Teks dan Foto Anton Muhajir
Kalau ingin menikmati sebagian Bali dengan perahu, pergilah ke Pulau Serangan. Kita bisa keliling pulau ini dengan sampan.
Kegiatan wisata ini termasuk baru, sejak Oktober 2010 lalu. Sebelumnya, pulau di bagian selatan Kota Denpasar ini lebih banyak mengenalkan wisata konservasi penyu, bersantai di pantai, dan selancar (surfing).
Serangan dulunya pulau terpisah dari Kota Denpasar. Sekarang ada jembatan penghubung sehingga mudah kalau ke sana. Tidak ada angkutan umum ke pulau ini sehingga pengunjung harus bawa kendaraan pribadi, ojek, atau taksi. Pulau ini jadi salah satu tempat warga untuk jalan-jalan dan sembahyang saat Kuningan.
Kini, ada pilihan kegiatan wisata lain di pulau sekitar 400 hektar ini. Selain bisa melihat tempat pelestarian penyu, bersantai di pantai, atau surfing, pengunjung juga kini bisa menikmati paket perjalanan menyusuri hutan mangrove, mancing di keramba, dan melihat ikan hias.
Paket perjalanan ini dikelola warga adat setempat melalui Pusat Pendidikan dan Konservasi Penyu atau Turtle Conservation and Education Centre (TCEC). Pusat konservasi yang berdiri sejak 2004 lalu ini sering jadi tempat tujuan jalan-jalan, pelajar maupun turis.
I Wayan Geria, pengelola TCEC, mengatakan, dari ide beberapa pengunjung, terutama guru murid yang berkunjung, lahirlah kegiatan wisata tambahan menyusuri hutan mangrove dan melihat ikan hias tersebut.
“Guru dan orang tua murid ingin ada kegiatan wisata lain selain melihat pelestarian penyu,” kata Geria.
Sebenarnya, menurut Geria, kegiatan ini sudah ada sejak Maret 2010. Namun, pengelola baru berani mempromosikan sejak Oktober lalu seiring dengan semakin banyaknya pengunjung yang mencoba kegiatan ini.
Kegiatan wisata ini ada dalam bentuk paket dengan empat kegiatan, yaitu mengunjungi pusat konservasi, menyusuri hutan mangrove, mancing ikan di keramba, dan melihat ikan hias. Tarif satu paket ini termasuk murah, Rp 35.000 per orang untuk wisatawan umum dan Rp 25.000 per orang untuk murid atau guru.
Namun, pengunjung juga bisa memilih salah satu kegiatan wisata saja. Misalnya, paket susur hutan magrove saja. Paket ini yang saya coba bersama anak istri akhir tahun lalu. Tarifnya? Cuma Rp 10.000 per orang. Dengan tarif murah meriah itu, kami bertiga bisa keliling bagian utara pulau Serangan.
Perjalanan keliling Serangan ini dimulai dari sisi timur laut pulau. Di sini pengunjung terlebih dulu akan mendapat jaket pelampung dan sedikit penjelasan. Lalu, perjalanan pun dimulai.
Boat yang kami tumpangi kapasitasnya untuk maksimal 6 orang. Jadi, masih banyak ruang tersisa di sana. Kami bebas bergerak ke sana kemari menikmati beningnya air laut ataupun memotret kapal, sampan, atau keramba di sisi utara pulau.
Made Kamarinda, petugas sampan, membawa kami menyusuri sisi timur terlebih dulu. Di bagian ini selain ada kapal-kapal layar berukuran kecil (yacht) sedang parkir juga banyak keramba, tempat orang mengembangbiakkan ikan dan memancingnya. Karena laju perahu tak terlalu kencang, kami bisa menikmatinya dengan tenang.
Dari sisi timur, perahu melaju ke sisi barat. Di bagian kanan kami ada hutan mangrove. Jarak dari perahu ke mangrove sekitar 50 meter. Agak jauh. Di sepanjang jalan itu pula kadang kami bertemu dengan orang lagi asik mancing, di atas keramba, perahu, ataupun nyebur ke dalam laut.
Kamarinda, pemandu perjalanan sekaligus pengemudi perahu, sayangnya tak banyak bicara pada kami. Harusnya, sih, kalau pemandu kan bisa menjelaskan banyak hal. Tapi, dia baru ngomong kalau kami bertanya. “Memang tidak ada pelatihan khusus bagi pemandu seperti kami. Yang penting bisa mengemudikan perahu,” katanya.
Perahu kami menyusuri hingga bagian barat Serangan di sekitar Pura Sakenan, tempat umat Hindu Bali sembahyang besar saat hari raya Kuningan. Kamarinda sudah mau memutar ke hutan mangrove. Tapi, kami memintanya untuk terus melaju ke bawah jembatan penghubung antara Denpasar dan Serangan.
Melihat jembatan ini dari bawah agak terasa berbeda. Serasa melihat jembatan-jembatan di tengah kota-kota di Eropa. #lebay.
Tapi, swear, rasanya memang beda pas melintasi bawah jembatan ini. Kalau melintas sore hari, saat matahari terbenam pasti lebih asik lagi.
Dari sini, kami kemudian menuju hutan magrove. Ada sungai kecil yang dulu biasa dipakai untuk transportasi antara Denpasar-Serangan sebelum terhubung oleh jembatan. Sebenarnya asik masuk hutan mangrove ini karena bisa melihat dalemannya. Sayang, banyak sampah. Bau lagi.
Anak kami yang sensitif bau langsung muntah-muntah begitu masuk kawasan ini. Kami tak masuk terlalu dalam. Langsung balik setelah sempat terhambat karena banyaknya sampah di sungai.
Masih banyak yang perlu diperbaiki dari kegiatan wisata ini. Tapi, untuk permulaan, keliling sebagian Serangan dengan perahu ini layak dicoba saat liburan.
Kalau tertarik, silakan hubungi I Wayan Geria, Pusat Pendidikan dan Konservasi Penyu. Jl Tukad Wisata No. 4 Kelurahan Serangan, Denpasar | Telp. 0361-8577881, 081236127202 |Email. info.tcec@gmail.com. [b]
Keterangan: tulisan ini dibuat dengan dukungan dari Hotelku, informasi dan pemesanan akomodasi di Bali.