Paros Gallery di Banjar Palak, Sukawati, menggelar pameran lukisan dan printmaking bertajuk “Foreign/er”, pada 18 – 31 Januari 2014. Pameran ini menghadirkan karya-karya dua seniman lintas benua, yakni Christopher Stern (California) dan Ammarin Kuntawong alias Arm (Chiang Mai, Thailand).
Christopher Stern alias Christ adalah seniman otodidak, namun mempunyai pengalaman dalam bidang interior. Dalam jagat seni rupa di Bali, nama Christ sudah tidak asing lagi. Dia fasih berbahasa Indonesia. Dia datang ke Bali tahun 1998, dan setahun kemudian mendirikan “Galeri Sembilan” di Lodtunduh, Ubud. Namun, kini dia menetap di Chiang Mai, Thailand.
Ammarin Kuntawong (Arm) adalah printmaker yang berpendidikan formal seni rupa. Dia focus di bidang printmaking dengan teknik pilihan etsa hard-ground. Tema karya-karyanya lebih banyak menonjolkan lanskap Thailand, dan figur-figur bangsawan Thailand.
Apa maksudnya menjadi orang asing? Siapa yang memutuskan istilah “asing”, dan bagaimana “asing” pada posisi lokal? Itulah inti dari pameran yang menampilkan karya-karya dua orang “asing” ini. Satunya adalah orang Barat yang fasih berbahasa Indonesia dan pernah lama di Bali. Satunya lagi adalah orang Asia yang kurang berpengalaman tentang kebudayaan Indonesia. Mereka bertemu dalam “Foreign/er”.
Pemilik Paros Gallery, Made Kaek, mengatakan bahwa pameran ini sebagai pembuka apresiasi seni tahun 2014. “Paros Gallery selalu terbuka bagi para perupa yang berminat menggelar pameran, demi kemajuan kreasi dan apresiasi seni rupa di Bali,” ujar Kaek. [b]