Putu Dina cekatan memindahkan ikan layang ke campuran bumbu di atas cobek.
Bersama sang nenek, Ketut Tini, murid TK itu memedet ikan layang berukuran sekitar 10 cm hasil tangkapan sang kakek. Ikan itu untuk dimakan sendiri maupun dikirim ke keluarga.
Memedet atau membuat pedet ikan merupakan istilah lokal warga Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali dalam membuat fillet ikan. Pedet ikan ala Desa Perancak pun sederhana. Ikan dibersihkan, dibuang isi dan kepalanya, dibumbui dan dijemur.
Ikan layang digunakan dalam pembuatan pedet ikan karena dianggap lebih mudah. Bukan hanya ikan layang, terutama jenis-jenis ikan kecil. Ikan berukuran kecil lebih cepat kering dan awet.
Pedet ikan menjadi salah satu alternatif pengolahan ikan hasil tangkapan nelayan Perancak.
Pedet ikan menjadi salah satu alternatif pengolahan ikan hasil tangkapan nelayan Perancak selain dikonsumsi maupun dijual. Ya, sebagai daerah pesisir dengan mayoritas warga sebagai nelayan, ikan dengan mudah hadir di setiap rumah di desa ini.
Proses pedet ikan dimulai dari ikan segar hasil tangkapan semalam dibersihkan. Kepala ikan dipotong dan isi perut dikeluarkan.
Kalau dulu kepalanya dibiarkan tapi ikan cepat busuk. Lebih baik kepala ikan dipotong dan tinggal badan dan ekornya saja. “Jadi lebih awet,” ujar Ketut Tini sembari membersihkan ikan dalam gengaman tangannya dalam kran air mengalir.
Tubuh ikan dibelah dari bawah kepala ikan hingga ekor ikan. Tulang ikan pun ditarik dan sisa-sisa darah ikan dibersihkan dalam air mengalir.
Putu Dian nampak sigap. Dia melumuri setiap ikan yang telah dibersihkan oleh neneknya dalam cobek yang berisi campuran bumbu. Paduan bumbu sederhana terdiri dari kunyit, garam, merica dan kencur yang ditumbuk halus.
Ikan yang telah dilumuri bumbu diletakkan berjejer di atas tempat penjemuran yang terbuat dari jaring dan bambu. Dengan ukuran 150 cm x 100 cm cukup menampung sekitar 100 pedet ikan. Jejeran pedet ikan layang telah memenuhi tempat penjemuran. Siap untuk dijemur.
Jika musim ikan berlimpah, pedet ikan bisa dibuat. Baik untuk dijual maupun dikonsumsi keluarga.
Putu Dian pun mengaku senang bisa membantu neneknya membuat pedet ikan. “Senang buat pedet ikan,” ungkapnya sembari malu-malu saat ditanya.
Tangan kecilnya terus asyik melumuri satu demi satu ikan layang yang dibersihkan Ketut Tini.
Sayangnya, hasil tangkapan ikan yang didapat nelayan setempat tidak menentu membuat pedet ikan tidak sering dibuat. Jika musim ikan berlimpah, pedet ikan bisa dibuat. Baik untuk dijual maupun dikonsumsi keluarga. Seperti halnya yang dilakukan Ketut Tini. Membuat pedet ikan untuk dikirimi kepada anaknya yang tinggal di Karangasem.
Dengan menggunakan pengawetan alam yaitu sinar matahari, pedet ikan dapat bertahan berhari-hari. Bahkan bisa satu bulan, jika pedet ikan sangat kering. Harga pedet ikan berkisar 5000 rupiah dalam bungkus plastik yang berisikan 10 pedet ikan. [b]