Oleh Gus Dark
Kamis, 7 Maret 2013, terjadi sedikit insiden di SDN Plus Widiatmika.
Sekolah ini beralamat di jalan kembar kampus Universitas Udayana (Unud) pada pukul 8.30 Wita. Saat itu hujan lebat mengguyur Jimbaran dan sekitarnya. Tampak serombongan anak-anak sekolah berdiri di depan gerbang sekolah. Anak-anak yang tadinya berpakaian rapi itu terlihat menggigil kedinginan dengan pakaian kuyup dan mulai lusuh.
Mereka berdiri berhimpitan menghindari hujan bukan karena SD tersebut rusak atau sedang direnovasi seperti SD-SD tertinggal di beberapa wilayah di Bali. Mereka berdiri kehujanan karena pintu sekolah mereka dikunci dan digembok. Hal ini bukan karena ada demo orang tua atau apapun yang patut ditakuti oleh pihak sekolah. Ternyata, seperti dituturkan satpam TK yang kebetulan ikut berdiri berteduh tak jauh dari gerbang sekolah, penutupan pintu gerbang atas perintah kepala sekolah karena ada meeting.
Dengan lugu satpam TK ini bilang kalau pagi-pagi tadi pak kepala sekolah memerintahkan seluruh staf sekolah untuk menghadiri meeting tanpa kecuali termasuk satpam-satpam SD yang biasanya mengatur lalu lintas dan memantau anak-anak yang keluar masuk SD.
Beberapa orang tua siswa merasa heran dan dilecehkan atas tindakan arogan dari kepala sekolah SDN Plus Widiatmika yang belum lama ini meresmikan gedung baru SD-SMP Nasional Plus Widiatmika dengan total investasi Rp 12 miliar. Seorang bapak dengan sedikit emosi mengatakan kalau saat dia tiba dia melihat seseorang masuk ke areal sekolah kemudian menutup dan menggembok pintu gerbang. Sesaat sebelum dia masuk mengantar anaknya yang masih kecil, si anak sudah terlihat basah kehujanan walau memakai jas hujan.
Bahkan ada anak perempuan kelas 6 yang sampai basah kuyup karena bingung mencari jalan masuk ke sekolahnya sendiri.
Virus
Beberapa ibu mengomel atas tindakan tidak bijaksana dari sekolah tersebut. Shock theraphy yang tidak pada tempatnya mengingat musim penghujan yang diikuti angin keras membuat anak-anak gampang terserang virus. Kejadian ini kontan memicu amarah para orang tua yang menyekolahkan anaknya di SDN Plus tersebut.
“Kami bayar mahal-mahal kenapa malah diperlakukan seperti ini?” gerutu seorang Bapak yang mencoba membuka gerbang sekolah di derasnya air hujan.
Seorang nenek yang mengantar dua cucunya terlihat shock dan sedih. “Saya meninggalkan cucu paling kecil untuk mengantar kakak-kakaknya bersekolah, kenapa malah diginiin? Saya lama di Jakarta belum pernah melihat cucu-cucu saya bersekolah diperlakukan seperti ini,” lanjutnya.
Karena khawatir dengan cucunya yang paling kecil, si nenek menitipkan ke dua cucunya kepada saya.
Seorang Bapak yang tiba mengantar anak dengan mobil bertanya kepada saya, “Masih dikunci, Pak?”
Saya mengangguk.
“Pulang aja!” teriaknya sambil memacu mobilnya keluar areal sekolah.
Saya berusaha mengorek keterangan dari satpam TK yang terlihat berusaha tidak terlibat dalam insiden tersebut. Dari keterangan satpam, kejadiannya terjadi pada pagi pukul 8.15 Wita. Saat itu tiba-tiba kepsek berteriak meminta agar semua orang masuk ke dalam gedung sekolah dan memerintahkan satpam untuk mengunci pintu dan menggemboknya. Kepsek juga meminta seluruh staf untuk mengadakan meeting.
