• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Wednesday, May 14, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup Kuliner

Memerdekakan Diri dan Perut di Renon

Anton Muhajir by Anton Muhajir
2 July 2007
in Kuliner, Travel
0 0
1

Oleh Luh De Suriyani

Renon tampil sebagai wajah urban warga Kota Denpasar. Memerdekakan jiwa dan juga perut.

Gaya hidup warga Denpasar barangkali bisa dilihat di Renon, kawasan civic center atau pusat pemerintahan di jantung Kota Denpasar. Dari pagi sampai menjelang petang, kawasan Monumen Bajra Sandhi Renon dipadati beragam aktivitas warga. Dari sekadar aktivitas olahraga, arena bermain anak, sampai etalase bagi penghobi atau komunitas.


Disebut etalase karena para penghobi biasanya setiap akhir pekan berkumpul di sekitar kawasan ini. Mulai dari club motor, mobil, sepeda, sampai komunitas bartender dan kelompok spiritual. Sejumlah ruas jalan di kawasan ini bisa jadi etalase hidup karena dipenuhi kegiatan penghobi dan komunitas itu. Aktivitas ini memungkinkan karena ruas jalan cukup lebar dan tak terlalu ramai.

Bagi yang tak suka berkelompok, kawasan ini juga ramah bagi aktivitas individu seperti olahraga, bermain layangan, atau sekadar cuci mata. Area monumen dibagi menjadi beberapa ruang terbuka seperti lapangan rumput untuk bermain bola, trek joging, lapangan-lapangan kecil untuk tempat bermain anak, dan ruang terbuka lainnya. Anehnya, walau kawasan ini tampak padat, tapi sellau masih ada ruang yang cukup luas untuk beraktivitas. Tak terasa sumpek. Mungkin karena pembagian area yang baik dan suasana rindang penuh pohon.

Keragaman aktivitas dan cara memuaskan diri membuat kita tak terasing. Tak ada yang merasa minoritas karena semua merasa merdeka dengan gayanya sendiri.

Setelah jiwa, pasti berlanjut ke perut. Khasanah kuliner nusantara di kawasan ini melengkapi kemerdekaan itu sendiri. Di sepanjang jalan kawasan Renon, kita dimanjakan beragam makanan khas daerah tersedia. Misalnya Restoran Cianjur yang menyediakan masakan khas Jawa Barat, Warung Be Tutu Gilimanuk khas Bali, Warung Blitar, dan Warung Lombok.

Kebanyakan warung memasang identitas daerahnya sebagai nama warung, jadi tak sulit menentukkan pilihan bagi pendatang yang baru melintas Renon. Selain identitas kedaerahan, sebagian lagi memilih nama warung sesuai dengan menu makanan yang dijual. Misalnya satu porsi ayam bakar dijual Rp 15.000 – Rp 20.000.

Makanan dengan harga di bawah Rp 10.000 rupiah per porsi juga tak sedikit. Ada soto sapi, bakso, nasi campur, sate, dan lainnya. Yang menarik, akulturasi juga nampak di bisnis makanan di daerah ini. Tak hanya itu, sepuluh ribu perak juga cukup untuk ditambah makanan penutup seperti jagung bakar atau es kelapa muda. Hmm, gimana nggak merdeka, nih perut?

Uniknya, akulturasi juga nampak pada bisnis makanan di daerah ini. Ada siomay khas Bandung yang dijual oleh kebanyakan etnis Lombok. Saking larisnya siomay ini, warga Lombok yang berjualan terus bertambah. Sampai ada perkampungan warga Lombok yang terus berkembang di daerah ini.

Satu lagi keistimewaan tempat makan di kawasan ini adalah memberikan ruang bagi lokasi mengisi perut yang nyaman sambil ngobrol santai. Misalnya warung dengan gaya bale bengong atau makan di taman terbuka. Jadi tak sekadar mengisi perut juga kongkow-kongkow sepuasnya.

