• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
BaleBengong
Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Mendalam
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Mendalam
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Menangani COVID-19, dari Awam Sampai Berkawan

Juni Antari by Juni Antari
5 November 2020
in Kabar Baru, Kesehatan
0
Petugas medis membawa pasien COVID-19 ke ruangan isolasi di RSUP Sanglah saat simualsi penangan pasien yang terpapar virus. Foto Zul Eduardo.

Sikap menganggap remeh COVID-19 bisa berakibat buruk.

Dokter residen di ruang isolasi RS Sanglah merasakan jelas bagaimana kondisi penanganan COVID-19 di awal pandemi hingga saat ini. Surya Sujana, salah satu dokter yang terlibat dalam penanganan COVID-19, berbagi pengalaman selama menangani pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar.

Dokter muda itu bercerita dalam sesi laporan daring terakhir gerakan Tim Putih Hijau. Tim ini memiliki misi menggalang dana untuk alat perlindungan diri (APD) untuk tenaga kesehatan.

Sebelum pandemi, sehari-hari Surya Sujana bertugas di ruang infeksius menangani pasien asma, tuberculosis (TBC), dan penyakit paru kronis. Namun, sejak Maret lalu Surya ditugaskan RS Sanglah ikut menangani pasien COVID-19.

“Sejak ada COVID-19, kami ditugaskan menangani pasien di ruang isolasi, dibantu dokter penyakit dalam. Masih berlangsung sampai saat ini,” Surya bercerita melalui siaran langsung (live) di Instagram BaleBengong.

Menurut Surya periode awal pandemi menjadi tantangan baginya yang sekaligus mempengaruhi tindakan pembelajaran untuk para tenaga medis dalam menangani pasien COVID-19. Saat itu, sekitar Maret 2020, kasus sudah sampai di Bali tetapi para dokter masih awam. Protokol kesehatan juga belum terbentuk.

“Saya pernah merasakan. Waktu itu saya kontak erat dengan pasien. Protokol belum ada. Istilah kontak erat itu belum ada. Istilah OTG (orang tanpa gejala) pun belum ada,” katanya.

Surya mengaku sempat bergejala sehingga saya mendapat pelayanan dan diisolasi di rumah sakit. Mereka difasilitasi rumah sakit. “Kalau ada tim residen yang memiliki gejala, kami difasilitasi tes swab. Sampai sekarang,” lanjutnya.

Lebih Pesimis

Secara psikologis Surya merasa lebih pesimis pada awal terjadinya pandemi. Apalagi kondisi pasien saat itu cepat memburuk. Di sisi lain tata laksana dan mekanismenya belum baik. Namun, seiring waktu berjalan, penelitian soal COVID-19 terus dilakukan, baik dari badan kesehatan dunia WHO, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) terus berjalan. Hasilnya, dari sisi psikologis pun tenaga medis semakin siap.

Di sisi lain, ia juga merasa beruntung karena sebelum pandemi ini pun, menurutnya RS Sanglah sudah sigap. Salah satunya dengan adanya ruang isolasi yang sebelumnya digunakan untuk menangani pasien SARS dan MERS. Pasien COVID-19 pun diisolasi di ruangan tersebut. Pelayanan bisa dilanjutkan. Tenaga kesehatan seperti perawat pun sudah terbiasa menangani kasus yang infeksius.

Sedihnya, ketika tenaga kesehatan sudah makin siap, banyak orang justru menganggap remeh COVID-19. Padahal, virus ini sangat rentan menyerang pada orang tua dan memiliki penyakit bawaan, seperti hipertensi, kencing manis, penyakit jantung dan kelainan darah.

“Kalau kita yang masih muda dan tidak memiliki penyakit bawaan sih masih aman,” ujarnya.