Lucunya orang tua yang sudah dari tadi pagi mengantar anak-anaknya ikut terkunci di areal sekolah yang berubah jadi penjara dengan tiga gerbang sekolah yang semuanya dikunci dan digembok.
Para orang tua lugu yang terkunci ini hanya bisa menunggu meeting selesai agar bisa pulang. Sungguh mengherankan tidak satu pun orang tua murid yang ada dalam areal sekolah berani mengontak satpam ataupun staf sekolah untuk mengeluarkan mereka.
Saat hujan makin deras dan pintu gerbang tidak kunjung dibuka, seorang Bapak yang juga pekerja di bidang hospitality yang sering bertemu dengan berbagai macam orang baik dalam dan luar negeri mengambil keputusan bahwa hal ini sangat tidak etis untuk dilakukan pihak yang seharusnya mendidik dan membimbing.
Bapak ini meminta pada tukang sapu sekolah agar pintu gerbang dibuka. Karena diminta dengan tegas, tukang sapu yang terus-terusan bilang ini perintah kepsek Bapak Drs. I Nyoman Sudiatma, M.Pd, yang juga Pendiri Yayasan Widiatmika akhirnya mengambilkan kunci. Dia membuka gembok gerbang sekolah. Dengan terbukanya gerbang sekolah para orang tua ini bisa menyelamatkan anak-anaknya dari arogansi pihak sekolah.
Mereka masuk beriringan sambil menggerutu.
Mencoreng
Saya berusaha memperoleh informasi insiden yang sangat tidak bijaksana ini sambil menunggu pihak sekolah selesai meeting.
Dengan diikuti orangtua yang tidak terima anaknya dibiarkan kehujanan di luar, saya bertemu Kepala Sekolah SDN Plus Widiatmika yang nota bene adalah sekolah yang memiliki murid dari kalangan atas bahkan anak dari politisi Golkar Bali juga bersekolah di sana.
Insiden ini benar-benar mencoreng nama baik sekolah.
Adu argumen pun terdengar alot. Kepala sekolah yang sering membawa anjing kesayangannya ke sekolah ini tidak mau disalahkan. Saat seorang Bapak bertanya apa lumrah membiarkan seorang anak di luar kehujanan, kepsek menjawab bahwa sudah diberikan toleransi selama ini tapi sering ada yang terlambat.
Argumen kepsek terdengar naif tanpa mengingat anak-anak yang masih di bawah umur. Seharusnya pihak sekolah tidak seketat itu memperlakukan aturan apalagi wali kelas bisa memberi bimbingan bukan hukuman fisik atau dengan cara membiarkan kehujanan di luar menunggu gerbang dibuka.
Pemberitahuan lisan maupun tulisan juga tidak ada, bahkan komite sekolah hanya daftar hadir tanpa pernah ada rapat-rapat untuk mensosialisasikan kebijakan-kebijakan sekolah.
Kejadian ini dipicu oleh tidak adanya pemberitahuan bahwa akan ada ‘penguncian gerbang’ dalam hal apapun. Saat diingatkan hal ini, kepala sekolah malah balik menyerang dengan mengatakan kritikan itu tidak benar dan sudah ada di peraturan sekolah. Dia mempersilakan para orang tua yang tidak terima untuk segera keluar dari SDN Plus Widiatmika.
Beberapa orang tua akhirnya balik badan dan mengatakan bahwa perkataan Bapak kepala sekolah tersebut sudah bukan perkataan seorang pembimbing dan pengajar yang patut digugu dan ditiru.
Seorang bapak melihat bahwa ironis sekali sekolah yang mahal dan bisa membuat garasi untuk mobil kepseknya memperlakukan hal yang sangat tidak etis hanya untuk mengejar gengsi dan ‘nama baik sekolah’. Apakah kalau anak-anak jatuh sakit dan jika pihak sekolah dianggap bertanggung jawab apa bisa membuat nama baik sekolah pulih?
Mubazir
Seorang Bapak yang sempat saya wawancarai mengatakan kalau dia sempat komplain soal mubazirnya buku-buku lama yang tidak bisa diwariskan ke adik-adik kelas hanya karena kengototan pihak sekolah agar para siswa membeli buku baru tiap tahun ajaran baru.
