Bahkan, musisi Jakarta pun ikut bersuara.
Tidak hanya musisi dan penyanyi Bali yang melawan rencana reklamasi Teluk Benoa seluas 838 hektar di Kuta Selatan, Badung. Isu ini pun mendapat perhatian khusus oleh band metal papan atas asal Jakarta, Seringai. Band yang baru saja membuka konser Mettalica di Jakarta ini menjadi bintang tamu di acara bertajuk “St.Lukas Fest: Down To Earth” Sabtu malam kemarin di Gedung Olah Raga (GOR) Siladharma Silakarang, Ubud, Gianyar.
Tampil di atas panggung membawakan beberapa lagu hits mereka seperti “Tragedi”, “Serigala Militia”, “Individu Merdeka” dan “Akselarasi Maksimal” band yang digawangi diawaki Arian (vokal), Ricky Siahaan (gitar), Kemod (drum), dan Sammy (bas) sukses ‘membakar’ arena konser yang dipadati ratusan penonton. Sebelum Seringai beraksi, deretan band Bali seperti Suicidal Sinatra, The Dissland, Roots Radical dan lainnya meramaikan panggung acara.
Di sela-sela aksinya, vokalis sekaligus frontman Seringai, Arian Tigabelas menyerukan sekaligus mengajak ratusan penonton yang memadati gedung tersebut menolak segala bentuk eksploitasi alam termasuk rencana reklamasi teluk Tanjung Benoa oleh PT TWBI. Arian pun mengenakan baju bertuliskan “Bali Tolak Reklamasi”.
“Siapa yang peduli dengan masa depan Bali? Siapa yang ingin masa depan anak-anak kalian lebih baik di Bali? Karena itulah maka saya sepakat dengan Bali tolak reklamasi,” teriak Arian.
Dia melanjutkan urusan lingkungan hidup, Indonesia paling parah dan Bali sekarang lagi dicoba. “Jadi gerakan ini butuh teman-teman untuk mensosialisasikan kembali, turun ke jalan menyuarakan Bali tolak reklamasi,” serunya di atas panggung dan disambut teriakan tolak reklamasi oleh penonton.
Ketika ditemui sebelum pentas, Arian Tigabelas mengatakan, menolak keras rencana reklamasi yang terjadi di Teluk Benoa.
Baginya reklamasi ini merupakan pelanggaran yang akan menggangu ekosistem lingkungan ke depannya. ”Pada intinya saya menolak sesuatu yang akan menggangu lingkungan hidup. Sebagai orang Indonesia banyak banget pelanggaran-pelanggaran lingkungan hidup, termasuk rencana rekamasi ini, karena pemerintahnya emang nga bisa diharapkan,” ucap pria yang juga aktif di penyelamatan orang utan.
Suara Seringai ini menambah panjang suara-suara penolakan yang muncul dari berbagai elemen masyarakat sipil seperti LSM, aktivis lingkungan bahkan musisi. Ini nenandakan kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan sduah mulai terbangun.
”Sejauh ini yang saya baca di berita-berita gerakan menolak reklamasi, kian hari semakin membesar dan ini tidak terlepas dari munculnya kesadaran dan kepedulian orang terhadap lingkungan,” ujar Arian.
Ia pun menyatakan, jangan tergiur dengan adanya reklamasi ini, seperti terbukanya lapangan pekerjaan bagi ratusan ribu tenaga kerja baru. Justru menurut Arian, dampaknya kerusakan yang ditimbulkan ke depan juga harus dilihat. Menurut Arian, warga Bali jangan terpancing dengan iming-iming proyek ini akan memperkerjaan sekiar ratus ribu tenaga kerja, tapi lihat juga kerusakannya yang berdampak pada masa depan anak-anak kita, lingkungan hidupnya, dan ekosistemnya.
Arian menegaskan, gerakan ini harus terus disuarakan, tidak hanya menyuarakan dengan turun ke jalan, tapi berbagai cara bisa dilakaukan salah satunya adalah melalaui media musik. ”Push aja terus, masih banyak cara yang bisa dilakukan,” tambahnya. [b]
Mempetisi I Made Mangku Pastika Segera Cabut SK Reklamasi Teluk Benoa
ForBALI (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi)