Teks dan Foto I Gusti Agung Made Wirautama
Hari ini coba menulis tentang kuliner ah. Kemarin saya mengantar istri ke Bangli, sebuah kabupaten di Provinsi Bali yang terkenal dengan daerah wisata Kintamani, juga dikenal karena memiliki sebuah rumah sakit jiwa (RSJ) Bangli. Seperti biasa, seminggu sekali istri saya datang ke kota ini untuk bekerja, jauhnya sekitar 1 jam perjalanan dari rumah saya.
Kami berangkat mengendarai mobil yang saya pinjam dari mertua, pukul 7 pagi dan tiba disana sekitar jam 8. Perjalanan cukup lancar walaupun kami melewati jalur kota Gianyar, mungkin karena hari minggu jadi jalanan cukup lengang, biasanya saya melewati jalur By Pass Ida Bagus Mantra melalui Tulikup dan tembus di Bangli.
Pagi hari kami sudah sarapan nasi kuning di rumah, lalu jam 12 siang kami pulang dengan perut yang sudah lapar dan kami mencari tempat makan siang. Sebab kalau memaksakan untuk makan di rumah sepertinya waktu tidak cukup, kasihan istri yang sedang hamil muda kalau sampai kelaparan, hehe.
Satu tempat yang kami percaya untuk tempat makan siang di Bangli adalah Rumah Makan Pak Bagong. Menurut informasi dari teman istri yang asli orang Bangli, Pak Bagong, pemilik rumah makan ini adalah mantan anggota DPRD Bangli, ya memang tidak ada hubungannya sih dengan informasi rumah makan.
Letak rumah makan ini tidak jauh dari Lapangan di pusat kota Bangli, sekitar 1 menit ke arah selatan, tepat sebelum pom bensin di kanan jalan kita belok kanan. Nah sekitar 200 meter di kiri (selatan) jalan itulah tempat rumah makan Pak Bagong yang saya sebutkan. Istri saya sampai memohon agar diajak makan di rumah makan Pak Bagong ini. Wajar saja karena makanannya memang enak menurut kami.
Menu utama rumah makan Pak Bagong ini adalah ikan Mujair. Siang itu kami memesan dua paket, satu paket makanan ini berisi 1 ikan Mujair seukuran telapak tangan orang dewasa lengkap dengan bumbu spesial, sepiring nasi ditaburi bawang goreng, sayur plecing kangkung, sambal bawang matah (mentah), sambal tomat serta semangkuk sayur jepang yang diisi kacang merah.
Walaupun saya termasuk orang yang tidak terlalu bisa membedakan makanan enak dan tidak (karena setiap makan rasanya pasti enak, apalagi gratisan, hehe) tapi rasa makanan di rumah makan Pak Bagong ini memang terasa ‘lebih’ dan spesial. Satu paket di atas saya tebus dengan selembar uang Rp 20 ribuan. Memang cukup mahal namun saya rasa sebanding dengan makanan dan tempat yang nyaman. Di rumah makan Pak Bagong ini juga menjual rujak bangli. Namanya memang rujak, tapi bukan seperti rujak pada umumnya karena rujak ini berupa minuman yang biasanya ditempatkan dalam botol air mineral. [b]
Catatan: ini pertama kali saya membuat tulisan tentang kuliner, mohon maaf kalau amburadul.
woaah enaknya makan ikan Muhajir..pasti mantaps !!
asik, bli…malah kurang panjang ni, karena keenakan baca dan ngiler.
kelihatannya enak, tapi harganya emang agak mahal ya..
@rahaji : hush, salah ketik tuh
@luhde : maklum mbok, saya ga terbiasa nulis tentang kuliner, hehe
Dik Wira, malam ini aku kelaparan, di Kintamani nggak ada restauran buka jam 21.00. panelokan berkabut dan sepi. Aku terpaksa turun ke Bangli cari makan, dulu aku juga pernah di ajak makan di rumah makan bagong memang uenak tenan. Lha alamatnya itu lho dimana ? Aku cari cari kok nggak ketemu?