![Seorang pria mengendarai sepeda motor dengan membawa sesajen beralaskan dulang seusai dihaturkan saat upacara di Pura Dalem Desa Abianbase, Gianyar.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/01_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
Tiga tahun lalu, Wayan Suparta terlilit utang.
Usaha kecilnya membuat sarana sembahyang nyaris bangkrut. Bermodal kredit Rp 50 juta, Suparta kemudian bangkit dan menghidupkan usahanya hingga beromzet Rp 400 juta. Pengusaha kecil seperti dia berperan penting bagi ekonomi nasional.
![Wayan Sudiasih (kanan nomor 3) membantu para pekerja lainnya mengecat dulang. Sudiasih selalu membantu sekaligus dipercaya oleh suaminya Wayan Suparta untuk mengontrol usaha yang mereka rintis bersama.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/12_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
Wayan Suparta, 37 tahun, adalah pembuat sarana upacara keagamaan Hindu berbahan fiber. Asalnya dari Desa Bresela, Kecamatan Payangan, Gianyar. Sekitar 40 km dari Denpasar.
Suparta mengawali usaha bernama Gamping Emas pada tahun 2010 ketika mendapatkan pinjaman kredit mikro di bank. Sebelumnya, dia memiliki usaha kecil membuat dulang dari gypsum. Namun, tiga tahun lalu usahanya berhenti karena dia terlilit utang serta keluarga mengadakan upacara agama di rumah.
“Modal saya habis di sana,” katanya.
![Sejulah karyawan bekerja di bagian proses percetakan dulang dan sarana upacara lainya yang diproduksi di rumah Wayan Suparta. Setiap dua hari Wayan Suparta menghabiskan 1 drum resin untuk menghasilkan cetakan sekitar 200 buah sarana upacara.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/03_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
Pada April 2010, seorang temannya datang menawarkan kredit usaha tanpa jaminan di sebuah bank. Besarnya Rp 50 juta. “Kredit itu sangat membantu saya merintis kembali usaha dulang ini,” kata Suparta.
Ide membuat dulang fiber berawal ketika dulang berbahan gypsum yang populer di pasaran kualitasnya kurang bagus. Selain itu proses produksinya rumit dan lama. Akhirnya muncul ide dan inovasi untuk membuat dulang fiber.
“Dulang berbahan fiber jauh lebih berkualitas tinimbang gypsum. Lebih kuat, lebih awet dan produksinya lebih cepat,” ujar pria tamatan SMP ini.
![Wayan Suparta mengerjakan masker ukiran kayu untuk persiapan usaha barunya membuat pintu dan almari yang ukiranya terbuat dari viber. Dalam usaha ini, pembuatan masker baik untuk dulang atau ukiran lainnya merupakan proses paling penting dan harus dikerjakan oleh saya sendiri. Sebab, pekerjaan ini membutuhkan pengalaman dan ketelitian agar hasil akhir dari masker dan tentunya barang yang diproduksi bisa maksimal, Ujar Wayan Suparta.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/04_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
Pembuatan satu buah dulang hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Diawali proses cetak, bahan-bahan dasar seperti resin, fiber, talek dan katalis dicampur dan diaduk selama 2 menit. Selanjutnya adonan dituangkan atau dioleskan di atas masker karet berbentuk produk yang akan dibuat.
Setelah dioleskan secara rata, hasil cetakan ditunggu selama 15 menit hingga kering. Hasil cetakan yang telah kering selanjutnya diamplas serta didempul, sebelum masuk ke proses finishing.
![Berbagai jenis masker hasil tangan Wayan Suparta yang digunakan untuk mencetak dulang.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/05_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
Terdapat dua tahap dalam proses finishing. Pertama seluruh bagian dulang diberi cat dasar merah. Setelah itu dicat sesuai dengan desain. Semua produk yang sudah melalui proses finishing dikeringkan dengan sinar matahari serta dioven sebelum produk-produk dikemas dan dikirim ke pelanggan.
![Seorang pekerja menambahkan hiasan tambahan berbentuk kepala barong hasil cetakan viber di bagian pinggir dulang.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/06_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
Tersebar
Dari semua tahapan pembuatan dulang, Suparta fokus pada pembuatan masker. Sebab, inilah bagian terpenting dari usahanya.
Membuat masker membutuhkan waktu 15 hari melalui 5 tahapan pengolesan pada dulang ukiran kayu. Butuh kesabaran dan ketelitian dalam mencampur bahan serta mengoleskan agar semua detail pada ukiran tidak hilang pada saat masker telah usai.
![Portrait keluarga Wayan Suparta. Dari kiri ke kanan, Wayan Suparta (36) berserta i Wayan Piki Suyesa (17) dan I Kadek Monita Wahyuni (7) serta istrinya Ni Wayan Sudiasih (33). Wayan Suparta mendapatkan kredit usaha mikro 3 tahun lalu yang mendorong dia untuk membuat usaha dulang dari viber. Saat ini dia mengembangkan usaha pembuatan pintu dan lemari khas ukiran Bali yang berbahan viber hasil tambahan bantuan kredit mikro di Bank BTPN.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/07_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
Menurut Suparta yang juga seorang seniman dan tukang ukir tersebut dalam satu hari Gamping Emas bisa mengerjakan 120-160 buah sarana upacara tiap hari. Misalnya dulang, saab kecil, bokor kecil, sokasi, nare, dan tempat buah.