Sikap menganggap remeh ini berakibat buruk. Jumlah kasus dan pasien COVID-19 terus bertambah. Ruang isolasi atau ruang intensif RSUP Sanglah pun penuh. Pemerintah pun membuat kebijakan, pasien COVID-19 dengan gejala ringan dan sedang jarang dikirim ke Rumah Sakit Sanglah. Ini membuat nakes bisa lebih bernapas lega.

RS hanya menangani pasien-pasien dengan penyakit bawaan (komorbid) berat karena mereka membutuhkan alat medis seperti butuh ventilator, oksigen dengan tekanan kuat, dan lain-lain. Mereka juga memerlukan perawatan yang panjang.

Surya mengingatkan bahwa COVID-19 memiliki gejala awal yang santai dan ringan. Kemudian dalam waktu 1-2 minggu tiba-tiba akan berat. Oleh karena itu, tindakan pertama oleh para dokter adalah dengan menolong fungsi pernapasan agar lebih cepat di ruang intensif.

Pengalaman Istimewa

Bagi Surya secara pribadi, kasus pertama menjadi pengalaman paling istimewa dalam menangani pasien Covid-19. Pasien pertama yang ditangani Surya kebetulan warga negara asing. Hal yang ia senangi karena pasien itu bisa bercerita dan menjadi refleksi bagaimana penanganan COVID-19 di Bali. Misalnya, beberapa negara sudah melakukan penutupan (lockdown) sedangkan di Indonesia masih buka, termasuk di Bali.

“Bersyukur kami bisa memberikan yang terbaik. Kami belajar bagaimana cara menyampaikan berita buruk, kematian, hal-hal sensitif. Bagaimana menyampaikan hal itu agar keluarga tetap merasa tenang,” kenangnya.

Surya berharap melalui cerita ini, warga akan lebih serius menghadapi COVID-19 dengan menerapkan protokol yang baik. Kalau keluar rumah harus pakai masker dan membawa pencuci tangan (hand sanitizer). “Untungnya sekarang pemerintah tegas, setiap ruang publik sudah difasilitasi dengan tempat cuci tangan,” katanya.

Terkait sistem tracing, menurut Surya, hal yang bisa dilakukan sekarang adalah setiap orang harus sadar dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Kalau sudah merasa keluar, bertemu orang lain, apalagi yang tidak menggunakan masker, orangnya dalam keadaan sakit, bertemu lebih dari 15 menit, dan merasa diri flu, pilek, batuk-batuk demam, segeralah isolasi diri di rumah selama 10 hari.

Gejala awal COVID-19 antara lain batuk, pilek dan demam. Namun, menurut tren saat ini, gejala yang ditimbulkan yaitu adanya penurunan fungsi penciuman dan pengecapan.

“Kalau teman-teman ada yang memiliki keluhan meriang, batuk, demam jarang-jarang tapi tiba-tiba tidak bisa mencium bau harum, atau bau menyengat atau pengecapan terasa mulai berkurang itu bisa jadi tanda-tanda,” ingatnya.

“Segera minum obat. Kalau batuk, pilek, demam setelah tiga hari minum obat tidak membaik, bisa lapor ke puskesmas,” sarannya.

Selanjutnya puskesmas yang akan melakukan tracing. Kalau memang membutuhkan tes usap (swab), puskesmas akan membawa ke tempat yang bisa melakukan. Puskesmas sudah memiliki tata laksana penanganan COVID-19.

Surya menambahkan apabila sudah terkonfirmasi bahwa hasil swab positif, tetapi tidak ada gejala, segera isolasi di rumah 10-14 hari. Kalau sudah 14 hari dan tidak ada gejala boleh beraktivitas asalkan tetap menggunakan masker. [b]

Share this:

  • Twitter
  • Facebook
Tags: COVID-19Kesehatan
ShareTweetSendSend
Juni Antari

Juni Antari

sedang gemar berburu bukit dan pantai

Related Posts

Kakao Lestari yang Mengubah Hidup Petani

Bali, Berhenti Mendewakan Bule, Kembalilah Bertani

6 February 2021
Karut Marut Mendata Maut

Inovasi Layanan Rumah Sakit pun Menjadi Keniscayaan

17 December 2020
Bersama-sama Melawan Krisis Pandemi

Bersama-sama Melawan Krisis Pandemi

1 December 2020
Bagaimana Media di Bali Memberitakan COVID-19?

Bagaimana Media di Bali Memberitakan COVID-19?

