Teks dan Foto Luh De Suriyani
Belasan poster bernada gugatan terhadap pemiskinan dipamerkan di Lapangan Puputan Badung, Denpasar, Minggu. Wayan Dania, misalnya membuat sejumlah poster bertema ketidakadilan lingkungan, kesehatan dasar, dan ekonomi. “We dont need anymore heroes, we just need someone to planting the trees,” tulisnya di sebuah poster tentang hutan yang gundul di Bali.
Ada lagi poster soal kemerdekaan bersekolah untuk anak-anak, bayi yang gisi buruk, dan lainnya. “Kadang kita lupa betapa merdekanya langit, karena kita diajarkan untuk menunduk,” tulis Dania. Bangkit! Ia menuliskan kata itu besar-besar di posternya.
Di sudut lain ada I Ketut Tarta, pria tengah baya yang baru saja dipensiunkan dini sebagai pegawai di salah satu supermarket besar di Denpasar. Tarta mengaku sudah tiga bulan belum mendapat pekerjaan baru. “Saya mau mulai jualan madu, bantu saya memasarkan produk lewat internet,” pintanya.
“Saya sudah bekerja 15 tahun disana. Sekarang saya mau membuat usaha kerja sendiri, memfasilitasi petani madu di desa saja,” ujar Tarta optimis. Ia belajar mengenal komputer dan membuat email untuk mulai memasarkan madu di stand Sloka Institute dan Bali Blogger Community (BBC).
Selain poster, beberapa warga dan LSM juga memberikan pelayanan dan edukasi kesehatan reproduksi perempuan, pelayanan checkup kesehatan untuk lanjut usia, dan kespro untuk remaja. Pameran ini dilakukan di sepanjang pedestrian depan Museum Bali di sekitar lapangan pusat kota ini.
Aksi ini bagian dari kegiatan Stand Up and Take Action atau Aksi Bangkit dan Beraksi di Bali. Diprakarsai oleh Alase Bali – Aliansi LSM dan Elemen Masyarakat sipil se?Bali, gabungan dari seluruh LSM dan dari elemen masyarakat sipil yang ada di Bali. Di malam hari, Alase mengajak setidaknya 500 warga sipil guna memperkuat inisiatif masyarakat bagi pemenuhan komitmen Pemerintah terhadap Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals – MDGs).
Juga dibacakan ikrar dan standup yang dihadiri oleh Wakil Walikota Denpasar IGN Jaya Negara dan Sekretaris Daerah Provinsi Bali I Wayan Yasa. “Mobilisasi ini dilakukan untuk memberitahukan kepada para pemimpin dunia bahwa jutaan orang telah bangkit dan menuntut pemiskinan dihilangkan dan bahwa pemenuhan janji atas pencapaian MDGs harus menjadi prioritas politik mereka,” ujar Paulien Long, aktivis Yayasan Kristen Kesehatan Umum (Yakkum) yang menjadi koordinator acara.
Ikrar itu berbunyi, “Kita bangkit sekarang bersama dengan jutaan orang di seluruh dunia di hari bersejarah ini, untuk menunjukan komitmen kita dalam melawan pemiskinan dan ketidaksetaraan. Hari ini, kita bangkit bersama untuk mengatakan kepada para pemimpin kita bahwa tinggal enam tahun tersisa sebelum tengat waktu 2015 untuk mewujudkan Millennium Development Goals.”
“Kita bangkit hari ini bersama dengan jutaan orang diseluruh dunia sebagai bentuk solidaritas. Semua yang percaya bahwa kemiskinan dan kelaparan bisa dan harus diakhiri,” Sang Ayu Putu Eka Sujiati, seorang aktivis disableYakkum, salah satu pembaca ikrar.
“Pasar bebas sebagai fundamentalisme ekonomi lebih berbahaya dari fundamentalisme agama,” ujar Degung Santikarma, salah satu antropolog Bali. Inilah, yang menurut Degung tak disadari masyarakat Bali sehingga pemiskinan terus terjadi. Ruang-ruang politik pun juga harus diaambil untuk menyuarakan kamu miskin.
Hal ini diakui pula oleh salah satu anggota DPRD Bali, Ni Made Sumiati. Ia mencontohkan kemiskinan struktural di Kabupaten Karangasem, kampung halamannya.
Aksi Standup di Bali adalah salah satu dari ribuan peristiwa yang diadakan di seluruh penjuru dunia sebagai bagian dari “Stand?Up, Take Action, End Poverty Now – SUTA Campaign”. Warga di dunia meminta kepada para pemimpin dunia agar memenuhi janji yang mereka buat pada tahun 2000 untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium. MDGs.
MDGs adalah sebuah komitmen yang telah ditandangani oleh 189 negara yang sepakat untuk mengentasakan kemiskinan pada tahun 2015. Ada delapan tujuan MDGs oleh 189 negara pada tahun 2000.
Yakni menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian balita, dan meningkatkan kualitas kesehatan ibu melahirkan. Selain itu juga mengurangi kematian akibat HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain, kelestarian lingkungan, dan mengembangkan kemitraan global.
Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) Bali, jumlah penduduk miskin di Bali pada bulan Maret 2008 tercatat sebesar 215,7 ribu orang (6,17 persen). Persentase penduduk miskin di wilayah perkotaan mengalami peningkatan menjadi 53,36 persen, dari tahun lalu pada periode sama sebesar 52,31 persen.
Luhde, kemiskinan tidak dapat dilenyapkan, karena tuhan telah ciptakan ada orang yg disebut Kaya, karena ada yang Miskin, supaya diantaranya dapat saling tolong-menolong. Kalau semua orang Kaya siapa yang jadi PRT, TKI dan TKW ??