Saat dikonfirmasi, Kepsek yang sering mengutip perkataan pakar pendidikan DR. Ovide Decroly dan DR. John Dewey bilang kalau ini memang kebijakan sekolah. Kalau pun buku-buku lama lusuh, itu karena kesalahan anak-anak yang tidak becus merawat buku-bukunya. Dia kembali mempersilakan para orang tua yang tidak terima untuk mengambil putera puteri mereka kembali kalau tidak bisa dibilang dikeluarkan.
Hal ini kontan membuat kecewa para orang tua siswa karena sudah membayar uang bangunan dengan nominal jutaan rupiah dan SPP bulanan yang berkisar ratusan ribu rupiah tanpa boleh terlambat. Sering kali nama yang belum membayar diumumkan di depan para siswa untuk menimbulkan efek jera pada para orang tua. [b]
Sangat tidak etis! Seharusnya perlakuan barbar seperti itu ada tindak jeranya. Apakah Komite sekolah bisa bereaksi terhadap Kepsek seperti itu? Sayang sekali, lebih terlihat seorang perampok dan preman daripada tipikal seorang Kepala Sekolah. Apakah ada link berita lain atau foto saat kejadian? Ijin Share…
Weleh .. aku risi denger berita kaya gini, baru jadi KEPSEK .. sudah brengsek arogan .. kampungan loo … kenapa gak dibakar saja KEPSEK model kaya gini … kalau anak gua sampe kehujanan dan dengerin Bacot Kepsek kaya gitu .. pasti dah gue TINJU tuh KEPSEK …!!
Baca artikelnya jadi agak panas juga, tapi baca komentarnya kok malah ngerasa sedih. Bakar dan gebuk.
Bakar dan gebuk.
kata orang kesombongan itu adalah bukti kejatuhan sudah dekat, jadi jangan lah sombong jadi orang!!!
Bener-bener tidak adil……mereka cuma anak-anak dibawah umur…..
ARTIKEL Yang Menyesatkan!!!
Karena pada saat kejadian kami dan beberapa orang tua ada di sekolah pada saat itu. Kejadian nya tidak seperti itu jangan putar balikan fakta itu TIDAK BAIK !!!! krna anak saya juga sekolah disitu sudah kelas 5 lagi.. itu Rupanya yang bikin artikel ini adalah orang tua yang sering terlambat mengantar anaknya kesekolah sampai satu jam. Ketika di tegur Kepala Sekolah jadi Emosi, Kalau memang benar mengapa anaknya masih di biarkan sekolah d situ?? kan kasihan…….??????
Kalo anak saya sech fine* ajah bahkan sering memuji sekolahnya.
Saran saya sech : Kalo di ajarin baik dan kebaikan kita arus ikuti jangan malah memutar balikan fakta itu tidak baik……. Jangan sampai merusak nama baik orang yang berbuat kebaikan…
Ternyata memang ada yaa… orang yg kaya pigur Sanusi, itu tuuu.. pemain sinetron RT Sokowi yg di peranankan oleh Unang. Perannya memang suka propokasi & suka sirik pada warganya, terutama orang* yg berpikiran maju..
hari giniie yaa msh ada orang yg berpikran picik & tdk berwawasan masa depan gmana negeri kita mau maju????? kalo orang*nya tdk bisa displin.
Negara lain sudah pd ke planet lain lho pikirannya….
Kasihan deh kita orang Indonesia….!!!!
yg masih di slimuti dgn DUnia Hitam Kesirikan & Kemunafikan…
Kalo mau maju harus d buang jauh pikiran menjelek*an orang lain dan kita bisa mawas diri…..
Gtow Lhoo…….!!!!!!
kayana itu bukan sekolah widiatmika dey…tampang guru n muridna ga kaya gitu…cape dey,,,banyak bacot loe!!!
ternyata bukan cuma gaji guru pegawe di bawah UMR, sifat arogan kepsek ini sudah menjadi sejak dahulu kala, kepsek selalu berusaha mengintimidasi bawahannya untuk menutupi bobrok nya pemerintahan yayasan profit oriented di sekolah ini, seperti pantun “beli kikir patah lagi = sudah kikir serakah lagi”, @amora: yg ada di gambar adalah ilustrasi, dateng saja ke sekolahnya langsung, tanya2 deh sama siswa dn guru2 pegawe di stu, gmn kelakuan si kepsek.lol. sebagai info toleransi atasan dn bawahan di sekolah ini kurang sekali, jadi untuk orang tua yg menyekolahkan anaknya di sekolah ini jgn harap toleransi yg berlebihan di berikan oleh pihak sekolah, wong otak kepseknya aj dah kaya batu, fleksibelitas kurang, profit mulu yg di otaknya, hehe.. ampun ya owner yayasan widiatmika, seperti kata dedy corbuzer: “ngaca dulu dong”.
@all: beh sy jdi mlh tambah ga betah ama ni sekolah, udh pusing, banyak aturan, sepertinya upah gak sesuai, mau banyak ngasi sedikit, kepsek tukang ngeyel, unggah saja kalo ad masalah dengan sekolah ini ke internet, biar warga indonesia tau, ni loh widiatmika sekolah yg ‘katanya’ bagus… wkwkwk
Ini…. yang kepseknya punya mobil yaris tu yaa, wih! sombong x.., parkir lain sendiri, udah gtu mobil jemputan kumuh kyk mobil ngangkut sayur, serius fakta! sekolah becek, fasilitas multimedia kurang, ditambah ad artikel ini yg memang benar sy liat ndiri emg bgitu kenyataanya, parah! sekolah bagus di pimpin kepsek kyk gni emg sesuatu bgt, sesuatu yg cepat atau lambat memperburuk keadaan sekolah, sadar pak! niat baik kalau di lakukan dengan cara salah hasilnya sama saja dengan bapak berniat buruk!
wah dari dulu emang kepsek sekolah ini kayak batu, tidak mau fleksible, jgn berharap banyak toleransi dan kebebasan berpendapat tanpa intimidasi deh di sekolah ini, rata2 yg mendukung kepsek ini kan karna anaknya ad slh satu murid les di sekolah itu, ad unsur ingin tambahan nilai, dan yg lebi pasti kerabat dekat sama si kepsek sangar ini. jadi saudara2 yg tidak puas sama sekolah ini, paparkan saja dengan media internet biar orang se indonesia tau, ini loh sekolah widiatmika, sekolah kikir dan banyak maunya..hahah, mau disiplin ketat2an pak?? bukak sekolah militer aja, jgn bukak sekolah swasta, atau balik ke bisnis apitik aj hehehe..
Judul artikelnya yang salah Gan..
Mestinya : Karena hujan, Orang Tua asyik mejangkut, anak2 terlambat diantar sekolah…
Coba anda dan anak anda bangun lebih pagi, semua yang anda uraikan dengan bumbu penyedap plus kecap pedas di atas tidak akan terjadi.. toh orang tua lain bisa mengantar anaknya tepat waktu. Aturan sekolah dibuat untuk dpatuhi.. coba lihat jam ke-1 mata pelajaran anak anda.. jam 7.30 dimulai kan. Baca dong jadwal pelajaran anak anda.
aturan di buat untuk di taati bukan untuk dilanggar
-saya adalah salah satu dari orang tua lugu yang disebutkan pada tulisan ini.
-saya ingin mengklarifikasi bahwa saya pada saat itu tidak terjebak di sekolah tetapi saya di sekolah karena ada urusan yg berkaitan dgn lomba yg diikuti ank saya,
-saya adalah saksi yang melihat bagaimana 2 orang bapak2 yg dgn arogan dan bicara kasar masuk keruang administrasi mencari kepsek.
-tulisan yang dibuat sangat tidak berimbang.
-dalam aturan sekolah yang sudah dibagikan pada saat anak mulai bersekolah disana sudah dicantumkan anak harus hadir 15 menit sebelum jam pelajaran (mungkin bapak ini tdk pernah lihat jadwal sekolah anaknya).
