• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, May 17, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Inilah Lima Penulis Emerging di UWRF 2019

Iin Valentine by Iin Valentine
24 June 2019
in Kabar Baru
0 0
0
Program Seleksi Penulis Emerging Indonesia merupakan wadah untuk menemukan calon bintang-bintang sastra masa depan Indonesia. Foto UWRF.

Sebanyak 1.217 penulis mengirimkan 1.253 karya.

Jumlah ini merupakan paling banyak sepanjang seleksi penulis emerging Indonesia yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008. Bentuk karyanya berupa cerita pendek, puisi, dan naskah novel.

Pada 14 Januari-15 Maret lalu, Yayasan Mudra Swari Saraswati, lembaga nirlaba yang menaungi Ubud Writers & Readers Festival (UWRF), membuka seleksi penulis emerging Indonesia 2019. Selama rentang waktu tersebutlah karya-karya itu masuk.

Seleksi penulis emerging Indonesia merupakan wadah bagi para penulis-penulis berbakat Indonesia untuk menampilkan karya-karya terbaik mereka, serta membuka jalan di dunia kepenulisan profesional.

Pada tahun ke-16 penyelengaraan UWRF ini, Yayasan Mudra Swari Saraswati dengan bangga mengumumkan bahwa lima penulis emerging telah terpilih. Mereka akan tampil dalam perhelatan sastra, seni, dan budaya terbesar di Asia Tenggara pada 23-27 Oktober mendatang.

Dari rapat kuratorial yang diadakan pada Selasa pekan lalu, terangkum nama-nama penulis emerging terpilih yaitu Chandra Bientang dari D.K.I Jakarta, Ilhamdi Putra dari Padang, Sumatera Barat, Heru Sang Amurwabumi dari Nganjuk, Jawa Timur, Lita Lestianti dari Malang, Jawa Timur, dan Nurillah Achmad dari Jember, Jawa Timur.

Kelima nama tersebut dipilih langsung oleh Dewan Kurator UWRF 2019 yang terdiri dari penulis, jurnalis, dan sastrawan ternama Indonesia, yaitu Leila S. Chudori, Putu Fajar Arcana, dan Warih Wisatsana.

Proses kuratorial dimulai dari pembacaan awal yang dilakukan oleh Indonesian Program Manager UWRF, Wayan Juniarta. Dari tahap ini, terangkum daftar nominasi yang terdiri atas 30 karya dari 30 penulis.

Setiap kurator kemudian memilih 10 karya, yang kemudian disaring kembali menjadi lima karya terpilih. Setiap karya telah dibaca ulang dan didiskusikan oleh para kurator. Baik mengenai tema, pemilihan kata dan diksi, serta aspek kesusastraan lainnya.

Sejalan dengan komitmen UWRF untuk menempatkan kualitas karya sebagai parameter yang paling utama dalam proses seleksi, tahun ini UWRF kembali hanya memilih karya-karya terbaik.

Berpihak Akal Sehat

Menurut Fajar Arcana kelima karya ini dianggap mampu mendorong kesadaran untuk selalu berpihak kepada akal sehat. Sastra memang tidak menyodorkan solusi, tetapi harus mampu memberi “pencerahan” agar para penikmatnya mengutamakan penyelesaian dengan akal sehat.

“Secara istimewa, kelima karya terpilih hampir selalu berangkat problematika sosial-kultural yang terdapat di sekeliling mereka,” kata Fajar.

Oleh sebab itu, lanjutnya, nuansa lokalitasnya begitu menonjol, meski kemudian tidak jatuh pada etnosentrisme kaku. Problem-problem lokal itu ditafsir sedemikian rupa dan disajikan dalam bahasa estetik, yang kemudian kita ketahui memiliki nilai-nilai universal.

Lelia S. Chudori menambahkan tahun ini, karya penulis umumnya cerdas membuat lekukan pada plot hingga menimbulkan daya kejut. Membuat daya kejut pada cerita drama sebetulnya sangat sulit karena akan cenderung menjadi melodramatik atau akhir yang dipaksakan.

“Namun, para penulis ini berhasil membuat daya kejut sebagai bagian dari ceritanya dengan cara yang alamiah dan cerdas,” kata Leila.

Kelima penulis emerging terpilih datang dari latar belakang berbeda. Mereka adalah mahasiswa, penulis lepas, wiraswasta, karyawan swasta, dan ibu rumah tangga. Para penulis emerging terpilih ini berusia antara antara 25 tahun hingga 40 tahun. Semuanya terbukti memiliki kepiawaian dalam berbahasa Indonesia dengan baik.

“Sebagai penulis, mereka sudah tidak lagi bermasalah dengan Bahasa Indonesia sebagai media ekspresi, terbilang piawai dalam bertutur (mengatur plot, mengelola konflik, serta penyelesaian), dan memiliki keunikan secara stlistik maupun tematik,” komentar Warih Wisatsana.

Sorotan

Sama seperti tahun lalu, karya sastra berupa cerita pendek kembali menjadi sorotan. Empat dari lima karya penulis emerging yang terpilih berupa cerita pendek, sedangkan hanya satu karya berupa puisi.

