Teks dan Foto dari Greenpeace
Greenpeace hari ini kembali mendesak tiga kandidat Presiden Indonesia untuk lebih berkomitmen terhadap persoalan lingkungan, terutama bagaimana menghentikan perusakan hutan yang semakin parah.
Greenpeace menyampaikan pesan ini menjelang kampanye Calon Wakil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Boediono di Bali, dengan cara menggelar Parodi Debat Capres. Aktivis Greenpeace mengenakan topeng tiga kandidat capres dan cawapres: Megawati Megawati Soekarnoputri – Prabowo, Susilo Bambang Yudhoyono – Budiono, and Jusuf Kalla – Wiranto, dimana dalam debat ini mereka melontarkan komitmen terhadap masalah lingkungan.
“Di masa kampanye ini, semua kandidat membicarakan banyak hal, menjanjikan kesejahteraan dan kemaslahatan rakyat Indonesia. Tetapi pada isu lingkungan janji-janji mereka tidak disertai rencana matang, padahal isu lingkungan juga merupakan prioritas untuk ditangani dengan baik,” ujar Joko Arif, Jurukampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara.
Dalam upaya menarik pemilih untuk Pemilihan Presiden yang akan diselenggarakan 8 Juli 2009 mendatang, para kandidat sibuk berkampanye di seantero Indonesia, semuanya menjanjikan kondisi yang lebih baik bagi Indonesia. Tetapi hingga saat ini belum ada kandidat yang tampil dengan program meyakinkan di bidang lingkungan. Bahkan dalam debat Capres yang digagas Komisi Pemilihan Umum (KPU), isu lingkungan sama sekali tidak masuk agenda debat.
Baru-baru ini, dalam kampanyenya di Palangkaraya Megawati menyatakan akan mengimplementasikan moratorium (penghentian sementara penebangan hutan) jika terpilih. Sementara itu Jusuf Kalla juga telah menyatakan menolak rencana pembangunan reaktor nuklir di Indonesia.
“Kami mengapresiasi dan gembira dengan janji beberapa kandidat presiden itu. Tetapi, janji itu seharusnya dibarengi dengan rencana kerja yang solid dan matang,” Joko menambahkan.
Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara yang paling beresiko terkena dampak buruk dari perubahan iklim, termasuk naiknya permukaan laut serta frekuensi kondisi iklim ekstrim yang akan berdampak pada ketahanan pangan dan keamanan.
Di tengah kondisi ini, Indonesia merupakan negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan China. Pengrusakan hutan adalah penyebab utama emisi Indonesia, yang tercatat sebagai kerusakan paling besar dan cepat di dunia. Beberapa tahun belakangan ini, pemerintah telah memberi izin untuk pembabatan hingga 1,8 juta hektar setiap tahunnya, atau sama dengan kehilangan hutan seluas pulau bali setiap tahun.
“Melindungi lingkungan, terutama hutan alam kita yang masih tersisa, membutuhkan komitmen politik yang kuat. Dampak negatif perubahan iklim makin buruk. Jadi siapa pun yang akan jadi presiden Indonesia nanti, yang kita butuhkan adalah seseorang yang bervisi ke depan, tidak hanya perduli pada Indonesia lima tahun ke depan, tetapi juga akan melakukan sesuatu untuk masa depan generasi mendatang,” Joko menyimpulkan.
Parodi debat capres Greenpeace adalah kegiatan yang dilaksanakan secara khusus dalam rangka kampanye Pilpres. Parodi debat ini sendiri secara resmi telah diluncurkan pada hari Kamis dua minggu lalu, dalam siaran langsung Apa Kabar Indonesia pagi di TV One. Parodi debat ini adalah semacam respons Greenpeace akan kurangnya perhatian dan komitmen semua capres dalam hal lingkungan hidup, terutama dalam hal penyelamatan hutan Indonesia.
Dialog yang ada di dalam parodi ini sebagian besar adalah pernyataan yang pernah dikeluarkan oleh masing-masing Capres, yang dimuat di media massa baik cetak maupun elektronik. Sedangkan sebagian yang lain disusun berdasarkan atas visi, misi, program kerja serta track record masing-masing Capres/Cawapres dalam hal lingkungan hidup.