Semua produk tersebut merupakan sarana upacara yang digunakan umat Hindu Bali tiap hari. Baik saat upacara di Pura ataupun untuk kegiatan tradisi. Fungsinya untuk membawa gebogan yaitu sesajen berupa rangkaian buah dan rangkaian janur secara beriringan. Istilahnya Mapeed.
![Dua orang wanita menghaluskan puluhan dulang yang selesai di cetak untuk selanjutkan dibawa ke bagian finishing.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/08_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
Saat ini Gamping Emas telah memiliki sekitar 35 karyawan lokal dari Kecamatan Payangan, Kintamani, Singaraja, Karangasem, serta beberapa dari Jawa Timur. Produknya telah tersebar di seluruh kabupaten di Bali serta luar Bali seperti Lampung, Kalimantan, Jakarta, dan Sulawesi. Omzet perbulannya mencapai Rp 400 juta.
![Seorang perempuan memberikan kopi dan teh kepada para karyawan di bagian percetakan. Wayan Suparta memberikan fasilitas lengkap kepada 10 karyawan yang berasal dari luar daerah dan kabupaten seperti tempat tinggal serta konsumsi setiap harinya.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/09_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
97 Persen
Usaha ekonomi yang menjadikan kreativitas serta warisan budaya sebagai dasar pengembangan usaha, seperti membuat dulang fiber, termasuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Orang-orang seperti Suparta berperan penting dalam perekonomian nasional.
Pentingnya peranan UMKM terlihat dari penggunaan faktor-faktor produksi lokal yang digunakan serta hasil berupa produk maupun jasa yang digunakan memenuhi kebutuhan pasar lokal.
![Seorang karyawan menambahkan hiasan diatas saab kecil atau penutup sesajen seusai proses pencetakan.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/10_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 56.539.560. Mereka tersebar di seluruh Indonesia. Menyumbang 57 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia serta menampung hingga 97 persen dari total tenaga kerja di Indonesia.
UMKM sebagai motor penggerak dan penyangga terakhir perekonomian nasional, didasarkan pada realitas bertahannya UMKM dari dampak krisis moneter tahun 1998 dan krisis global yang melanda dunia tahun 2008.
![Dulang yang diproduksi oleh Wayan Suparta akan melalui proses cat dasar terlebih dahulu sebelum dilakukan proses finishing](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/11_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
Hal ini membuat pemerintah memperhatian dan melakukan upaya pemberdayaan sektor riil, khususnya melalui pengembangan UMKM. Upaya pengembangan tersebut salah satunya kemudahan dalam mengakses pembiayaan berupa kredit di perbankan yang biasa disebut kredit usaha mikro.
Kredit usaha mikro adalah salah satu inovasi dalam kebijakan anti-kemiskinan yang telah berhasil membawa layanan keuangan formal kepada pengusaha yang kurang mampu dari segi permodalan.
Jika makin banyak pengusaha kecil mendapatkan bantuan kredit dan modal, maka akan makin banyak orang berhasil. Layaknya Suparta dengan usaha Gamping Emasnya. [b]
![Seorang pekerja menambahkan cat berwarna emas pada bagian aksesoris dulang untuk dikirimkan ke pelanggan di Pasar Sukawati, Gianyar.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/13_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
![Proses produksi dulang menjadi efektif dengan adanya oven yang diletakan di tempat fnishing. Selain mengandalkan sinar matahari untuk mengeringkan cat pada dulang, oven merupakan alat terpenting terutama saat terjadi hujan.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/14_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
![Wayan Sudiasih melakukan pengecekan sebelum barang-barang di distribusikan ke pelanggan.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/15_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
![Sejumlah karyawan membawa dulang yang telah dikemas untuk dikirimkan ke pelanggan di Pasa Sukawati, Gianyar.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/16_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
![Portrait salah satu pelanggan Wayan Suparta, Gede Aryawan (38) dan Istrinya Wayan Susilawati (33) di depan toko milik mereka di Pasar Sukawati, Gianyar. Selama hampir 3 tahun, setiap 2 hari sekali mereka memesan rata-rata 12 set tempat sesajen atau bahkan lebih yang terdiri dari dulang, bokor, saab kecil dan sokasi.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/17_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
![Dua orang pria membawa sesajen pada saat upacara di Pura Dalem Desa Abianbase, Gianyar.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/18_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
![Sejumlah gebogan yang dijejer saat upacara di Pura Dalem Desa Abianbase, Gianyar. Susunan buah dan jajanan yang beralaskan dulang tersebut dihaturkan ke hadapan Tuhan sebagai rasa syukur atas rejeki yang masyarakat Hindu Bali nikmati.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/19_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
![Sejumlah wanita menjunjung gebogan saat melaksanakan tradisi mapeed di Desa Abianbase Gianyar. Tradisi yang membawa sesajen berupa rangkaian buah secara beriringan tersebut, dilaksanakan setiap enam bulan sekali sebagai rasa syukur yang ditunjukan kepada Tuhan.](http://www.balebengong.net/wp-content/uploads/2015/05/20_Geliat-Usaha-Kecil-Kreatif-Berkearifan-Lokal_Agung-Parameswara.jpg)
Jeg nyakcak fotone Gung De.. :))