Judul-judul cerita pendek karya penulis emerging antara lain: Anak Kucing Leti, Mahapralaya Bubat, Nyanyian Pilu Meo Oni yang Terdengar dari Hutan, dan Pada Hari Ketika Malam Lelap di Pangkuannya. Sementara, satu-satunya karya berupa puisi yang terpilih berjudul Alegori.

Warih Wisatsana selaku Dewan Kurator UWRF19 mencermati bahwa seluruh nominasi utama berupa karya prosa atau cerita pendek menggarap tema seputar lingkungan keseharian dan kaya dengan warna lokal seperti patriarki, adat, mitos, dan lain-lain.

Menurut Warih para penulis ini berhasil menggali tema tersebut secara mendalam. “Problematik yang diungkap tidak berhenti menjadi persoalan pribadi, melainkan menyuratkan juga pesan sosial yang lebih universal; mengkritisi berbagai hal yang dirasa tidak adil,” ujarnya.

Program Seleksi Penulis Emerging Indonesia bertujuan untuk menjembatani para penulis emerging untuk lebih berkembang. Mereka mendapat kesempatan memperdengarkan karyanya kepada dunia bersama para penulis ternama dari Indonesia maupun internasional.

Mereka akan diterbangkan dari kota masing-masing ke Ubud untuk ikut berpartisipasi dalam mengisi panel-panel diskusi di UWRF 2019. Karya-karya mereka pun akan diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan dibukukan dalam buku Antologi dwi bahasa, bersama dengan karya dari para penulis ternama Indonesia lainnya.

Deretan nama penulis ternama Indonesia yang akan melengkapi Antologi 2019 ini akan diumumkan bersamaan dengan pengumuman program lengkap UWRF19.

Sejalan dengan misi Yayasan untuk memperkaya kehidupan bangsa Indonesia melalui program pengembangan budaya dan komunitas, seleksi penulis emerging ini juga terbukti telah membukakan jalan bagi banyak penulis emerging Indonesia menuju karier kepenulisan yang lebih profesional. Sebagai contoh, para penulis emerging yang diundang ke UWRF 2018 tahun lalu telah menerbitkan buku-bukunya melalui Comma Books, sebuah penerbitan di bawah naungan KPG.

Karya-karya sastra penulis yang dulunya merupakan penulis emerging UWRF juga kerap dijumpai di koran-koran berita nasional Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa banyak sekali kesempatan yang bisa diraih para penulis emerging.

“Ubud Writers & Readers Festival telah menjadi landasan pacu bagi para penulis emerging dalam berkarya,” ujar Wayan Juniarta mewakili UWRF.

Emerging adalah istilah yang digunakan oleh UWRF untuk para penulis Indonesia yang memiliki karya berkualitas tetapi belum memperoleh publikasi memadai. Program Seleksi Penulis Emerging Indonesia adalah bagian dari komitmen Yayasan Mudra Swari Saraswati untuk mendukung kehidupan masyarakat Indonesia melalui program-program seni dan budaya. Selain itu, program ini merupakan wadah untuk menemukan calon bintang-bintang sastra masa depan Indonesia. [b]

Tags: AgendaSastra
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Iin Valentine

Iin Valentine

seorang penikmat buku, musik, dan penggemar foto.

Related Posts

Ini Kisahmu: Ni Pollok Gadis Bali

Ini Kisahmu: Ni Pollok Gadis Bali

14 July 2023
Cerita Rasa

Cerita Rasa Festival: Rintisan Festival Desa di Jembrana

6 August 2022
In Jazz We Trust, Perayaan Jazz secara Hibrida

In Jazz We Trust, Perayaan Jazz secara Hibrida

29 April 2021
KEMBALI 2020: Lifetime Achievement Award untuk Toeti Heraty

KEMBALI 2020: Lifetime Achievement Award untuk Toeti Heraty

1 November 2020
Dian yang Menulis Jauh dari Publikasi

Dian yang Menulis Jauh dari Publikasi

26 August 2020
Kembali 2020: Memulihkan Industri Kreatif dan Masyarakat Bali

Kembali 2020: Memulihkan Industri Kreatif dan Masyarakat Bali

24 August 2020
Next Post
Festival Tepi Sawah, Pertunjukan Seni Ramah Lingkungan

Festival Tepi Sawah, Pertunjukan Seni Ramah Lingkungan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

POV: Remaja Jompo Cek Kesehatan Gratis Menjelang Ulang Tahun

POV: Remaja Jompo Cek Kesehatan Gratis Menjelang Ulang Tahun

16 May 2025
Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam, Penculikan Perempuan Berkedok Adat

Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam, Penculikan Perempuan Berkedok Adat

15 May 2025
Jumlah Perawat di Panti Jompo Masih Minim

Jumlah Perawat di Panti Jompo Masih Minim

14 May 2025
Ingin Mulai Transisi Energi? Coba Model EBT Ini

Ingin Mulai Transisi Energi? Coba Model EBT Ini

13 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia