• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
Wednesday, November 29, 2023
  • Login
  • Register
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong.id
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Karya Sastra dari Balik Jeruji Penjara

Anton Muhajir by Anton Muhajir
25 April 2015
in Berita Utama, Buku
0 0
0

Anak Lapas Baca Buku

Sebelumnya, ketika di luar, saya pikir semua orang dipenjara itu pasti bersalah.

Setelah merasakan sendiri di dalam penjara, ternyata tidak. Mereka, orang yang di dalam penjara, hanya salah melangkah.

Ardi (nama samaran), salah satu penghuni Lapas Anak Gianyar di Karangasem bercerita kepada kami Jumat pekan lalu.

Sebelum itu, biar tidak salah paham, namaLembaga Pemasyarakatan (Lapasn)-ya memang Lapas Anak GIANYAR di Karangasem. Yes, Lapas Anak Gianyar tapi di Karangasem.

Oke. Mari lanjut.

Ardi bercerita ketika kami ke Lapas Anak Jumat pekan lalu. Kami bertanya tentang apa pelajaran dia selama di penjara. Dua paragraf di atas jawabannya. Dia bercerita sambil jongkok di dekat dapur Lapas Anak Karangasem ketika saya merekam omongannya sebagai bagian dari film pendek.

Pernyataan itu menjadi penutup film berdurasi sekitar 8 menit yang kami putar pada saat peluncuran buku Di Balik Jeruji. Buku setebal 108 halaman itu karya anak-anak penghuni Lapas Anak di Karangasem. Adi termasuk salah satu penulis buku tersebut.

Selain Ardi, ada 19 anak lain yang bercerita dalam buku Di Balik Jeruji. Secara garis besar, karya sastra mereka terbagi dalam dua jenis, prosa dan puisi. Semua dibuat berdasarkan kisah nyata penulisnya. Sebagian besar tentang kisah yang membawa mereka masuk ke penjara.

Cerita mereka beragam. Ada tentang hubungan dengan (mantan) pacarnya, pengalaman sebagai begal, atau ketika memakai narkoba. Adapun puisi lebih banyak tentang harapan mereka selama di penjara.

“Buku ini sangat berharga dalam hidupku karena ini adalah curahan hati seorang narapidana yang berpisah dengan orang tua, berpisah dengan orang-orang yang dicintainya,” kata Agus, nama samaran juga, salah satu penulis buku.

Jumat kemarin, buku tersebut diluncurkan di pembukaan agenda tahunan Bali Emerging Writers Festival (BEWF). Ni Kadek Purnami, General Manager BEWF, secara simbolik menyerahkan buku kepada tiga perempuan: Janet DeNeefe, Cok Sawitri, dan Luh De Suriyani.

Janet adalah penggagas Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) yang juga penyelenggara BEWF. Cok, sastrawan Bali yang juga pemateri utama lokakarya menulis untuk anak-anak di Lapas. Sedangkan Luh De fasilitator dari Sloka Institute yang mendampingi proses selama dua bulan bersama Intan Paramitha.

Foto launching buku Di Balik Jeruji
Foto launching buku Di Balik Jeruji

Kolaborasi
Buku Di Balik Jeruji memang hasil kolaborasi tiga pihak, UWRF, Sloka Institute, dan Cok Sawitri. Ide awalnya, UWRF ingin memberi tempat pada suara-suara kelompok marjinal. I Wayan Juniartha, Manajer Program UWRF Indonesia, kemudian mengajak Sloka, lembaga pengembangan media, jurnalisme, dan informasi di mana saya juga terlibat.

Sejak Februari lalu, tim Sloka, UWRF, dan Cok pun bolak-balik ke Lapas Anak di Karangasem, berjarak sekitar 60 km di timur Denpasar. Tiap dua minggu sekali, tim ini memberikan pelatihan untuk anak-anak Lapas Karangasem.

Ini proses yang tidak mudah. Menurut Cok, jangankan menulis karya sastra, bahkan menulis tangan pun sebagian anak itu tak bisa. Mengeja nama sendiri pun tertarih-tatih.

Karena itu pula, Cok menghindari formalisme sastra baik teori, struktural, ataupun keindahan kata. Dia membebaskan anak-anak tersebut selama bisa menuliskan apa yang mereka ingin tulis. “Anak-anak sudah terlalu banyak kena aturan di penjara. Karena itu biarkan saja mereka bebas dengan karya-karyanya,” tambah Cok.

Setelah empat kali pertemuan di Lapas Anak, lahirnya 14 prosa dan 16 puisi.

Sebagaimana ditulis Juniarta dalam pengantar, buku ini mungkin memberi kejutan tidak nyaman, baik karena bahasanya yang cenderung vulgar maupun tema cerita yang masih dianggap tabu. Namun, bahasa-bahasa “apa adanya” ala anak-anak Lapas memang dibiarkan begitu saja. Editor tidak mengubah substansi karya.

“Karena kami percaya karya-karya tersebut akan memberikan gambaran jujur tentang kehidupan remaja ini,” tulis Juniarta.

Charlie, salah satu penulis, misalnya menceritakan kisahnya melalui karya Kisah Begal Motor. Anak berumur 18 tahun ini menuliskan pengalamannya saat ditangkap polisi. “Hari ini aku tersesat, besok aku bertobat,” tulisnya.

Ada pula DMS dengan karya Menuju Gelarku yang bercerita tentan betapa muram hidup di penjara. “Tulisan-tulisan dinding yang kubaca seperti sangat sedih terbaca, entah siapa yang menulis. Suara tetesan air keran yang seakan tak berhenti kudengar dari kamar mandi semakin membuatku gelisah.”

Anak-anak itu dengan kekuatan dan kemampuan masing-masing telah mencampur adukkan kenangan maupun imajinasi mereka di buku ini. Seperti mereka katakan ketika kami bertemu Jumat lalu, penjara bukanlah halangan bagi mereka untuk berkarya.

Ragam cerita anak-anak di balik penjara tersebut melengkapi kemeriahan BEWF tahun ini. Agenda tahunan bagian dari UWRF ini diadakan tiga hari, 24-26 April 2015.

Selama tiga hari ada aneka kegiatan seperti workshop, diskusi, dan program seni. Beberapa nama penulis terkemuka seperti M Aan Mansur, Windy Ariestanty, dan Eka Kurniawan hadir dalam diskusi. Nama-nama penulis muda lokal pun hadir seperti Ni Wayan Idayati dan I Putu Supartika.

Di Balik Jeruji memberi warna sendiri di BEWF yang kali ini bertema The Voices You Need to Hear. [b]

Tags: BaliBukuSastraYang Tak Bersuara
ShareTweetSendSend
Anugerah Jurnalisme Warga 2021
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Napak Tilas Konflik Tanah Desa Adat Bugbug

Napak Tilas Konflik Tanah Desa Adat Bugbug

23 October 2023
TPA Suwung yang Dibalut Asap: The Aftermath

TPA Suwung yang Dibalut Asap: The Aftermath

19 October 2023
(Esai foto) Menikmati GWK dari Luar

(Esai foto) Menikmati GWK dari Luar

24 September 2023
Klub Menulis Musik bersama Made Adnyana: Sisi Lain Dunia Musik

Klub Menulis Musik bersama Made Adnyana: Sisi Lain Dunia Musik

13 September 2023
Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

4 September 2023
Mairakilla: Energi dan Interaksi Panggung Underground

Mairakilla: Energi dan Interaksi Panggung Underground

3 September 2023
Next Post
Bersih Nyaman Ekowisata Bakau Lembongan

Bersih Nyaman Ekowisata Bakau Lembongan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Melali Melali Melali

Temukan Kami

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

27 November 2023
Begini Lho Cara Menjelajah Nusa Penida dengan Cara Berbeda

Sekolah Perempuan oleh Bali Sruti

26 November 2023
Difabel, Pandemi, dan Perjuangan Inklusi

Kampanye Hak Alat Bantu Disabilitas

25 November 2023
Perjuangan Perempuan di Konsesi Lahan TWA Gunung Batur

Perjuangan Perempuan di Konsesi Lahan TWA Gunung Batur

24 November 2023
Museum Giri Amertha dan Sang Hyang Dedari

Museum Giri Amertha dan Sang Hyang Dedari

23 November 2023

Kabar Terbaru

Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

27 November 2023
Begini Lho Cara Menjelajah Nusa Penida dengan Cara Berbeda

Sekolah Perempuan oleh Bali Sruti

26 November 2023
Difabel, Pandemi, dan Perjuangan Inklusi

Kampanye Hak Alat Bantu Disabilitas

25 November 2023
Perjuangan Perempuan di Konsesi Lahan TWA Gunung Batur

Perjuangan Perempuan di Konsesi Lahan TWA Gunung Batur

24 November 2023
BaleBengong.id

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In