Teks dan Foto oleh ADGI Chapter Yogyakarta
Ruang pamer Bentara Budaya Yogyakarta temaram oleh cahaya lilin, poster tak nampak detailnya. Malam itu, pada 11 Januari lalu, pameran poster World Silent Day didahului oleh happening art pencahayaan lilin dan presentasi dan diskusi soal WSD dan sosial design.
Andika selaku moderator memperkenalkan Ong Harry Wahyu, praktisi desain senior Yogyakarta yang lekat dengan pemberdayaan masyarakat, Enrico Halim, pendiri majalah Aikon dan Lab Desain Publik Jakarta serta Ayip dari Matamera Communications Bali.
Presentasi dan diskusi yang dihadiri praktisi desain, seniman, budayawan serta masyarakat ini berlangsung hangat dengan diskusi ditemani minuman wedang dan camilan yang langsung menghadirkan dua gerobak angkringan mobile ala Jogja di halaman ruang pameran.
Ungkapan “think locally – act globally” menjadi isu menarik mengupas dimensi Nyepi sebagai indigenous wisdom yang memiliki dimensi ekologi yang universal. Disusul diskusi menarik sambung menyambung menggugat peran dan kepedulian praktisi seni dan desain dalam problem social dan bencana.
Misalnya bencana erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta hingga lontaran gagasan dibentuknya LBD (Lembaga Bantuan Desain) dan LBI (Lembaga Bantuan Ide). Diskusi hangat, kritis dan diselingi dagelan ala Jogja. Yang menarik adalah kehadiran seniman dan budayawan senior serta pro aktif dalam berdiskusi. Sebuah pemandangan yang mengesankan.
Usai diskusi satu meja penuh lilin membentuk icon logo WSD dihadirkan di tengah hadirin. satu per satu lilin dinyalakan secara bergiliran sehingga cahaya membentuk icon WSD bersinar. “Ini adalah latihan untuk WSD tanggal 21 Maret nanti,” ujar Iqbal Ketua Asosiasi Desain Grafis Indonesia (ADGI) Chapter Yogyakarta. Ketika lilin menyala, semua hadirin mengenakan topeng kertas yang diadaptasi dari icon logo WSD dan dikenakan bersama.
Inilah akhir dari happening art menandai dibukanya Pameran Poster World Silent Day di Bentara Budaya Yogyakarta. Setelah itu lampu ruangan dinyalakan dan hadirin serta undangan menikmati poster-poster
yang dipamerkan. Tanda tangan dukungan untuk World Silent Day menjadi penanda akhir dari malam pembukaan pameran ini sekaligus disambung dengan obrolan kasual hingga tengah malam.
World Silent Day, malam itu menjadi referensi baru bagi pemirsa Jogja dan diharapkan masih banyak yang mengetahui lagi hingga pameran berakhir tanggal 17 Januari 2011. Setelah Jogja usai, pameran ini telah diminta untuk hadir di kota Bandung dan Surabaya. Sementara desainer di Amerika Serikat juga memohon untuk memberangkatkan poster – poster besar ini ke sana. Sebuah perjalanan menyongsong keheningan.