Di balik nikmatnya, daging babi bisa menularkan penyakit.
Meningitis stroptooccus suis merupakan meningitis bakteri akut zoonosis yang menular dari babi ke manusia. Selain peradangan otak, bakter ini juga dapat menyebabkan peradangan pada jantung dan sel darah.
Cara penularannya melalui makanan dan luka lecet saat mengolah atau memasak danging babi yang terinfeksi. Produk babi yang masih mentah misalnya darah segar, usus, jeroan dan daging yang terinfeksi bisa menularkan bakteri ini.
Info pertama adanya penularan ini berasal dari Laboratorium Mikro Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah. Mereka menemukan kultur darah positif bakteri Streptococcus suis kiriman sampel darah RSU Badung. Hasil itu akan dilanjutkan dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR).
Temuan ini sudah dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Menurut dr. Made Susilawati, SpS masa inkubasi penyakit ini beberapa jam sampai hari (biasanya 2-4 hari) setelah makan produk atau olahan babi yang terinfeksi misalnya lawar merah atau olahan lain yang setengah matang.
Gejala klinis sesuai dengan gejala meningitis bacterial akut atau radang akut otak seperti panas, kaku kuduk, sakit kepala, perubahan kesadaran dan sering menimbulkan tuli saraf derajat sedang bilateral.
Dokte Susilawati menambahkan beberapa cara mencegah penularan penyakit Meningitis Streptococcus Suis.
Pertama, jika membeli daging babi, belilah di tempat resmi sehingga dapat dipastikan babi yang dipotong sehat. Kedua, saat mengolah daging babi pastikan tangan tidak ada luka atau tutup luka dengan baik.
Ketiga, pastikan masakan daging babi yang kita makan benar-benar matang. Keempat, bila di sekitar kita ada peternak babi yang memiliki babi sakit, mohon diinfokan jangan menjual ke pengepul untuk mencegah penularan.
Untuk dapat hidup sehat lakukanlah prilaku hidup bersih dan sehat. Salah satunya adalah mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
Jangan lupa pula jaga pola makan, istriahat cukup dan olah raga teratur. Sebab, faktor perilaku memiliki andil 30-35 persen terhadap derajat kesehatan. [b]