Bosan dengan pantai landai tanpa tantangan? Berkunjunglah ke Pantai Suluban di kawasan Bali selatan.
Ujung Bali selatan merupakan daerah tinggi dengan karakter bukit bertebing. Misalnya di Uluwatu, Pecatu, dan Jimbaran. Daerah ketinggian ini bertemu dengan pantai. Maka, jadilah pantai dengan tebing tinggi yang menghadirkan tak hanya keindahan tapi juga tantangan tersendiri bagi penikmat perjalanan.
Ada beberapa pilihan pantai menantang di Bali selatan ini. Antara lain pantai Pecatu, Padang-padang, Suluban, Bali Cliff, Timbis, dan seterusnya. Tapi, pas libur Galungan pekan lalu, saya hanya berkunjung ke dua tempat, Suluban dan Timbis.
Soal Timbis kapan-kapan saja. Kali ini saya cerita tentang Pantai Suluban saja.
Warga setempat sebenarnya menyebut tempat ini dengan nama Pantai Uluwatu. Alasannya, pantai ini memang berada di kawasan Pura Luhur Uluwatu, salah satu pura besar di Bali. Namun, banyak yang lebih menyebut nama pantai ini dengan nama Pantai Suluban. Ada pula yang menyebutnya Pantai Blue Point, merujuk pada salah satu nama hotel di kawasan ini.
Pura Uluwatu bisa menjadi petunjuk paling gampang jika ingin ke pantai ini. Orang yang pertama kali ke Suluban tinggal mengikuti jalan raya dari Jimbaran ke arah Uluwatu dengan jarak tempuh 30-45 menit.
Persis sebelum pintu masuk kawasan Pura Uluwatu, ada pertigaan ke kanan. Jalan raya ini ke dua lokasi, yaitu Pantai Suluban dan Pantai Padang-padang. Ada petunjuk jalan sangat jelas dengan nama dua pantai tersebut. Jadi, tak usah ragu kesasar.
Seperti juga pantai lain di Bali, tak perlu bayar jika masuk pantai ini. Cuma, bayar parkir Rp 3.000 juga mahal, apalagi tanpa bukti pembayaran. Tapi, ya sudahlah. Anggap saja berderma pada warga lokal yang menjaga pantai tersebut.
Pantai berjarak sekitar 200 meter dari tempat parkir ini dengan jalanan menurun lumayan miring. Namun, anak tangga memudahkan pengunjung yang melewatinya. Usai menuruni anak tangga sepanjang kira-kira 50 meter ini, pengunjung masih harus turun lagi dengan tangga lebih sempit dan kecil.
Begitu melewati tangga ini, sampailah kita di pantai.
Karang Bergoyang
Tapi, ini bukan pantai landai semacam Sanur atau Kuta. Ini pantai dengan karang-karang mengelilinginya. Tempat di mana kita berada saat baru turun dikepung goa-goa karang yang terbentuk dari kuatnya ombak di sini. Dari pantai dengan tombak keras inilah, para surfer ke laut dengan papan surfingnya untuk menaiki ombak.
Daya tarik Pantai Suluban tak hanya goa-goa karang ini. Di antara karang-karang setinggi sekitar 10 meter itu, ada anak tangga naik ke bagian lain. Karena sempitnya tangga, maka harus antri kalau lewat tangga ini. Perlu usaha ekstra untuk lewat tangga ini.
Namun, usaha ekstra itu akan terbayar ketika sudah di atas karang. Ombak biru membentang terlihat dari atas karang. Asyiknya lagi di atas karang-karang ini ada gubuk permanen untuk pengunjung. Jadi, pengunjung bisa menikmati birunya laut lepas, serunya ombak berkejaran, dan riuhnya laut oleh puluhan atau bahkan ratusan surfer sambil berteduh.
Di salah satu karang malah ada kursi tempat berjemur layaknya di Kuta atau Sanur. Padahal, ketika saya ke sini setahun lalu, di atas salah satu karang itu masih kosong. Rupanya, Suluban terus berkembang.
Berdiri di atas karang ini juga menimbulkan sensasi sendiri ketika ombak besar menerjang karang. Ombak sekitar 20 meter di bawah ketinggian karang itu seperti menggoyang karang.
Di atas karang ini pula, kita bisa melihat tebing di kiri dan karang di kanan. Sementara itu, di belakang sana restoran, kafe, hotel, toko souvenir, dan semacamnya terus bertambah banyak di tempat yang kian ramai oleh surfer maupun pengunjung biasa ini.
Maka, ke tempat inilah kita sebaiknya menuju jika sudah selesai menikmati ombak dari atas karang. Di sini kita bisa beristirahat sambil minum dan lanjur menikmati ombak berkejaran saling menderu.. [b]
*krik…krik…* saya mau beli tebing disana ah..pake pajangan di ruang tamu dirumah…
Bagian mananya yg bergoyang ya?