Dengan dukungan Pulitzer Center, para seniman Bali melalui Kisah Rimba merespons karya-karya jurnalistik investigatif tentang deforestasi, dan ancaman bagi hak-hak penduduk asli.
Denpasar, 9 Desember 2023 – Pulitzer Center, organisasi jurnalisme dan pendidikan nirlaba didukung oleh penerima dana hibah Pulitzer Center, seniman, dan agen perubahan, berkumpul untuk membagikan kisah-kisah mengenai hutan, serta merangsang kesadaran akan pelestarian hutan melalui pameran seni bertajuk “Kisah Rimba” yang dibuka semalam, 8 Desember 2023 dan akan berlangsung hingga 14 Desember 2023 di Dharma Negara Alaya, Denpasar, Bali.
Indonesia, yang membentang mulai dari puncak Jaya Wijaya hingga kedalaman danau Matano, adalah rumah bagi 12% mamalia dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia, menjadikannya pilihan yang sangat tepat bagi Pulitzer Center untuk menyelenggarakan acara seni tahunan ini. Bali, dengan tradisi dan seni yang kaya, serta keanekaragaman hayati yang melimpah, dengan bangga menjadi tuan rumah acara ini.
Deforestasi merupakan salah satu penyebab perubahan iklim, sebuah isu besar terutama bagi Indonesia yang memiliki hutan hujan tropis ketiga terluas di dunia setelah Brasil dan Kongo, namun isu tersebut kurang mendapat perhatian. Inilah yang menginspirasi sejumlah seniman Bali, seperti Gen Netik, Gus Dark, Made Bayak, dan putranya Damar, serta Slinat (Silly in Art), dengan dukungan dari Aqil Reza (Circle of Youth), Hafidz Mubarak (ANTARA foto), dan Ulet Ifansasti (iklimku.org) untuk membuat karya.
“Melalui jurnalisme, kami menghadirkan isu-isu penting seperti perlindungan hutan tropis ke permukaan. Para seniman seringkali menjadi pelukis isu-isu ini. Hutan, sebagai sumber kehidupan, memberikan makanan, mengurangi emisi karbon, dan menjaga keanekaragaman hayati,” ujar Intan Febriani, Direktur Pendidikan dan Pengembangan Internasional, Pulitzer Center.
“Dengan dukungan Pulitzer Center, para seniman Bali melalui Kisah Rimba merespons karya-karya jurnalistik investigatif, menjadi suara bagi kekhawatiran kami mengenai terbabatnya hutan, kehilangan sumber makanan bagi masyarakat sekitar hutan, dan ancaman bagi hak-hak penduduk asli. Acara ini adalah kesempatan untuk menjembatani jurnalisme dan seni, serta tempat untuk merenungkan aksi yang dapat dilakukan untuk melindungi hutan dan menuntut pertanggungjawaban dari mereka yang seharusnya melindungi hutan,” tambahnya.
Intan memandu Opening Talk dengan tema “What we’re not talking about when we’re talking about forests,” bersama Ahmad Arif, jurnalis KOMPAS yang merupakan penerima dana hibah Pulitzer. Keduanya akan didampingi oleh dua kurator pameran seni, Ismar Patrizki dan Made Bayak, serta Irma Sitompul, seorang pemerhati lingkungan hidup dan hak-hak perempuan.
Acara pembukaan ditutup dengan penampilan musik akustik oleh Made Mawut dan Aik Krisnayanti. Deliana Winki, pemain sape (gitar tradisional Kalimantan) yang memperjuangkan hutan melalui karya-karyanya, akan berkolaborasi dengan penulis puisi Bali, Pranita Dewi, untuk membagikan Kisah Rimba versi mereka.
Adapun pada 13 Desember akan ada penampilan Melati Wijsen, seorang agen perubahan berusia 22 tahun, akan memandu pemutaran film “Bigger Than Us,” diikuti oleh sesi diskusi dan tanya jawab. Melati telah berjuang untuk bumi sejak usia 12 tahun, menjadi salah satu penggagas Gerakan “Bye Bye Plastic Bags” bersama adiknya, Isabella.
Melati juga mendirikan “YOUTHTOPIA,” sebuah wadah bagi anak-anak muda yang ingin membuat perubahan, dan tempat bagi Aqil Reza, seorang seniman yang mengangkat isu hutan melalui karyanya di Kisah Rimba.
Selain itu, workshop melukis dengan teknik Batuan, teknik menulis tradisional Bali, akan dipandu oleh Made Griyawan. Workshop ini akan diikuti oleh workshop Linocut Art atau Seni Cukil oleh Niluh Pangestu. Di malam hari, Made Bayak dan Gus Dark akan berdiskusi dengan para penggemar seni mengenai karya-karya mereka dan kegelisahan mereka terhadap isu-isu hutan yang diwakilkan dalam karya seni mereka.
Jangan lewatkan Kisah Rimba yang akan berlangsung selama tujuh hari dari 8 hingga 14 Desember 2023. Pameran ini merupakan bagian dari kampanye #ShowMeYourTree, sebuah ajakan untuk semua warga di wilayah Mekong dan sekitarnya untuk bersatu dalam perjuangan melindungi hutan hujan tropis kita.
situs mahjong