Satu hal yang menjadi persoalan klasik adalah pedagang yang sering melanggar peraturan berdagang di area taman monumen. Barangkali tak hanya di Bali, di semua tempat umum yang ramai di Indonesia sulit menertibkan pedagang. Pemandangan kejar-kejaran aparat Tramtib dan pedagang masih beberapa kali terlihat.

Pedagang nekat karena permintaan makanan dan minuman pengunjung memang tinggi. Ni Nyoman, misalnya. Perempuan muda pedagang asongan ini nekat setiap hari berjualan mulai pukul empat sore di dalam kawasan Bajra Sandhi. Ia menjajakan beragam buah segar. Jika ada razia, ia mengaku tak risau karena dagangannya mudah dipindah untuk menghindari digaruk petugas.

Pedagang acung memang sulit diatur karena mereka mobile, dengan menjunjung dagangannya atau pake sepeda masuk ke tengah taman. Tantangannya, mereka harus diminta bertanggung jawab menjaga kebersihan dengan membawa kantong sampah sendiri untuk menampung sampah pembelinya. Ini terbukti efektif di Pantai Kuta. Pedagang di pantai itu punya aturan soal tanggung jawab menjaga kebersihan.

Bajra Sandhi

Monumen Bajra Sandhi, dikenal dengan monumen perjuangan rakyat Bali. Dalam monumen ini ada sejumlah jejak sejarah yang memperlihatkan perjalanan perjuangan rakyat Bali melawan pemerintah kolonial Belanda. Seperti diorama peristiwa perang, dan sejumlah dokumen.

Namun, museum mini ini lebih banyak dikunjungi para peneliti atau siswa. Barangkali karena terkesan serius. Kalah oleh kehebohan para penghobi, komunitas, dan pengunjung di areal taman dan sekitarnya yang dipadati aktivitas olahraga, rekreasi, atau sekadar cuci mata. Inilah kemerdekaaan jaman sekarang, bukan? [+++]

-tulisan ini dimuat di Media Halo edisi Juni 2007-

Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Ingin Mulai Transisi Energi? Coba Model EBT Ini

Ingin Mulai Transisi Energi? Coba Model EBT Ini

13 May 2025
Senioritas Generasi Teknologi

Senioritas Generasi Teknologi

12 May 2025
matan AI

Intelektual Blangko

11 May 2025
Merawat Kreativitas dan Kebebasan Berpikir Anak Muda Melalui Muruk dan Nutur

Merawat Kreativitas dan Kebebasan Berpikir Anak Muda Melalui Muruk dan Nutur

10 May 2025
Jangan Panik, Lakukan Ini Ketika Terjadi Pemadaman Listrik

Jangan Panik, Lakukan Ini Ketika Terjadi Pemadaman Listrik

9 May 2025
KB Krama Bali Bebankan Perempuan Secara Fisik dan Mental

KB Krama Bali Bebankan Perempuan Secara Fisik dan Mental

9 May 2025
Next Post

Aryantha Soethama, Mengabdi pada Sastra Bali Modern

Comments 1

  1. Sonny says:
    17 years ago

    Iya tuh, gue uga antara kasihan dan kesel ngelihat dareh dimana gue tinggal jadi semrawut karena banyaknya pedagang. tapi it’s okay aja kalu mereka tetap jaga kebersihan dan tidak ngerusak keindahan serta tanaman. Kebetulan juga gue tinggal di bilangan ciung wanara II. Salam buat semuanya.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Ingin Mulai Transisi Energi? Coba Model EBT Ini

Ingin Mulai Transisi Energi? Coba Model EBT Ini

13 May 2025
Senioritas Generasi Teknologi

Senioritas Generasi Teknologi

12 May 2025
matan AI

Intelektual Blangko

11 May 2025
Merawat Kreativitas dan Kebebasan Berpikir Anak Muda Melalui Muruk dan Nutur

Merawat Kreativitas dan Kebebasan Berpikir Anak Muda Melalui Muruk dan Nutur

10 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia