
Permen Banten
Permen kerap dijadikan pengganti jajan pada canang. Permen untuk banten ini dapat dengan mudah ditemukan di pedagang canang. Kami membeli sebungkus permen seharga Rp2.000 yang berisi 25 bungkus permen. Permen tersebut diproduksi oleh UD. Mulya Jaya dari Sidoarjo, Jawa Timur dan distribusikan oleh Angsa Jaya, Tabanan, Bali.

Bungkus permen yang kami beli berwarna kuning, menggunakan bungkus saos cabe bergambar kelinci. Di belakang permen tertulis “Perhatian: Dupa permen ini khusus digunakan sebagai peralatan sembahyang upacara adat Bali dan tidak untuk dimakan.”
Seperti yang tertulis pada bungkus, permen banten tersebut tidak layak untuk dimakan. Ketika permen ini digunakan untuk banten, maka permen akan dibuang begitu saja bersama dengan bungkus plastiknya. Penggunaan permen pada banten atau canang hanya akan menambah limbah yang mencemari lingkungan. Belum lagi pencemaran sampah pada sungai karena canang biasanya dihaturkan di pinggir sungai, sehingga sampah permen dan canang kemungkinan terbawa arus sungai.
Wadah Kopi Plastik

Selain permen, kopi juga kerap digunakan sebagai pelengkap canang. Kopi disajikan pada wadah berupa mangkok kecil. Sering kali mangkok yang digunakan adalah mangkok plastik sekali pakai.
Sampah plastik menjadi salah satu jenis sampah yang paling banyak mencemari lingkungan. Penggunaan mangkok plastik sekali pakai hanya akan menambah jumlah sampah.
Dilansir dari Tirto.id, plastik merupakan sampah yang membutuhkan waktu paling lama terurai. Barang-barang plastik dapat terurai di tanah 1000 tahun lamanya, kantong plastik terurai 10 hingga 1000 tahun, sedangkan botol plastik dapat terurai sekitar 450 tahun.
Dupa
Dupa sebagai salah satu alat persembahyangan Agama Hindu merupakan lambang Dewa Agni. Sebagaimana Reg Weda menyebutkan bahwa api adalah pengantar upacara, penghubung manusia dengan Brahman.
Dupa seharusnya berbahan basar tumbuh-tumbuhan, seperti bunga yang memiliki aroma wangi. Sayangnya, pembuatan dupa saat ini banyak menggunakan zat kimia dari pengawet dan pewangi buatan, sehingga dupa tidak lagi tergolong sebagai sampah organik, melainkan sebagai residu.
Hal ini diungkapkan oleh Project Officer Merah Putih Hijau (MPH), Krishna Wasista Widantara dalam artikel BaleBengong. “Termasuk juga lidinya atau kayu di dalamnya. Itu juga susah sebenarnya untuk dijadikan kompos. Jadi proses pengolahannya beda,” ujarnya. Meski dari luar terlihat menggunakan bahan-bahan alami, ternyata dupa merupakan limbah persembahyangan yang sulit terurai.
Busung Ibung

Busung merupakan daun kelapa yang menjadi bahan utama berbagai jenis banten di Bali. Sementara itu, busung ibung adalah daun kelapa yang telah diberi pewarna dan pengawet. Busung ibung juga dikenal sebagai busung Sulawesi karena banyaknya pemasok yang berasal dari Sulawesi.
Meski menggunakan daun kelapa, busung ibung tidak serta merta tergolong sampah organik, malah sampah jenis ini susah terurai. Akhirnya, busung ibung tidak bisa diolah sebagai kompos bersama sampah banten lainnya.
Busung ibung kini semakin banyak digunakan pada banten, seperti lamak, ketupat, sampian, hingga wadah kacang yang kecil-kecil. Meski teksturnya rapuh dan aromanya menyengat, busung ibung ini digemari karena awet dan warnanya tahan lama.
Stapler

Mejejahitan berasal dari kata menjahit, yaitu proses pembuatan banten berupa menyatukan janur menjadi bentuk tertentu untuk upacara. Salah satu alat yang digunakan untuk mejejahitan adalah semat, yaitu bambu kecil dan runcing untuk menjahit janur.
Namun, pengguna semat kini kian tergantikan oleh staples. Staples merupakan bahan berupa potongan logam atau metal yang digunakan untuk menyatukan satu media ke media lainnya, sedangkan isi di dalam stapler disebut stapler. Staples dianggap lebih efisien dibandingkan semat karena mengurangi risiko luka akibat tusukan bambu dan mempercepat proses mejejahitan.
Sayangnya, perubahan ini menciptakan masalah baru. Pasalnya, stapler berbahan dasar metal atau logam yang sulit terurai. Menurut penuturan Khrisna dalam artikel BaleBengong sebelumnya, limbah stapler pada canang maupun banten masih tercampur dengan limbah organik lainnya karena membutuhkan waktu lama untuk memilah stapler satu per satu.
Stapler yang tercampur dalam limbah organik tidak merusak mesin pencacah, tetapi berisiko berkarat. Jika logam pada stapler terkumpul dalam jumlah yang banyak dan dijadikan pupuk kompos dapat menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan menjadi racun bagi tanaman.
Sarana banten di atas hanya lima dari sekian limbah banten lainnya yang masih belum dapat dipastikan dapat terurai atau tidak. Penggunaan bahan-bahan di atas mungkin lebih praktis dan terlihat mempercantik banten. Namun, konsep banten pada dasarnya adalah mempersembahkan sesuatu yang berasal dari alam, bukan bahan-bahan buatan yang mencemari alam seperti bahan-bahan di atas.
tokohpmurah.com vanujacoffee.com sangkarbet sangkarbet chrishondrosfilm.com sangkarbet