26 November 2020
Menghidupi Pandemi, Menyiasati Adaptasi

[Laporan Mendalam] Menghidupi Pandemi, Menyiasati Adaptasi

24 November 2020
Karut Marut Mendata Maut

Pandemi atau Tidak, Jangan Diskriminasi ODHA!

3 November 2020
Next Post
Fibrefirst Cycling 2020 Galang Donasi Melalui Gowes Virtual

Fibrefirst Cycling 2020 Galang Donasi Melalui Gowes Virtual

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

AJW 2020
  • Terpopuler
  • Komentar
  • Terbaru
Kakao Lestari yang Mengubah Hidup Petani

Bali, Berhenti Mendewakan Bule, Kembalilah Bertani

6 February 2021
Berhitung Angka Dalam Bahasa Bali

Berhitung Angka Dalam Bahasa Bali

5 June 2013
Mengaku Sulinggih, Kini Tersangka Kasus Pencabulan

Mengaku Sulinggih, Kini Tersangka Kasus Pencabulan

13 February 2021
Pelajaran Agung dari Desa di Pegunungan Bali

Pelajaran Agung dari Desa di Pegunungan Bali

18 February 2021
Sesungguhnya, Tak Semua Pasien WNA sesuai Citranya

Sesungguhnya, Tak Semua Pasien WNA sesuai Citranya

24 January 2021
AJW 2020, Urun Daya Warga Menghadapi Corona

AJW 2020, Urun Daya Warga Menghadapi Corona

4
Sesungguhnya, Tak Semua Pasien WNA sesuai Citranya

Sesungguhnya, Tak Semua Pasien WNA sesuai Citranya

3
Mengaku Sulinggih, Kini Tersangka Kasus Pencabulan

Mengaku Sulinggih, Kini Tersangka Kasus Pencabulan

2
Berbagi ditengah pandemi Covid19

Perjalanan Sehari dan Sesari Kecil

5
Ilustrasi: Tata Cara Ngelidin Corona

Ilustrasi: Tata Cara Ngelidin Corona

1
rambut sedana

Batu Rambut Sedana, Batu Mulia untuk Para Pengusaha

21 February 2021
Perayaan Hari Peduli Sampah Nasional bertujuan untuk mengingatkan pentingnya pengelolaan sampah. Foto: Get Plastic Indonesia.

Menjaga Alam di Hari Peduli Sampah Nasional

20 February 2021
Maaf, Aku Gagal Menggoda Patung Siwa

Maaf, Aku Gagal Menggoda Patung Siwa

19 February 2021
Pelajaran Agung dari Desa di Pegunungan Bali

Pelajaran Agung dari Desa di Pegunungan Bali

18 February 2021
Akreditasi Perpustakaan Sekolah dan Desa di Karangasem

Akreditasi Perpustakaan Sekolah dan Desa di Karangasem

17 February 2021

Kabar Terbaru

rambut sedana

Batu Rambut Sedana, Batu Mulia untuk Para Pengusaha

21 February 2021
Perayaan Hari Peduli Sampah Nasional bertujuan untuk mengingatkan pentingnya pengelolaan sampah. Foto: Get Plastic Indonesia.

Menjaga Alam di Hari Peduli Sampah Nasional

20 February 2021
Maaf, Aku Gagal Menggoda Patung Siwa

Maaf, Aku Gagal Menggoda Patung Siwa

19 February 2021
Pelajaran Agung dari Desa di Pegunungan Bali

Pelajaran Agung dari Desa di Pegunungan Bali

18 February 2021
BaleBengong

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com