MVP #3 akan diselenggarakan pada Sabtu, 8 Agustus 2020.
Mebraya Virtual Performance (MVP) merupakan sebuah inisiatif untuk melibatkan partisipasi publik membangun panggung bagi para penggiat musik dan pertunjukan. Ketika dua panggung MVP sebelumnya menampilkan pertunjukan musik dan talkshow, MVP #3 menghadirkan pertunjukan tabuh, tari, dan musik dalam satu jam pementasan.
Pertunjukan tari akan menampilkan Komunitas Manubada, sebuah komunitas yang terbentuk pada Agustus 2014. Nama Manubada diartikan sebagai semangat, kekuatan, dan kokoh. Prinsip ini tecermin dalam usaha untuk tetap berkarya dalam merefleksikan keseimbangan kesenian tradisi dan kontemporer melalui media seni pertunjukan.
Komunitas Manubada telah berhasil mempertunjukkan karya-karya ciptaan baru sebagai pelestarian dan pengembangan seni. Beberapa di antaranya adalah “Sadhaka”, “Sterya”, “Janji Hanoman”, “Rama Sinta”, “Ghni Wanara”, “Konslet”, “Teror”, “Tetamian”, “Rekat”, “Embung”, “Gawat”, “Taru Muni”, “Dimensi Masa Lalu”, “Lara Sang Pertiwi”, “Garuda Wisesa”, “Aku di Antara Mereka”, “Ening”, “Mulut-mulut”, dan lain-lain.
Komunitas Manubada pernah menjadi penyaji karya dalam acara Rumah Kreatif Wajiwa Bandung, ISOLA Menari di UPI Bandung, Bedog Art Festival Yogyakarta, Hari Tari Sedunia di ISI Surakarta, Tidak Sekedar Tari di Wisma Seni Surakarta, Festival Hujan di Kartasura (2015, 2016, 2019). Mereka juga menjadi penyaji dalam International Mask Festival (2020), pentas virtual kolaboratif bersama Wilwatikta Foundation dari Bandung (2020), dan aktif dalam berbagai pagelaran ngayah dan festival di Bali.
Pertunjukan tabuh akan diisi dengan penampilan dari Komunitas Sing Seni, sebuah komunitas dari banjar Desa Munggu yang berdiri sejak 2011. Komunitas yang beranggotakan 20 pemuda ini disatukan oleh kegelisahan sama dalam memandang seni yang berkelindan dengan keadaan sosial, budaya, dan lingkungan sekitar.
Kegiatan-kegiatan yang telah Komunitas Sing Seni lakukan meliputi seni pertunjukan “Sangkan Paran” (2012), menggarap musik pengiring ujian Tugas Akhir mahasiswa ISI Denpasar (2014 dan 2015), menggarap pertunjukan kolosal “Mecacak” (2016), menggarap pertunjukan “Bekel Hidup” (2017), berpartisipasi dalam HUT Mangupura (2017), menjadi peserta International Mask Festival di Solo (2020), dan aktif berpatisipasi dalam upacara keagamaan di berbagai pura di wilayah Bali dan Jawa.
Selain pertunjukan, Komunitas Sing Seni juga aktif dalam aksi-aksi lingkungan seperti penanaman dan pelestarian pohon bakau.
Pertunjukan musik akan diisi oleh Arma Project, sebuah kelompok musik yang sebelumnya bernama Armagedoom. Awal 2018, mereka memutuskan untuk lebih mengeksplorasi pengalaman bermusik sekaligus membuka diri untuk segala kemungkinan kolaborasi.
Itulah yang mendorong Weda (vokal), Nova (gitar), Ajung Ama (bass), Eri (drum), dan Narreth (didgeridoo) untuk menggunakan nama Arma Project. Sebelum mereka merilis EP, dua single mereka, “Crosstime” dan “Lotus”, sudah bisa didengarkan di berbagai layanan musik digital.
MVP #3 dapat disaksikan dengan cara urun daya membangun panggung di tautan bit.ly/mebraya-3.
Pada MVP #3, format menonton dilakukan melalui dua cara. Selain secara virtual, disediakan pula kuota terbatas untuk bisa menyaksikan penampilan mereka secara langsung di lokasi pertunjukan. Tiketnya dapat diakses di bit.ly/mebraya-3rockness.
Format pertunjukan langsung ini akan dilakukan dengan tetap mengacu pada imbuan pemerintah tentang tatanan normal baru yang telah dikeluarkan pada Juli lalu.
Mari tetap menjaga api untuk menghadirkan komunitas seni pertunjukan dan musik sembari menjaga semangat kemandirian membangun panggung dengan cara mebraya, bergotong royong. [b]