Orde Baru menyimpan kisah kelam pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Pemenjaraan secara massif terhadap mereka yang tertuduh Komunis termasuk salah satu di antaranya. Kini, kasus-kasus pelanggaran HAM mulai terbuka.
Kasus-kasu yang ditabukan oleh rezim Orde Baru (Orba) mulai dibukukan, difilmkan, serta didiskusikan pada masa kini.
Muda-mudi komunitas Taman 65 di Bali adalah komunitas yang ingin mempelajari dan berempati terhadap korban pelanggaran HAM masa lalu. Komunitas ini bagian dari arus zaman di era reformasi yang mendorong kaum muda untuk mencari jawaban akan pertanyaan masa lalu yang sengaja ditutup-tutupi oleh negara pada masa Orba.
Keingintahuan tentang masa lalu itu mempertemukan komunitas ini dengan para sepuh yang pernah menjadi tahanan politik pada masa itu.
Patut diketahui, Bali tak luput dari arus tragedi pasca 1965. Ribuan orang dibantai dan juga pemenjaraan paksa bersekala massif terhadap orang-orang yang tertuduh Komunis pada zaman Orba. Para tahanan politik di dalam penjara tak hanya mengalami siksaan fisik, namun juga mengalami siksaan batin sebab tercerabut dari keluarganya.
Agar kuat menjalani hidup di dalam penjara, mereka para tahanan politik menciptakan lagu-lagu sebagai obat pelipur lara. Lagu-lagu itu mengenai pengalaman mereka di penjara, seperti bagaimana perasaan di teror kematian dan tentang kerinduan menyayat terhadap buah hati serta orang-orang tercinta lainnya. Lagu-lagu ini acapkali mereka nyanyikan secara bersama-sama di dalam terali besi.
Komunitas Taman 65 berusaha menyelamatkan lagu-lagu itu, dan mendendangkannya kembali di zaman kini. Lagu-lagu itu adalah ?jembatan sejarah? yang bisa membawa kita untuk merasakan pengalaman para tahanan politik saat masih berada dalam ruang pengap berterali besi.
Sejumlah musisi muda pun terlibat dalam album ini seperti JRX drummer Superman Is Dead (SID), Dadang Gitaris Navicula dan Dialog Dini Hari, Banda Neira, Kupit dan Angga personel Nosstress, Made Mawut, serta musisi pendukung seperti Rio Sidik, Fendy Rizk, dan Bogi Prasetyo.
Kerja kolaboratif ini menelorkan sebuah CD berisikan lagu-lagu berdasarkan tafsir musisi-musisi muda tersebut. Selain itu ada juga buku tentang latar sejarah kemunculan lagu-lagu itu.
Karya kolaboratif antara generasi muda dan generasi tua ini diberikan judul ?Prison Songs, Nyanyian Yang Dibungkam?. Enam lagu di dalamnya adalah Sekeping Kenangan? dinyanyikan Dadang SH Pranoto Navicula/Dialog Dini Hari, ?Di Kala Sepi Mendamba? dinyanyikan Jrx SID feat Rio Sidik, ?Si Buyung? dinyanyikan Man Angga Nosstress, ?Tini dan Yani? dinyanyikan Banda Neira, ?Latini? dinyanyikan Made Mawut, dan ?Dekon? dinyanyikan Guna Warma Nosstress.
Karya ini bukanlah untuk menyulut dendam masa lalu, namun sebagai sebuah upaya mengajak generasi muda untuk peduli terhadap peristiwa pelanggaran HAM berat masa lalu, dan menuntut pemerintah untuk menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM tersebut.
Launching karya ini digelar pada Jumat 21 Agustus 2015, pukul 16:30 WIB, di Gothe Haus, Jakarta Pusat. Dia merupakan rangkaian acara Koalisi Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran (KKPK), bertajuk ?Memajukan Gerakan Untuk Memutus Tali Impunitas Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu?.
Acara ini juga menampilkan sejumlah musisi di antaranya JRX SID, Kupit dan Angga (Nosstress), Dadang SH Pranoto (Navicula/DDH), Banda Neira, Fajar Merah, Made Mawut serta Dialita. [b]
Comments 1