Kain sepanjang 17 kilometer terlihat masih melilit di pinggang Gunung Batur, Kintamani, Bangli, awal Desember ini. Prosesi ini bagian dari ritual unik Nawur Saud Atur dan Megat Sot Ida Bhatara Panji Sakti di Pura Ulun Danu Batur Oktober lalu.
Kain dengan lebar sekitar satu meter itu dililitkan oleh lebih dari 1000 warga di bebatuan vulkanik dan kebun di pinggang gunung berapi ini. “Sejak pukul 7 pagi, sekitar 1500 warga kami bergotong royong melilitkan kain kasa putih di Gunung Batur,” ujar I Nengah Dama, pengurus Desa Batur dan pengurus pura yang menjadi lokasi puncak acara kaul ini.
Upacara ini dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng sebagai kaul dan symbol persaudaraan serta perdamaian karena melakukan sesuatu yang meresahkan warga Batur ketika perang Bangli, antara Raja Panji Sakti dan warga desa Batur.
“Iringan panjang warga Buleleng yang memercikkan arak berem dengan mobil tangki sampai Pura Batur,” tambah Dama. Arak berem dinilai sebagai symbol penyucian dan penyeimbangan alam. Setelah itu akan digelar upacara serta tari-tarian.
Menurut informasi dari Humas Pemkab Buleleng yang dituliskan di website-nya, prosesi upacara ini akan diawali di Pura Pamereman Pajenengan Ida Bhatara di Desa Panji Kecamatan Sukasada, Buleleng.
Di desa ini digelar kesenian Megoak-goakan yang mengisahkan permainan para prajurit Teruna Goak bersama Raja Panji Sakti sebelum melaksanakan ekspedisinya ke Blambangan. Sesudah itu lanjut upacara tabur tuak disepanjang perjalanan ke Pura Ulun Danu Batur.
“Upacara berupa tabur tuak di sepanjang perjalanan prosesi upacara dan melingkari gunung Batur dengan kain putih itu merupakan kaul Raja Panji Sakti kala itu yang belum dilaksanakan hingga kini,” jelas Jro Gde Batur Alitan, Pemangku Parahyangan Pura Ulun Danu Batur.
Karena itu kaul ini dilaksanakan Bupati Buleleng Putu Bagiada bersama para pengelingsir puri di Kabupaten Buleleng. Sebelumnya pada tahun 1997, pada masa kepemimpinan Bupati Wiratha Sindhu, Pemkab Buleleng telah melaksanakan kewajiban kaul Ida Bethara Panji Sakti dengan menghaturkan satu ekor kerbau bertanduk warna emas kehadapan Ida Bethara ring pura Puncak Sinunggal.
Setelah itu pada tahun 2009, Bupati Buleleng Putu Bagiada dengan menghaturkan lagi lima ekor kerbau bertanduk emas. [b]
fotonya dong 🙂
Bali memang selalu indah dan menarik.tapi mengapa tdk ada fotonya?