Sabtu pekan lalu, kami akhirnya bertemu. Saya bersama istri. Sri, dari manajemen Cafe Me, bersama pemilik kafe. Pertemuan kami agak canggung pada awalnya, tapi akhirnya toh selesai juga masalah di antara kami.
Itikad untuk bertemu datang dari pihak Cafe Me. Manajemen kafe di Jl Pulau Kawe Denpasar dengan menu spesial mie ini pertama kali kontak saya pada 20 Januari lalu. Manajemen Cafe Me menjawab tulisan pengalaman saya diperlakukan tidak simpatik oleh pemiliknya.
Tulisan itu saya buat di blog saya sendiri dan di Bale Bengong setelah saya merasa diperlakukan seperti pencuri di kafe tersebut padahal saya hanya mau memotret menu untuk melengkapi tulisan.
Lima bulan setelah tulisan tersebut saya publikasikan, pihak Cafe Me baru meresponnya. Pada intinya mereka meminta maaf dan mengatakan bahwa kejadian tersebut akibat miskomunikasi. Kami beberapa kali berkomunikasi lewat email tentang masalah tersebut.
Menurut saya email di bawah ini paling bisa menjelaskan masalah tersebut versi manajemen Cafe Me. Saya muat di sini seizin mereka. Saya tidak mengeditnya sama sekali.
“Terima kasih banyak atas tanggapan Mas Anton. Well, begini mas dengan ditayangkannya kejadian kesalahpahaman tersebut di Blog Bale Bengong kami merasa tersentak dan mengetahui bahwa kejadian tersebut seperti itu dari sisi Mas Anton. Kami secara tidak sengaja browsing dan menemukan bale Bengong Blog.
Mungkin bisa kita ceritakan sedikit dari sisi kami seperti ini. Ibu pimpinan kami saat itu tidak mendapatkan jawaban yang jelas dari staff kami yang bertugas waktu itu mengenai keberadaan Mas Anton. Karena dikatakan oleh staff kami bahwa dia tidak tau Mas dari mana dan mas tidak ada minta injin untuk memfoto menu kami.
Maka Pimpinan kami bertindak segera menegor Mas Anton. Hal tersebut dilakukan oleh pimpinan kami karena kami khawatir ada pihak yang tidak berkepentingan mengambil gambar atas Cafe Me tanpa alasan yang jelas. itu saja sich sebenarnya pokok permasalahannya. Bila saat itu ada informasi yang jelas yang diterima oleh atasan kami mungkin jalan ceritanya akan menjadi lain dan happy ending.
Well, kami sudah menegur staff kami untuk lebih teliti menerima request atau penjelasan dari customer atau yang bertamu ke cafe me. Sekali lagi kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi.
Dalam hal ini, kami selaku management bukan berarti mengkambingitamkan staff kami untuk mengatakan bahwa kekeliruan yang terjadi semuanya salah mereka. Kami terus akan menata diri untuk membawa semua persoalan yang ada kepada happy ending dan keiklasan untuk terbuka saling memaafkan atas kekeliruan yang telah terjadi.
Sekali lagi terima kasih atas keterbukaan Mas Anton untuk memberikan kami media untuk memberikan penjelasan kepada Mas dan mungkin pihak – pihak lain yang ikut konsen akan masalah ini. Terima kasih banyak dan kami tunggu mas Anton kapanpun di Cafe Me untuk ramah tamah. ”
Melanjutkan komunikasi lewat email maupun pesan pendek di telepon seluler alias SMS, kami bertemu Sabtu lalu sekitar pukul 12 Wita di Denpasar Junction, kompleks perbelanjaan dan resto baru di Jl Teuku Umar. Saya sengaja meminta tempat yang netral, bukan di Cafe Me.
Selain Sri, yang mewakili manajemen Cafe Me, juga ada ibu yang dulu merampas menu dari tangan saya. Ternyata dia memang pemilik kafe tersebut. Saya merasa sikapnya berbeda 180 derajat dibanding ketika kami bertemu di Cafe Me dulu. Kali ini jauh lebih ramah.
Setelah berbasa-basi ke sana ke mari, kami sampai pada masalah yang membuat kami bertemu siang itu, kejadian di Cafe Me September lalu.
Materi pembicaraan kami selama satu jam itu sebenarnya banyak. Tapi intinya adalah pihak Cafe Me sekali lagi minta maaf atas kejadian itu. Alasannya juga sama, miskomunikasi antara pelayan dengan manajemen. Mereka mengaku sudah melakukan evaluasi internal antara staf dan manajemen. Ternyata benar. Si pelayan itu yang tidak bilang ke manajemen bahwa saya sudah minta izin.
Saya sekali lagi menjelaskan bahwa saat itu saya sudah mengenalkan diri dan minta izin pada pelayan untuk menulis dan memotret menu. Ternyata pas ditanya pemilik kafe, si pelayan bilang tidak tahu siapa saya. Padahal jelas-jelas saya sudah mengenalkan diri dan minta izin.
Menurut saya masalahnya sudah jelas. Kejadian itu memang akibat buntunya komunikasi antara staf dengan manajemen. Lalu saya yang jadi korban. Untungnya pihak Cafe Me kemudian mengklarifikasi dan bahkan minta maaf.
Bagi saya, pernyataan bahwa mereka bersalah apalagi sampai minta maaf sudah menjelaskan banyak hal. Itu sudah sesuatu yang luar biasa. Tidak sembarang orang mau mengakui kalau dia bersalah bahkan meminta maaf.
Saya menangkap niat baik dan kebesaran hati pihak Cafe Me untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dari awal toh saya tak berniat untuk menyudutkan apalagi menjelek-jelekkan mereka. Misalnya dengan tidak menyebut nama atau memperlihatkan foto kafe tersebut sama sekali dalam tulisan soal kejadian September lalu. Saya menulis hanya sebagai bentuk protes konsumen yang merasa diperlakukan tidak simpatik.
Karena itulah, melalui tulisan ini saya mau menegaskan bahwa masalah tersebut sudah selesai. Kami menyelesaikannya dengan damai. Happy ending. Tak ada lagi masalah di antara saya dan Cafe Me.. [b]
Biasanya ada teks dan foto oleh…..
Tapi ni kok ndak ada? siapa yang nulis 😀
Di cerita awalnya, kesannya, si pemilik kafe–yang ternyata ada di lokasi saat itu, memang terlalu reaktif. Tapi, mungkin juga pesona Bli Anton yang kurang mampu menyentuh hati si pemilik saat itu. 🙂
mas anton yang terhormat, saya sudah 50tahun meninggalkan pulau bali, tempatku dilahirkan. apakah di badung sekarang ini masih ada yang jualan bubuh pecik pentil ?
Terima kasih.
Hai mas Anton, apa khabar? Mas Anton, bisa saya dikirimkan alamat email mas Anton atau phone numbernya ? Terima kasih.