Seniman fotografi Tjandra Kirana menggelar pameran tunggal bertajuk “Jiwa Cahaya”.
Pameran memaknai lima puluh tahun periode menciptanya ini diadakan di Bentara Budaya Bali (BBB) pada 29 Juni hingga 7 Juli 2014 mendatang.
Kali ini akan dihadirkan karya-karya masterpiece-nya, baik yang hitam putih maupun berwarna. Semua karya tersebut menyandingkan dan membandingkan moment-moment terpilih dari kurun waktu berbeda.
Di samping itu, secara khusus akan disertakan aneka ragam kamera yang menemani Tjandra Kirana berkarya selama ini. Sebentuk memorabilia yang menggambarkan pula transformasi dunia fotografi di Indonesia.
Mulai menekuni dunia fotografi sedari usia 15 tahun, Djaja Tjandra Kirana tak kunjung putus berkarya. Setelah hampir 50 tahun menggeluti dunia fotografi, lelaki kelahiran Denpasar tahun 1944 ini masih terus menempuh jalan berkesenian dan mencoba berbagai kemungkinan kreatif.
Sepanjang kariernya sebagai seniman, Tjandra Kirana telah menghasilkan banyak karya dalam berbagai periode ciptanya. Karya-karya tersebut menggambarkan pula perjalanannya yang lintas kota, pulau dan negara, di mana ia tak pernah lepas dari kamera.
Tjandra mengekspresikan pandangan hidupnya melalui sederatan moment-moment tertentu yang sejatinya tak berulang lagi.
Menurut kurator Hardiman Tjandra Kirana merupakan penekun fotogenia yang sangat taat teknis untuk kemudian barulah melahirkan bahasa dan representasinya. “Ini sesungguhnya mengisyaratkan tahapan akademis yang tertib metodologis dalam eksperimen dan eksplorasi teknis dan estetis yang dilaluinya,“ tutur Hardiman.
Lebih lanjut, ditegaskan pula bahwa segala teknik memotret dan penguasaan akan penataan cahaya, hingga berlama-lama di kamar gelap, berbanding lurus dengan transformasi kepribadiannya sewaktu memandang kehidupan. Lantaran itu pula, karya-karya Tjandra Kirana bukan sesuatu yang sepenuhnya faktual, melainkan merefleksikan pengharapan serta keyakinannya akan hal-hal baik di dalam kehidupan atau nilai-nilai hakiki.
“Menyimak karya foto Tjandra Kirana, kita seolah tengah masuk ke sebuah dunia rekaan, yang pada ambang batas tertentu memperkaya kenyataan kita,“ ungkap Putu Aryastawa, penata program BBB.
Tjandra Kirana meraih berbagai penghargaan nasional maupun internasional, antara lain Shanghai International Lung Jing Shan Photography Art Award; Gold Trophy (2009), Salon Foto Indonesia XXIX, Malang Photo Club, Special Award Pariwisata (2008), Silver Medal in the Category Black and White Photography at the International Salon of Photography in Singapore (1982), dan sebagainya.
Ia juga telah memperoleh sederetan gelar di bidang fotografi yakni: PSA*, A.RPS, A.LFCN, A.NPC, E.FPSI, A.FPSI*, F.RPS.I, F.BPS, dan F.SCC.
Sedari tahun 1975 hingga 2012, ia berpameran di banyak tempat, dalam maupun luar negeri seperti di Singapore, India, Beijing, Hongkong, Thailand, Malaysia, Taiwan, Makau, Filipina dan sejumlah pameran di dalam negeri (Jakarta, Bandung, Semarang, Jogyakarta, Surabaya, Makasar, Batam, Malang, Bali). Tjandra Kirana bersama rekan-rekan semasa fotografernya juga mendirikan PFB (Perhimpunan Fotografer Bali) yang masih eksis hingga sekarang.
“Dari pameran ini kita memiliki keleluasaan menyimak sekaligus menafsirkan karya-karya Tjandra Kirana melalui referensi dan perspektif bacaan kita terhadap kenyataan itu. Maka fotografi tak lagi semata seni, namun juga sebentuk makna yang hidup,“ pungkas Juwitta Lasut, staf budaya BBB. [b]