digiring ke dalam panci panas, ditusuk, dan lainnya. Pada langit-langit bangunan Kertagosa lukisannya mengambil cerita Ni Dyah Tantri, Bima Swarga, Adi Parwa dan lainnya.

kerthagosa-pan semaris painter 1960

Tema pokok dari cerita-cerita itu adalah parwa, Swaragaronkanaparwa yang memberi petunjuk hukum Karmapala (akibat dari baik-buruknya perbuatan yang dilakukan manusia selama hidupnya) serta Reinkarnasi, penitisan kembali ke dunia karena perbuatan dan dosa-dosanya.

Sejumlah tour guide yang menjelaskan pada turis mengenai ini. Banyak yang terlihat berlama-lama mengamati lukisan dibanding jalan-jalan di dalam kompleks yang teduh dan menghijau ini.

Lukisan di langit-langit bangunan Taman Gili berisi tentang cerita Sutasoma, Pan Brayut dan Palalintangan. Pemkab Klungkung menyebutkan lukisan di langit-langit Kerta Gosa dibuat pada kain. Namun pada 1930 dipugar dan dicat pada eternit. Restorasi juga dilakukan pada 1960.

Pada masa pemerintahan Raja Dewa Agung Putra Djambe, Belanda melakukan penyerangan secara besar-besaran. Penyerangan itu disebut mengakibatkan Puri Semara Pura hancur. Hanya ada beberapa bangunan yang tersisa antara lain bangunan Kerta Gosa, Taman Gili dan Pemedal Agung (pintu gerbang Puri).

kerthagosa-kursi sidang

Penyerangan ini dikenal sebagai “Peristiwa Puputan Klungkung 28 April 1908 di mana Dewa Agung Putra Djambe dan para pengikutnya gugur.

Usai dari Kerta Gosa, turis bisa mengunjungi pusat seniman wayang ini di Desa Kamasan, sekitar 10 menit dari komplek kerajaan ini. Lukisan Kamasan biasanya mengambil epik seperti Ramayana atau Mahabharata sebagai tema lukisan. Di desa ini masih banyak pelukis Kamasan yang bisa dikunjungi di rumahnya masing-masing.

Selain lukisan, juga diaplikasikan untuk produk lain seperti tas dan cangkang telur. [b]

Tags: BudayaKlungkungSejarahWisata
ShareTweetSendSend
Anugerah Jurnalisme Warga 2021
Luh De Suriyani

Luh De Suriyani

Ibu dua anak lelaki, tinggal di pinggiran Denpasar Utara. Anak dagang soto karangasem ini alumni Pers Mahasiswa Akademika dan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Pernah jadi pemimpin redaksi media advokasi HIV/AIDS dan narkoba Kulkul. Menulis lepas untuk Mongabay.

Related Posts

Kepus Pungsed, Gebrakan Skena Kontemporer Awal Tahun

Kepus Pungsed, Gebrakan Skena Kontemporer Awal Tahun

28 January 2023
Menyambut Kelinci Air di Benoa

Menyambut Kelinci Air di Benoa

24 January 2023
Ngrebeg Mekotekan di Munggu

Ngrebeg Mekotekan di Munggu

21 January 2023
Cerita Rasa

Cerita Rasa Festival: Rintisan Festival Desa di Jembrana

6 August 2022
Menilik Hotel Ramah Lingkungan Mana Earthly Paradise

Menilik Hotel Ramah Lingkungan Mana Earthly Paradise

1 July 2021
Menanam Pohon di Bukit agar Air tak Lagi Sulit

Menanam Pohon di Bukit agar Air tak Lagi Sulit

11 April 2021
Next Post
Bersiaplah untuk Festival Jazz Ubud 2014

Bersiaplah untuk Festival Jazz Ubud 2014

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Melali Melali Melali

Temukan Kami

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Berhitung Angka dalam Bahasa Bali

Berhitung Angka dalam Bahasa Bali

5 June 2013
Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

4 June 2012
rambut sedana

Batu Rambut Sedana, Batu Mulia untuk Para Pengusaha

21 February 2021
Trik Memilih Lokasi Duduk di Dalam Bus yang Paling Oke

Trik Memilih Lokasi Duduk di Dalam Bus yang Paling Oke

26 April 2018
Kisah Babad dalam Sejarah Bali

Kisah Babad dalam Sejarah Bali

9 April 2012
Festival Pasar Tradisional dari Energi Sampah Plastik

Festival Pasar Tradisional dari Energi Sampah Plastik

27 May 2023
Tari Pendet Memendak Tercatat sebagai Ekspresi Budaya Tradisional

Tari Pendet Memendak Tercatat sebagai Ekspresi Budaya Tradisional

26 May 2023
Laporan UNICEF: Anak-anak di Asia Timur dan Pasifik Paling Terancam Bencana Iklim

Laporan UNICEF: Anak-anak di Asia Timur dan Pasifik Paling Terancam Bencana Iklim

25 May 2023
Mencegah Pariwisata Jadi Anak Durhaka

Pekerjaan Masa Depan di Bali dan Persaingannya dengan Eskpatriat

24 May 2023
“Proyek Mengeringkan Air” Ketut Putrayasa

“Proyek Mengeringkan Air” Ketut Putrayasa

23 May 2023

Kabar Terbaru

Festival Pasar Tradisional dari Energi Sampah Plastik

Festival Pasar Tradisional dari Energi Sampah Plastik

27 May 2023
Tari Pendet Memendak Tercatat sebagai Ekspresi Budaya Tradisional

Tari Pendet Memendak Tercatat sebagai Ekspresi Budaya Tradisional

26 May 2023
Laporan UNICEF: Anak-anak di Asia Timur dan Pasifik Paling Terancam Bencana Iklim

Laporan UNICEF: Anak-anak di Asia Timur dan Pasifik Paling Terancam Bencana Iklim

25 May 2023
Mencegah Pariwisata Jadi Anak Durhaka

Pekerjaan Masa Depan di Bali dan Persaingannya dengan Eskpatriat

24 May 2023
BaleBengong.id

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In