-anak2 semestinya sudah disekolah sebelim jam 7.30, kejadian ini terjadi pk 8.30
k
-pada saat kejadian semua guru dan pegawai termasuk satpam ada rapat,dgn pertimbangan menjaga hal2 yg tidak diinginkan terjadi pd anak2 spt anak2 kejalan,makanya sekolah dikunci (hari sebelumnya sekolah tdk dikunci ada satpam yg berjaga diluar)
-jangan berpikir bahwa saya membela sekolah karena les disana dan mengkatrol nilai anak. 2 anak saya yg sekolah disana tdk les disekolah tapi keduanya berprestasi sampai tingkat kabupaten.
-kita sekolahkan anak utk mendapatkan pendidikan termasuk pendidikan disiplin. jadi bagaimana anak bisa disiplin jika ortu membenarkan ketidakdisiplinan itu.
-aturan adalah aturan,kalau fleksible itu bukan aturan,tapi semau gue.
-saran saya kepada bapak ini,lebih baik mencari sekolah yg tidak ada aturannya,jadi jam sekolahnya terserah bapk.
SALAH KAPRAH
Dalam tulisan ini ada kata2 “kami BAYAR MAHAL kenapa diperlakukan seperti ini” dari kata2 itu kita dapat artikan mereka ingin membayar kedisiplinan itu,padahal DISIPLIN TIDAK BISA DIBELI.
Pada tulisan ini ada kata ANAK DIBAWAH UMUR. Jangan selalu menjadikan pembenar bahwa anak dibawah umur boleh melanggar disiplin. Dari semenjak anak lahir kita sudah mulai mengajarkan disiplin dgn aturan makan dan tidur. Apa jadinya anak kita jika tidak tahu disiplin dan tanggungjawab serta hanya bisa menuntut hak.
Dalam tulisan ini juga dibahas buku sekolah yg tidak terpakai. Itu salah,anak saya yg kelas 4 tetap membaca warisan buku dari kakaknya(kelas 6). Setiap buku ada materi tambahannya,jadi tidak benar ada buku yang mubazir.
Tentang uang SPP.ada pemberitahuan resmi bahwa spp harus dibayar sebelum tgl 10 tiap bulannya,tapi disini ada keringanan bisa dibayar sampai akhir bulan dan akan ada pemberitahuan melalui telpon(Saya sering bayar setelah tgl 10) pengumuman Spp yang belum bayar terjadi pd akhir semester(6bl) itu berarti sudah diberi keringangn 6bl.
Kalau tidak salah sepertinya putu puspa adalah ibu yang duduk dgn saya di ruang administrasi (jadi bukan ibu2 lugu yg terjebak) Apakah bapak2 masih ingat ada dua ibu2 yang duduk di administrasi menyaksikan kearoganan dan kesombongan bapak yg berbicara kasar seolah2 uang bisa membayar semuanya.
@anacaraka. Apakah adil utk anak dibawah umur yg sudah datang tepat waktu. siapa yang akan disalahkan jika sampai terjadi sesuatu pd anak2lain yg datang tepat waktu akibat gerbang yg tdk dikunci saat semua pegawai termasuk satpam rapat. Yang pasti sekolah akan disalahkan oleh ratusan orang tua karena membela segelintir orang tdk disiplin dan malas.
Sukses bukan hanya karena pintar tapi juga disiplin dan tanggungjawab
Dari awal baca dah curiga bahwa ini adalah pembenaran atas ketidak disiplinan ORTU, apakah kecurigaan saya benar ?
@ netvice, koment anda tepat,ini adalah PEMBENARAN atas KETIDAKDISIPLINAN ORTU
DASAR KEPSEK
DIA MEMANG PELIT!!!!! SAYA TELPON POLISI NANTI!!! SEHARUSNYA WIDIATMAHO MENJAGA SISWA TIDAK DIPERMALUKAN!!!! SAYA LAPOR POLISI KALO ADA INSIDEN KYK GINI LAGIIIIIIIIII