• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, May 24, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru Kabar

Menggali Makna Tumpek Landep Sebenarnya

IBM Satya Wira Dananjaya by IBM Satya Wira Dananjaya
2 April 2018
in Kabar, Opini
0 0
1
Upacara tumpek landep saat ini telanjur dipahami sebagai odalan besi. Foto Anton Muhajir.

Benarkah anggapan bahwa tumpek landep adalah odalan besi?

Agama Hindu di Bali sebagaimana pandangan Stutterheim adalah rajutan antara agama Hindu dari pusat (India) berbaur dengan tradisi lokal yang telah berkembang sebelumnya. Mulai dari aspek teologis sampai praktis, pembauran tersebut menjadi rajutan indah. Aspek kepercayaan lokal tidak serta-merta dinegasikan melainkan dianyam menjadi suatu perpaduan.

Kedatangan agama Hindu terjadi dalam rentang sejarah panjang dan bertahap berbaur dengan kepercayaan lokal. Sehingga dapat dipastikan tidak ada kolonialisasi agama yang datang belakangan, tetapi semacam lokalisasi agama yang datang dari luar dengan bentuknya sesuai dengan tradisi lokal.

Tradisi, menurut Giddens (2003), adalah sebuah orientasi ke masa lalu. Bahwa masa lalu memiliki pengaruh signifikan atau masa lalu dibuat memiliki pengaruh besar di masa sekarang. Jadi masa lalu diambil untuk mengkonstruksi masa depan.

Terkait dengan itu, tradisi lokal yang berorientasi masa lalu memiliki pengaruh terhadap beragam ritual keagamaan yang dijalankan masyarakat hingga kini. Tradisi agraris dilanjutkan atau diadopsi dalam menjalankan kehidupan agama hingga menginjak ke tradisi industri.

Hal ini dapat dilihat dari salah satu upacara keagamaan yaitu tumpek landep. Setiap Saniscara Kliwon Wuku Landep diperingatai sebagai Tumpek Landep bagi masyarakat Hindu di Bali. Diperingati setiap enam bulan sekali sesuai kalender saka atau 210 hari sekali. Tepatnya satu kali perputaran wuku yang jumlahnya 30 wuku. Landep adalah wuku kedua setelah wuku sinta.

Merujuk pada teks Sundarigama tumpek landep merupakan pujawali Bhatara Siwa dalam aspeknya sebagai Sang Hyang Pasupati penguasa alam dengan tujuan memohon ketajaman pikiran (sesuai difinisi landep yaitu lancip). Proses upacara dan upakara ditujukan di Kamulan.

Benih-benih tradisi dalam ritual tumpek landep telah ada pada masa agraris. Teknologi yang digunakan pada masa agraris (benda-benda tajam) dan hakekat manusia yang memiliki suatu emosi mistikal mendorongnya untuk berbhakti kepada kekuatan tinggi yang tampak konkret di sekitarnya dalam bentuk keteraturan alam, pergantian musiam dan kedahsyatan alam dalam hubungannya dengan kehidupan dan maut.

Singkatnya manusia dalam menjalani kehidupannya diliputi oleh rasa takjub terhadap kekuatan adikodrati di setiap benda. Baik benda pusaka maupun benda yang dipakai sehari-hari dan telah membantu manusia dalam mengolah alam lingkungannya. Ketakjuban atas aspek dinamis tersebut dilanjutkan dalam bentuk pemujaan Bhatara Siwa dalam manifestasinya sebagai Dewa Pasupati Pengausa alam jagat raya.

Tumpek landep pada hakikatnya upacara untuk memohon ketajaman pikiran. Foto Anton Muhajir.

Namun, fakta di masyarakat upacara tumpek landep lebih dikenal odalan besi. Umat Hindu Bali lebih terkonsentrasi kepada berbagai benda terbuat dari besi, seperti benda pusaka yaitu keris, dan pedang. Juga berbagai benda keseharian yang membantu kerja manusia misalnya motor, komputer, dan pisau.

Pandangan tersebut menjadikan tumpek landep seringkali menerima arti peyoratif, yang bernuansa material atau bahkan paganistik sebagai harinya besi atau otonan motor. Pemaknaan tersebut tidak dapat disangkal.

Benda pusaka maupun benda yang memudahkan kehidupan manusia diberikan porsi utama dalam pelaksanaan upacara tumpek landep atau peletakan upakara yang telah dijabarkan dalan pustaka Sundarigama. Akibatnya, sejauh konsumsi mata memandang implus-implus tersebut membuat terbentuknya makna sebagai harinya besi atau otonan motor.

