• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
Tuesday, November 28, 2023
  • Login
  • Register
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong.id
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Lalu Apa Setelah Subak jadi Warisan Budaya Dunia?

Anton Muhajir by Anton Muhajir
22 May 2012
in Berita Utama, Budaya, Kabar Baru, Lingkungan
0 0
6
Indahnya terasering ala subak Bali. Foto @LintasBali

Sabtu lalu, berbagai media arus utama memberitakan penetapan subak Bali sebagai warisan budaya dunia (WBD) oleh Unesco. Badan PBB yang menangani pendidikan, pengetahuan, dan budaya tersebut akan menetapkan subak sebagai WBD pada sidangnya di Rusia Juni 2012 nanti. Hampir semua media mengutip pernyataan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Windu Nuryanti.

Untuk memastikan ke sumber primer, saya coba cari-cari di internet, terutama website Unesco. Saya belum menemukan informasi penetapan subak sebagai WBD tersebut sama sekali. Saya hanya menemukan informasi tentang diajukannya empat lokasi di Bali ke Unesco agar ditetapkan sebagai WBD. Tiga tempat tersebut adalah kawasan Jatiluwih di Tabanan, kompleks Taman Ayun di Mengwi, kawasan pura di sungai Pakerisan di Gianyar, dan Pura Besakih di Karangasem.

Jadi, asumsi saya kalau toh penetapan tersebut benar, maka yang ditetapkan oleh Unesco bukanlah subak secara keseluruhan tapi kawasan persawahan di Jatiluwih, Tabanan. Kawasan berjarak sekitar 60 km dari Denpasar ini memiliki areal persawahan terasering yang memang menawan. Dia jadi salah satu daya tarik bagi wisatawan lokal ataupun asing.

Penetapan kawasan Jatiluwih sebagai WBD tentu menyenangkan. Teknik dan budaya pengairan tradisional Bali ini akhirnya diakui dunia sebagai salah satu warisan budaya, seperti juga Candi Borobudur, kawasan kuno Sangiran, dan tempat lain di Indonesia.

Namun, penetapan ini pun harus dilihat secara kritis. Apa manfaatnya kemudian bagi subak atau bahkan petani itu sendiri? Jangan-jangan di balik euforia penetapan itu, nasib petani di Jatiluwih malah kian merana.

Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda, jurnalis TEMPO yang kini jadi pendeta Hindu, mengungkapkan kekhawatirannya tersebut dalam kicauan berseri. Saya merangkum dan membaginya. Hanya sebagai penyeimbang di antara suka cita penetapan subak sebagai warisan budaya dunia. Agar kita tak terlena.

ShareTweetSendSend
Anugerah Jurnalisme Warga 2021
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

27 November 2023
Begini Lho Cara Menjelajah Nusa Penida dengan Cara Berbeda

Sekolah Perempuan oleh Bali Sruti

26 November 2023
Difabel, Pandemi, dan Perjuangan Inklusi

Kampanye Hak Alat Bantu Disabilitas

25 November 2023
Perjuangan Perempuan di Konsesi Lahan TWA Gunung Batur

Perjuangan Perempuan di Konsesi Lahan TWA Gunung Batur

24 November 2023
Museum Giri Amertha dan Sang Hyang Dedari

Museum Giri Amertha dan Sang Hyang Dedari

23 November 2023
Festival Film Perancis (FFP): Zero Fucks Given

Festival Film Perancis (FFP): Zero Fucks Given

22 November 2023
Next Post
Selamat Jalan, Pagar Manurung…

Selamat Jalan, Pagar Manurung...

Comments 6

  1. HeruLS says:
    12 years ago

    aduh, klasik. pemerintah menjual keunikan, kerja keras, warganya. jualannya laku, tapi si pekerja tak menerima penghargaan apa-apa.
    seperti juga berbagai komoditas pertanian lainnya.
    petani tidak perlu pengakuan lembaga dunia terhadap sesuatu yang memang sudah menjadi fakta. petani butuh keberpihakan.

    Reply
  2. IGN Widya Hadi S says:
    12 years ago

    yang pasti, sebagai generasi dan orang Bali, bangga lah dengan hal ini, namun yg jadi permasalahan apakah dengan adanya hal ini, orang2 jadi tersadar akan keberadaan subak yang sekarang jadi warisan budaya dunia? melihat dari semakin berkurangnya luas sawah, entah itu berubah jadi rumah, hotel atau apa pun itu. Kalau sawah hilang, terus buat apa ada subak?

    Reply
  3. Pingback: Apa Pentingnya Menjadi Warisan Budaya Dunia? « Agus Lenyot
  4. Made Nurbawa says:
    12 years ago

    Subak sebagai WBD . Dari mana?, dimana?, dan mau kemana? kurang jelas. Masih seperti promosi “harga pasar” yang pasaran..!! Mudah2an bisa jadi awal untuk memahami yg sesungguhnya!!!

    Reply
  5. nang coepak says:
    12 years ago

    subak.. saya belum paham, mengerti banget, padahal 5 tahun sudah menggeluti dunia pertanian… n ikut dalam krama subak…. apa itu subak? spirit apa yg ada di subak kita sudah paham…. sepakat kita bisa mengerti subak lewat literatur… namun lebih bijak… kalau mau terjun cair… dalam suasanya subak…. Mohon deh….. bahasa subak tidak untuk manis dibibir aja… suksma

    Reply
  6. Hendro says:
    11 years ago

    menurut saya , Spirit yang ada di dalam Subak sangat relevan untuk membangun Bali dalam arti luas, baik dari sistem Organisasi , Management , maupun Pembangunan fisiknya. Bali dengan segala isinya akan berkembang harmonis bilamana Sistem dan Mnagementnya dikembangkan dalam Sistem Kepemimpinan dan Pembangunan Bali…..suksma.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Melali Melali Melali

Temukan Kami

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Menyelami Magic di Pulau Dewata

Calon Arang dan Hal-hal Mistis yang Belum Diungkap [1]

1
Calon Arang dan Hal-hal Mistis yang Belum Diungkap [2]

Calon Arang dan Hal-hal Mistis yang Belum Diungkap [2]

3
Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

27 November 2023
Begini Lho Cara Menjelajah Nusa Penida dengan Cara Berbeda

Sekolah Perempuan oleh Bali Sruti

26 November 2023
Difabel, Pandemi, dan Perjuangan Inklusi

Kampanye Hak Alat Bantu Disabilitas

25 November 2023
Perjuangan Perempuan di Konsesi Lahan TWA Gunung Batur

Perjuangan Perempuan di Konsesi Lahan TWA Gunung Batur

24 November 2023
Museum Giri Amertha dan Sang Hyang Dedari

Museum Giri Amertha dan Sang Hyang Dedari

23 November 2023

Kabar Terbaru

Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

27 November 2023
Begini Lho Cara Menjelajah Nusa Penida dengan Cara Berbeda

Sekolah Perempuan oleh Bali Sruti

26 November 2023
Difabel, Pandemi, dan Perjuangan Inklusi

Kampanye Hak Alat Bantu Disabilitas

25 November 2023
Perjuangan Perempuan di Konsesi Lahan TWA Gunung Batur

Perjuangan Perempuan di Konsesi Lahan TWA Gunung Batur

24 November 2023
BaleBengong.id

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In