Dari 3 capres, Megawati adalah yang paling dominan muncul dalam isu lingkungan hidup, apalagi dua minggu yang lalu Megawati telah mengeluarkan statement akan mengimplementasikan moratorium penebangan hutan, dalam kampanyenya di Palangkaraya. Selain itu Megawati sendiri juga pernah mengeluarkan statement anti energi nuklir. Pasangan Mega-Pro sendiri di dalam program kerja yang ditawarkan, memiliki program kerja di bidang lingkungan hidup, yang paling komplit dibandingkan pasangan lain.
Namun di dalam program kerja pasangan Mega-Pro terdapat program untuk membuka lahan 2 juta hektar untuk lahan pertanian dan 4 juta hektar untuk lahan perkebunan aren sebagai bahan baku biodiesel. Ini adalah suatu hal yang parodoks, karena sama sekali belum jelas dari mana total lahan 6 juta hektar tersebut akan didapatkan. Apalagi mengingat kondisi hutan kita yang sudah semakin parah.
Untuk JK, Greenpeace sendiri pernah berdialog langsung di acara Kebangkitan Sahabat Muda, di Jakarta (yang merupakan kelompok anak muda pendukung JK). Di situ, terkait pertanyaan mengenai moratorium JK mengatakan, “Saya mengerti moratorium, tapi izin-izin yang berhubungan dengan eksplotasi hutan juga sudah semakin berkurang, karena sebenarnya hutan kita sudah habis. Jadi apa lagi yang mau di moratorium?”
Di sebuah kesempatan live talk show di radio KBR68H, Greenpeace juga sempat berdialog dengan Yudhi Crisnandi, salah satu anggota Tim Sukses JK-WIn. Dalam hal ini Yudhi menyampaikan bahwa JK akan mendukung implementasi moratorium jika terpilih, karena memang itu yang dibutuhkan untuk melindungi hutan alam Indonesia yang tersisa.
Di dalam program kerja yang ditawarkan JK-Win sendiri, mereka menyampaikan penitngnya kebijakan untuk melakukan adaptasi perubahan iklim. Khusus untuk hutan, di dalam program kerja JK-WIN juga disebutkan bahwa akan ada review atas kebijakan-kebijakan eksploitasi hutan. Namun, sampai dengan saat ini JK dan Wiranto belum menyampaikan komitmen yang lebih besar untuk lingkungan hidup, terutama untuk penyelamatan hutan Indonesia. Yang ada hanya komitmen untuk menolak energi nuklir.
Namun di satu sisi, JK-Win juga punya program untuk perluasan penggunaan energi batubara untuk listrik. Padahal batubara adalah sumber energi kotor yang memiliki dampak kerusakan lingkungan yang signifikan dan termasuk salah satu kontributor utama perubahan iklim.
Nah, di urutan paling buncit untuk masalah komitmen dalam hal lingkungan hidup adalah pasangan SBY-Boediono, karena mereka belum pernah secara langsung menyampaikan kepedulian mereka dalam konteks lingkungan hidup. Di dalam program kerja yang mereka tawarkan, masalah lingkungan hidup hanya menjadi prioritas no 12 dari 15 program kerja utama, yang dijabarkan hanya dengan satu kalimat: “perbaikan lingkungan hidup”. Sungguh hal yang sangat kontras, jika dibandingkan dengan Program Kerja Capres dan Cawapres yang lain.
Sebagai incumbent, yang seharusnya paling tahu masalah-masalah krusial yang harus menjadi prioritas dalam lingkungan hidup, termasuk kondisi hutan Indonesia semakin parah. Apalagi M.S. Kaban, yang masih menjabat Menteri Kehutanan juga turut menjadi anggota tim sukses SBY-Boediono. Ini menggambarkan ketidakpedulian pasangan SBY-Boediono terhadap masalah-masalah lingkungan hidup, dibandingkan dengan kandidat Capres dan Cawapres yang lain. [b]