Upaya mengedepankan makna tekstual selain untuk menangkal penghayatan yang dangkal dalam kehidupan beragama (bernuansa material) yang sakral juga merupakan upaya politis untuk menguatkan kembali nilai-nilai religius dalam norma sosial yang aktual dengan kehidupan masyarakat. Agama diharapkan memberikan sumbangsih dalam kehidupan masyarakat baik dalam penguatan konsensus maupun menumbuhkembangkan sikap-sikap yang dibutuhkan masyarakat dalam konteks kehidupan bersama.

Di tengah masyarakat yang terkurung dalam berbagai rasionalitas, agama berdiri menjadi salah satu referensi dalam menyediakan berbagai perspektif penyelesaian maslah kehidupan. Karena sebagaimana pandangan Hall (1985) tidak semua masalah yang ada dalam kehidupan manusia dapat diukur dan diselesaikan dengan akal.

Agama yang menyediakan hubungan transendental melalui upacara atau pemujaan yang mampu memberikan dasar emosional bagi rasa aman serta identitas kelompok yang kuat. Dalam pengertian lain agama memberikan makna signifikan dalam menjalani kehidupan sebagai perintah Tuhan yang wajib dijpatuhi untuk kehidupan suci di masyarakat.

Makna memiliki sifat produktif dan terbuka. Makna bersifat terbuka karena ketergantungan tidak terpusat tetapi menyebar. Pemaknaan dapat tergantung pada si pemberi makna dengan berbagai latar belakang yang dimiliki. Makna juga tergantung pada konteks (gerak sejarah) dan kepentingan.

Karena itu makna aktual dari suatu teks sosial dalam hal ini tumpek landep tergantung pada yang memberi makna dengan gajala-gejala yang melekat padanya.

Konsekuensinya, makna bersifat produktif selalu dapat diperbaharui, diremajakan atau direvitalisasi. Namun, harus diingat makna yang aktual adalah yang menyebar di masyarakat bukan makna pada pustaka atau teks. Sebab, masyarakat merupakan letak dari praktis kehidupan sedangkan teks atau pustaka hanya suatu ide. Ide harus dipraktiskan.

Di sinilah signifikansi revitalisasi makna mendapatkan akar aksiologisnya. Tumpek landep tidak hanya sebagai hari teknologi yang membantu kehidupan manusia tetapi juga hari di mana pikiran sebagai tonggak perubahan dapat menciptakan kehidupan layak dan harmonis dengan alam. Sesuai dengan pusat pemujaannya dihaturkan kepada Sang Hyang Pasupati penguasa alam. [b]

Tags: AgamaBudayaOpiniTumpak Landep
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
IBM Satya Wira Dananjaya

IBM Satya Wira Dananjaya

Warga Desa Penarukan, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan. Mengajar di Universitas Mahendradatta, Denpasar.

Related Posts

Melihat Hukum dari Lubang Toilet

Melihat Hukum dari Lubang Toilet

19 May 2025
Kesetaraan Perempuan Bali ala Banjar Kekeran

Menjadi Perempuan Versiku

8 May 2025
Duta Budaya atau Duta Kapitalisme? Mengkritik Beauty Pageant di Bali di Tengah Overtourism

Duta Budaya atau Duta Kapitalisme? Mengkritik Beauty Pageant di Bali di Tengah Overtourism

27 April 2025
matan AI

Dusta Ajeg Bali

11 February 2025

Bali Hampir Habis, Semenjana dan Tergantikan

4 January 2025
Lebih dari Sekadar Wastra, Ragam Ekspresi di Roman Muka

Lebih dari Sekadar Wastra, Ragam Ekspresi di Roman Muka

22 July 2024
Next Post
Hand Lettering, Seni Merangkai Pesan dengan Keindahan

Hand Lettering, Seni Merangkai Pesan dengan Keindahan

Comments 1

  1. 3835group says:
    7 years ago

    mantap pak IBM Satya Wira, Selamat Tumpek Landep, Semoga pikiran menjadi semakin Tajam (sesuai difinisi landep yaitu lancip)

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Rumah Singgah Harmoni, Program Jembrana untuk Warganya yang Sakit di Denpasar

Rumah Singgah Harmoni, Program Jembrana untuk Warganya yang Sakit di Denpasar

24 May 2025

Benarkah Gelombang PHK Tak Menyentuh Media Massa Bali?

23 May 2025
Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

23 May 2025
Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

22 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia