• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, July 11, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Pengendalian Rabies Berbasis Budaya di Bali

Sang Gede Purnama by Sang Gede Purnama
27 October 2016
in Berita Utama, Kabar Baru, Opini
0 0
1
Penanganan rabies di Bali perlu menggunakan pendekatan budaya karena dekatnya anjing dalam kehidupan warga di Bali. Foto Anton Muhajir
Pengendalian rabies di Bali perlu menggunakan pendekatan budaya karena dekatnya anjing dalam kehidupan warga. Foto Anton Muhajir

Pengendalian rabies secara tuntas di Bali sangat mungkin dilakukan.

Upaya pengendalian rabies telah dilakukan dengan memberikan vaksinasi massal serentak setiap tahun sekali. WHO pun telah merekomendasikan metode untuk mengendalikan rabies.

Menurut WHO untuk mengendalikan rabies dilakukan vaksinasi minimal 70 persen dari populasi anjing yang ada. Dengan demikian maka akan terbentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Herd immunity adalah sebagian besar populasi telah mendapatkan vaksinasi sehingga mampu melindungi populasi lain termasuk yang belum mendapatkan vaksin.

Bali salah satu pulau kecil yang memungkinkan untuk dilakukan pengendalian penyebaran rabies secara tuntas.

Melaksanakan program pemusnahan massal terhadap anjing terbukti tidak efektif dalam mengatasi kejadian rabies. Justru ini dapat menurunkan populasi kekebalan kelompok karena anjing yang sudah tervaksin bisa terbunuh.

Terbukti setiap dilakukan pemusnahan massal jumlah anjing turun hanya sementara di banjar atau desa tersebut. Kemudian dalam waktu tidak lama akan datang anjing baru yang tidak jelas status vaksinasinya.

Hal ini menyebabkan resiko besar terhadap penularan rabies. Anjing lain tersebut datang ke daerah yang tidak ada populasi anjingnya umumnya untuk mencari sampah makanan yang menumpuk di daerah tesebut.

Budaya Bali

Kita sudah memiliki kearifan lokal menjaga keseimbangan alam dan lingkungan dengan ajaran Tri Hita Karana. Ajaran ini menyelaraskan hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan serta ekosistem di dalamnya. Apabila binatang dan tumbuhan tidak terawat dengan baik, akibatnya dapat menimbulkan berbagai penyakit dan bencana.

Penerapan ajarang Tri Hita Karana dapat juga diterapkan dalam upaya pengendalian rabies. Masyarakat Bali sudah sejak lama memiliki budaya memelihara anjing di rumahnya. Hubungan mereka cukup akrab antara pemilik dengan anjingnya. Anjing biasanya berfungsi sebagai penjaga rumah. Anjing yang ditugaskan menjaga rumah biasanya dilepas oleh pemiliknya.

Meminta masyarakat untuk mengikat anjing Bali sulit dilakukan menimbang anjing mereka biasanya menjadi stres, galak dan tidak bisa menjaga rumah lagi jika di ikat. Jika anjing mereka diikat, bagaimana anjing tersebut bisa menjaga rumah?

Mungkin kita harus bijak dalam melihat persoalan ini menimbang budaya memelihara anjing sudah turun-temurun dilakukan di Bali.

Lalu apakah salah masyarakat yang melepaskan anjingnya?

Anjing yang sudah tervaksin justru dapat menjaga lingkungan dan orang di sekitarnya. Apabila ada anjing luar daerah yang rabies masuk ke wilayah tersebut, anjing inilah yang akan melakukan perlawanan. Sehingga kawasan tersebut bisa aman dari rabies.

Oleh sebab itulah anjing harus divaksin anti rabies. Namun jika anjing yang tidak tervaksin yang dilepas liarkan maka risikonya justu sebaliknya anjing itu bisa tertular rabies.

Masyarakat kita juga sering tidak perhatian terhadap makanan dan minuman pada anjingnya. Akibatnya, anjing tersebut biasanya mencari makan di sampah dan liar. Anjing yang kurang perhatian dari majikannya saat mereka lapar dapat sensitif pada orang sekitarnya. Karena itu, kasus gigitan anjing peliharaan yang dilaporkan bisa banyak. Salah satunya karena perlilaku ini. Masyarakat yang memiliki anjing harus bertanggung jawab untuk memberi makan dan memelihara anjing yang dimilikinya

Perilaku buruk buang sampah sembarangan justru menyebabkan banyak kantong makanan di kawasan tersebut. Hal ini yang biasanya dicari oleh anjing liar di luar kawasan. Anjing liar yang tidak jelas status vaksinasinya yang masuk ke wilayah banjar atau desa untuk mencari makan dapat menimbulkan masalah baru. Jika anjing ini terinfeksi rabies tentu berbahaya bagi warga sekitar.

Beberapa titik sering ditemukan banyak anjing liar seperti di pasar yang memang banyak pedagang yang membuang makanan, Kuburan di mana sisa upacara agama yang berisi makanan dan kawasan pantai di mana banyak pengunjung dan penjual makanan. Oleh sebab itu pengelolaan sampah perlu dilakukan dengan baik terutama dibuang dalam wadah tertutup.

Perilaku masyarakat yang mambuang anjing ke areal Pasar, Kuburan dan kawasan pantai juga menimbulkan masalah baru. Anjing yang tidak dikehendaki keberadaanya justru dilepas liarkan dikawasan tertentu yang dipandang banyak makannanya.

Anjing yang tidak jelas status vaksinasinya ini dan diliarkan tanpa ada kontrol justru berisiko. Sebaiknya memang jika memiliki anjing betina yang tidak diharapkan untuk beranak dilakukan sterilisasi sehingga populasi anjing dapat stabil.

Kebiasaan kita memelihara anjing tidaklah salah. Namun semestinya kita lebih bertanggung jawab lagi dengan melakukan vaksinasi secara rutin, memberi makan dan minum serta merawat kesehatanya. Perhatian dan kasih sayang majikannya akan membuat anjing merasa aman dan nyaman. Kebalikannya perilaku kita tidak memvaksin, tidak peduli kepada peliharaanya dan membiarkan mereka penuh kuman dapat membahayakan kesehatan pemilik serta lingkungan kita.

Evaluasi Prosedur

Angka kematian manusia akibat rabies semuanya punya riwayat tidak mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) dari fasilitas layanan kesehatan. Penyebabnya bisa karena mereka yang digigit anjing menganggap itu masalah sepele sehingga tidak dicuci maupun dibawa ke layanan kesehatan.

Bisa juga orang yang digigit anjing datang ke layanan kesehatan. Namun karena yang menggigit anjing peliharaan, maka oleh petugas orang yang digigit itu diminta untuk observasi 14 hari apakah anjingnya mati atau tidak. Jika anjinya mati baru diberikan VAR.

Kebijakan observasi 14 hari sering tidak dilakukan warga dengan baik. Orang yang digigit anjing kemudian lukannya sembuh maka mereka sering tidak peduli dengan kondisi anjing yang menggigit apakah masih hidup atau sudah mati. Karena kesibukan bekerja dan luka sudah sembuh akhirnya observasi tidak dilakukan. Ternyata anjing yang menggigit positif rabies dan pasien belum dapat vaksin sehingga sudah terlambat diobati.

Idealnya kasus gigitan anjing di wilayah tersebut perlu perhatian serius dari petugas kesehatan dan desa atau banjar setempat. Jika ada warga yang digigit aniing maka anjing tersebut harus  mendapatkan perhatian serius. Apakah memang benar sudah mendapatkan vaksin sebelumnya? Apakah masih hidup dalam 14 hari ini atau mati atau hilang?

Jika memang mati atau hilang segera pasien tersebut mendapatkan VAR. Ini agar jangan sampai ada korban sia-sia karena terinfeksi rabies. [b]

Tags: KesehatanRabies
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Sang Gede Purnama

Sang Gede Purnama

Pemerhati kesehatan masyarakat. Dosen Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM), Fakutas Kedokteran, Universitas Udayana (Unud) Bali.

Related Posts

Mengenal 4 F, Respon terhadap Stres dan Trauma

Mengenal 4 F, Respon terhadap Stres dan Trauma

4 June 2024
Ledok, Gizi Bubur di Pulau Kapur

Ledok, Gizi Bubur di Pulau Kapur

15 April 2021
COVID-19 : Spiritualitas Orde Paling Baru

Benarkah Orang Gendut Lebih Mudah Terinfeksi COVID-19?

12 March 2021
Karut Marut Mendata Maut

Inovasi Layanan Rumah Sakit pun Menjadi Keniscayaan

17 December 2020
Karut Marut Mendata Maut

Menangani COVID-19, dari Awam Sampai Berkawan

5 November 2020
Karut Marut Mendata Maut

Pandemi atau Tidak, Jangan Diskriminasi ODHA!

3 November 2020
Next Post
Mural Wild Drawing di Bali

Street Art di Bali, Terlihat tapi Tak Terdengar

Comments 1

  1. Anton Muhajir says:
    9 years ago

    Ini bener banget. Setelah kami memasukkan tempat sampah ke halaman rumah, dari sebelumnya di pinggir gang, anjing liar di rumah kami makin berkurang. Tak ada lagi sampah yg mereka ambil dan acak-acak. Jadi merasa lebih bersih dan aman. 🙂

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

BYURR! Kekacauan Baru di Skena Hardcore Bali

BYURR! Kekacauan Baru di Skena Hardcore Bali

10 July 2025
Diskusi dan Konser Hari HAM “Semakin Dibungkam Semakin Melawan”

Konser Bukan Cuma Menyanyi dan Bergembira, namun Juga Masalah Kenyamanan dan Keamanan

9 July 2025
Bandara Baru di Bali Utara: Gajah Putih dalam Bayang Pembangunan yang Salah Arah

Bandara Baru di Bali Utara: Gajah Putih dalam Bayang Pembangunan yang Salah Arah

9 July 2025
TAKSU Reuse di AJW 2025: Solusi Cerdas Kurangi Sampah Plastik Sekali Pakai

TAKSU Reuse di AJW 2025: Solusi Cerdas Kurangi Sampah Plastik Sekali Pakai

8 July 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia