• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Tuesday, May 13, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup Agenda

Masihkan Ogoh-ogoh Ber’taksu’?

Didi Suprapta by Didi Suprapta
4 March 2008
in Agenda, Budaya, Opini
0 0
5

Jangan ragukan lagi kemampuan masyarakat Bali mengapresiasi seni.

Setiap gerakan tangan adalah penciptaan patung-patung indah dan menjadi komoditas ekspor. Setiap goyangan badan adalah tarian yang seakan memiliki roh dalam setiap geraknya.

Dan tentu masih ada beribu cara orang Bali mengapresiasi seni lainnya.

Ogoh-ogoh adalah salah satu hasil kreatifitas seni masyarakat Bali. Ogoh-ogoh yang biasa dibuat dalam rangka menyambut Hari Raya Nepi merupakan salah bukti bahwa sebagian besar masyarakat Bali adalah seniman.

Buktinya setiap banjar mampu menghasilkan karya ogoh-ogoh yang berbeda-beda tentu dengan nilai seni yang berbeda pula. Ogoh-ogoh kini tidak hanya terpaku pada pakem seni ukir dan seni patung khas Bali. Ogoh-ogoh kini tidak lagi berwujud bhuta kala yang serem atau raksasa yang menakutkan. Ogoh-ogoh kini bisa berwujud pemuda funky atau gadis bahenol.

Memang sebenarnya seni memang tidak seharusnya terpaku pada satu pakem yang sudah ada turun temurun. Apa pun bentuk ogoh-ogoh, tetaplah sebuah seni. Meski terkadang setiap orang mempunyai penafsiran yang berbeda.

Ogoh-ogoh sebenarnya bukan bagian yang esensial dalam perayaan Nyepi. Ogoh-ogoh merupakan budaya baru masyarakat Bali. Tapi meski ogoh-ogoh bukan merupakan hal yang wajib dalam pelaksanaan penyambutan hari raya Nyepi, namun biasanya ogoh-ogoh diarak pada saat pengerupukan (sehari sebelum pelaksanaan Hari Raya Nyepi).

Tujuannya konon untuk mengusir bhuta kala. Ogoh-ogoh berkembang sebenarnya tanpa pijakan sastra agama. Jadi bisa kalau ogoh-ogoh dikatakan sebagai sarana untuk mengusir bhuta kala, mungkin para pemuka agama Hindu bisa memberikan pencerahan mengenai hal ini.

Kembali ke masalah seni, biasanya seni masyarakat Bali identik dengan ‘taksu’, dimana setiap hasil karya seni seolah memiliki roh atau jiwa. Setiap seni menggambarkan unsur kekuatan alam dan penghargaan yang tinggi kepada Sang Maha Pencipta. Tapi sekarang apakah ogoh-ogoh masih memiliki taksu?

Kenapa?

  • Setiap membuat ogoh-ogoh biasanya diselingi dengan acara minum-minuman keras bahkan sampai mabuk (meski tidak semua begitu).
  • Ogoh-ogoh identik dengan sumbangan. Dalam satau banjar saya seringkali dimintai sumbangan 2-3 kali dalam setiap musim ogoh-ogoh. Kalau tujuannya memang ‘ngayah’ dan ‘yadnya’ kenapa harus dipakasakan sampai bentak-bentak masyarakat yang tidak mau memberi sumbangan untuk ogoh-ogoh? Dimana letak ‘yadnya’nya?
  • Pawai ogoh-ogoh seringkali dipakai ajang jor-joran dan sering menjadi lahan perseteruan antar pemuda.
  • Jika ogoh-ogoh kontemporer yang berbentuk Inul yang lagi ngebor atau pemuda funky yang naik sepeda antik, apa masih pantas dipakai sarana mengusir bhuta kala?

Lantas, apa ogoh-ogoh masih mempunyai taksu? Mungkin masih ada yang mau menambahkan? [b]

Tags: NyepiOgoh-ogoh
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Didi Suprapta

Didi Suprapta

Didi Suprapta. Akrab dipanggil Didi atau Dek Didi. Lahir di Songan, sebuah desa di pedalaman Kintamani tepatnya pinggiran Danau Batur. Mempunyai minat besar pada blogging dan pemanfaatan internet sebagai media promosi untuk menggantikan model promosi konvesional. Dapat dijumpai di blognya: http://www.ikads.com

Related Posts

Enam Ogoh-Ogoh Ini Angkat Isu Sosial di Bali

Refleksi Kritis setelah Nyepi : Judol dan Pinjol sebagai Bhuta Kala Baru

13 April 2025
Perlawanan Kebijakan Politik dalam Karya Seni Ogoh-Ogoh 2025

Perlawanan Kebijakan Politik dalam Karya Seni Ogoh-Ogoh 2025

4 April 2025
Beban Merawat Keluarga bagi Perempuan dalam Lingkaran Masyarakat Patrilineal

Rekomendasi Kegiatan Saat Nyepi

30 March 2025
Enam Ogoh-Ogoh Ini Angkat Isu Sosial di Bali

Enam Ogoh-Ogoh Ini Angkat Isu Sosial di Bali

30 March 2025
Kalau Saya Orang Bali, Apakah Saya Mampu?

Nyepi Barengan dengan Awal Ramadhan

21 March 2023
[Cerpen] Menyepi di Desa

[Cerpen] Menyepi di Desa

9 March 2019
Next Post

Nusantara, Pusat Peradaban Dunia

Comments 5

  1. Ayoe says:
    17 years ago

    Taksu itu sebenarnya artinya apa sih?
    coz saya suka sama lagu “Taksu” ciptaan Nyoman Suryawan.
    klo ga salah lagu itu tentang melestarikan kebudayaan (maaf klo saya salah karena saya bukan orang bali jadi tidak terlalu ngerti dengan artinya)
    Thanks B4..
    Lam kenal buat balebelong.

    SELAMAT HARI RAYA NYEPI BAGI UMAT HINDU SEMOGA AMAN DAN DAMAI SELALU

    Reply
  2. Ayoe says:
    17 years ago

    Taksu itu sebenarnya artinya apa sih?
    coz saya suka sama lagu “Taksu” ciptaan Nyoman Suryawan.
    klo ga salah lagu itu tentang melestarikan kebudayaan (maaf klo saya salah karena saya bukan orang bali jadi tidak terlalu ngerti dengan artinya)
    Thanks B4..
    Lam kenal buat balebengong.

    SELAMAT HARI RAYA NYEPI BAGI UMAT HINDU SEMOGA AMAN DAN DAMAI SELALU

    Reply
  3. wayan says:
    17 years ago

    selamat hari raya nyepi untuk seluruh umat hindu di dunia, semoga ida sang hyang widhi wasa selalu senantiasa melindungi umatnya om santi santi santi om

    Reply
  4. l4eu_f_er says:
    17 years ago

    bagaimana orang membedakan agama dengan seni? saya kira itu pertanyaannya. jika masyarakat bali melihat diri mereka sebagai seniman namun tidak terkait dengan agama, saya kira ogoh-ogoh tak bertaksu bukanlah masalah. pertanyaan selanjutnya: apakah masyarakat bali sekarang menganggap diri mereka sebagai masyarakat murni seniman (yang tak terikat nilai) atau masyarakat religius yang memanifestasikan kereligiusan mereka melalui seni? how do they differentiate it? apakah mereka menyadari perbedaannya?

    Reply
  5. Goesde says:
    17 years ago

    Jangan dilihat dari jor2an saja

    Pikir juga proses dalam pembuatan ogoh2. Disana, baik pemuda maupun banjar akan berkumpul untuk sama menggarap ogoh2.Ini juga kan yang bisa melekatkan antara pemuda dan banjar dan akan memperkokoh banjar yang bersangkutan 🙂

    Yang paling jelek kan kalo ada banjar yang beli ogoh2 udah jadi terus dilombakan

    Kalo ga mau dimintai sumbangan, ya jangan donk buka usaha di wilayah banjar/desa yang bersangkutan =))

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

matan AI

Intelektual Blangko

11 May 2025
Merawat Kreativitas dan Kebebasan Berpikir Anak Muda Melalui Muruk dan Nutur

Merawat Kreativitas dan Kebebasan Berpikir Anak Muda Melalui Muruk dan Nutur

10 May 2025
Jangan Panik, Lakukan Ini Ketika Terjadi Pemadaman Listrik

Jangan Panik, Lakukan Ini Ketika Terjadi Pemadaman Listrik

9 May 2025
KB Krama Bali Bebankan Perempuan Secara Fisik dan Mental

KB Krama Bali Bebankan Perempuan Secara Fisik dan Mental

9 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia