• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, July 19, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Kampanye Fair Trade melalui Lagu

Luh De Suriyani by Luh De Suriyani
11 May 2015
in Berita Utama, Musik
0 0
0

nosstress

“Say no to child labor/that’s what people say/brothers and sisters, look around you/ giant corporations act as people/occupy the world, they’re so smooth/ amuse your brains and your hearts/ drowning in the ocean of ignorance/losing power to see reality/child Labor/born from injustice/ child labor/killing our future/lets stand up, regardless of who you are/act together/liberate our children/for freedom, justice and posterity.”

Itulah lirik yang dinyanyikan Gunawarma “Kupit” berjudul Child Labor dalam album “Viva Fair Trade”. Album ini diproduksi Mitra Bali Fair Trade dan band Nosstress. Ada lima lagu dalam mini album yang dirilis memperingati hari World Fair Trade Day 2015 di Bali.

Bisa membayangkan bagaimana lirik verbal itu dinyanyikan Kupit? Silakan memburu CD anyar ini di Taman Baca Kesiman Jalan Sedap Malam, Denpasar.

Lagu lainnya berjudul Social Solidarity, Reformation, dan Viva Fair Trade. Walau dalam balutan kampanye fair trade, lagu-lagu itu tentang kondisi sosial dan ekonomi keseharian warga. Khususnya di Bali.

pekerja fair trade

Ketut Agung Alit, pendiri Mitra Bali, menulis semua lirik lagu ini. Misalnya lagu Social Solidarity tentang solidaritas sosial yang makin menipis di Bali. “Banyak yang terlalu capek mengurus upacara sampai lupa memikirkan sekitarnya,” ujar pria tengah baya ini.

Reformation tentang suara kesetaraan perempuan dan laki-laki. “Perempuan tak menikah salah, setelah tua dibilang bisa ngeleak agar tak dapat warisan. Melahirkan anak, mengurus ternak, suami kalah tajen dimarah. Serba salah jadi perempuan,” katanya mencontohkan tantangan sejumlah perempuan di Bali.

Kesetaraan ini menjadi salah satu prinsip dari 10 nilai fair trade yang harus dijalankan. Salah satu tagline yang dikumandangkan gerakan fair trade, strong women strong nation.

Perhatian pada perempuan juga nampak di video dokumenter para pengerajin yang dibuat Mitra Bali. Ada Sugiani, pengerajin perak. Mengikuti implementasi fair trade membuatnya harus peduli pada sanitasi tempat kerja dan belajar keuangan. Tiap pengerajin didorong mengerti bagaimana produknya dijual.

“Saya mendapat bantuan peralatan kerja, toilet. Kemampuan kami diangkat dan terus dipromosikan. Kami dituntut 10 prinsip fairtrade dan mencoba mengembangkan,” kata Sugiani yang bekerja bersama suaminya, Slamet.

Selamet yang awalnya spesialisasi pengerajin kayu kini fokus bantu istrinya di produksi perak. “Dulu keadaan saya morat marit. Punya banyak utang, tak bisa memperbaiki rumah. Upah tak layak. Dituntut bekerja lebih professional, disaranan buat pembukuan,” katanya.

Kerajinan handmade berbasis kayu dan silver memang menjadi perhatian karena mendorong usaha pengerajin kecil dan menengah. Mereka bisa berproduksi dari rumah.

Nosstress, band trio akustik dari Bali ini mengaransemen lirik menjadi lebih lirih. Seperti berkisah, menembang. Mengubah lirik keras dan verbal a ala Gung Alit ini menjadi lemuh (lembut) merasuk ke sanubari. Memperkenalkan isu fair trade lebih dekat dengan gaya santai tapi bernas dari ketiga anak muda ini.

pemilik lahan replanting tree untuk bahan baku

Mudah ditebak siapa yang mengaransemen jika sudah pernah menyimak dua album Nosstress.

Nyoman Angga, gitar dan vokal mengatakan proses membuat lagu ini dijalani dengan bahagia. “Kami membagi lirik ke semua personil, mereka bebas mengaransemen, lalu diperlihatkan hasilnya dan diperbaiki bersama,” jelasnya.

Mereka mengaku senang terlibat karena bisnis musik juga memerlukan konsep fair trade. Misalnya proses kreatif, upah yang layak, mengoptimalkan talent lokal, isu lokal, dan lainnya.

Agung Alit menjelaskan fair trade tak memakai patokan upah minimum regional (UMR), namun standar living wedges. Satu produk menggunakan aturan gaji layak. Misalnya satu keluarga dihitung 4 orang, dihitung kebutuhan kalori per hari berapa seperti beli beras. Lalu diricek dengan produktivitas.

“Bayar sesuai living wedges tak bisa jadi pekerja malas. Kerena itu harganya sekitar 15-20% lebih mahal harga pasar,” jelasnya.

Di Indonesia, menurut Federasi Fair Trade Indonesia baru 7 usaha yang tersertifikasi dan terdaftar secara global di World Fair Trade Organization (WFTO). Di Bali hanya ada dua, Mitra Bali dan Arumdalu Mekar. Keduanya bergerak di bidang kerajinan.

Untuk konteks Bali, menurut Agung Alit gerakan dan prinsip ini sangat penting untuk mencegah eksploitasi free trade. Misalnya ada control pada bahan baku yang dipakai apakah dari kayu legal, ramah lingkungan, memastikan kesejahteraan pekerja, perlindungan anak sebagai buruh, kesetaraan perempuan, dan lainnya. [b]

Tags: EkonomiLSMMusik
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Luh De Suriyani

Luh De Suriyani

Ibu dua anak lelaki, tinggal di pinggiran Denpasar Utara. Anak dagang soto karangasem ini alumni Pers Mahasiswa Akademika dan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Pernah jadi pemimpin redaksi media advokasi HIV/AIDS dan narkoba Kulkul. Menulis lepas untuk Mongabay.

Related Posts

Perjalanan Penyanyi Bali Legendaris Dealot

Perjalanan Penyanyi Bali Legendaris Dealot

17 June 2025
Gede Robi dan Segala Daya Mainstreaming Isu Lingkungan

Gede Robi dan Segala Daya Mainstreaming Isu Lingkungan

29 June 2024
Klub Menulis Musik bersama Made Adnyana: Sisi Lain Dunia Musik

Klub Menulis Musik bersama Made Adnyana: Sisi Lain Dunia Musik

13 September 2023
Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

4 September 2023
Mairakilla: Energi dan Interaksi Panggung Underground

Mairakilla: Energi dan Interaksi Panggung Underground

3 September 2023
Lima Festival Jazz yang Sayang Kamu Lewatkan!

Satu Dekade Ubud Village Jazz Fest 2023

27 July 2023
Next Post
Yuk Berburu Diskon bersama THAI Airways

Yuk Berburu Diskon bersama THAI Airways

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Identifikasi Sederhana Serangan Siber

Identifikasi Sederhana Serangan Siber

19 July 2025
Igniting Jimbaran’s Literary Scene from Pasar Republik Buku

Igniting Jimbaran’s Literary Scene from Pasar Republik Buku

18 July 2025
Dampak Pancingan Phishing yang Meruntuhkan Fisik, Mental, dan Material

Dampak Pancingan Phishing yang Meruntuhkan Fisik, Mental, dan Material

17 July 2025
Krisis Air Bersih dari Kacamata Anak Muda

Krisis Air Bersih dari Kacamata Anak Muda

16 July 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia