
Di tengah riuh rendah dunia musik digital yang penuh gempita suara elektronik dan tren instan, sesekali kita butuh berhenti. Menepi. Mendengarkan sesuatu yang sederhana, jujur, dan terasa manusiawi. Dan di sanalah Coconightman datang membawa satu lagi suara dari hati yang tak menuntut untuk dimenangkan, hanya ingin didengar.
Lewat rilisan terbaru mereka bertajuk “Sarirasa”, trio asal Kuta Utara, Bali ini kembali ke akar—ke tempat di mana musik bukan soal kemegahan produksi, tapi tentang menyampaikan perasaan yang jujur dalam bentuk paling sederhana. Lagu ini terasa seperti surat pribadi yang tak dikirim,
Cinta, Cincin, dan Tahta
Lagu dibuka dengan larik pendek namun berat:
Kalo bicara soal cinta, cinta cincin dan tahta.
Ini bukan sembarang kata. Dalam budaya masyarakat Indonesia, terutama di usia matang, cinta seringkali dikaitkan dengan kewajiban menikah, simbol sosial, dan status. Coconightman menggugat itu secara halus. Bukan dalam bentuk kemarahan, tapi perenungan.
“Jujur aja, aku bikin lagu ini kurang dari 10 menit,” ujar Ucup, vokalis dan penulis lagu, dengan santai. Tapi justru di situlah letak keajaiban “Sarirasa”: kesederhanaannya adalah kekuatannya. Namun diam-diam diperdengarkan kepada siapa pun yang pernah diam-diam menyimpan luka.

Mati Suri yang Melahirkan Napas Baru
Setahun lebih tanpa rilisan, band yang digawangi oleh Ucup (gitar, ukulele, vokal), Rian (gitar, vokal), dan Rama (perkusi) ini mengaku tengah “mati suri”. Namun bukannya menghilang, masa hening itu justru menjadi tempat tumbuhnya karya paling reflektif mereka.
“Pengen kaya dulu lagi, kangen nakal lagi… tapi nakal yang dewasa,” kata Rian, menandakan bahwa band ini tengah memasuki fase baru: lebih matang, lebih sadar, tapi tidak kehilangan rasa bermain.
Luka yang Dirayakan, Bukan Ditangisi
Lirik-lirik seperti “Sendiri serasa hidup tak lagi berwarna” dan “Pura-pura tak merasa” adalah gambaran betapa sulitnya menjadi pria dalam budaya yang seringkali menuntut kepekaan dikubur dalam-dalam. Tapi Coconightman tak sekadar mengeluh. Mereka menutup lagu dengan harapan:
“Sebelum kita mati, sebelum kita membenci, bersihkan hati dan jadi baik.”
Ini bukan sekadar lagu. Ini semacam mantra harian untuk generasi yang lelah berpura-pura.
Dari EP ke Eksistensi
Coconightman bukan nama baru. Mereka memulai langkah dari album mini “Something Good” (2017), lalu menyusul dengan dua album penuh: “Mohon Doa Restu” (2020) yang nakal dan riang, serta “Menempuh Hidup
Menjadi Diri Sendiri, Sepenuhnya
Coconightman tidak pernah mengklaim ingin menjadi besar. Mereka hanya ingin jujur. Dan dalam dunia musik yang makin ramai suara tanpa makna, kejujuran seperti ini terdengar seperti oasis di padang riuh.
Selamat datang kembali, Coconightman. Lagu ini, Sarirasa, akan terus hidup di kepala yang lelah, dan hati yang mulai berani merasa lagi.
Baru” (2021) yang lebih dewasa dalam aransemen. Single seperti “Lelaki”, “Doa”, dan “Versi Baru” jadi bukti bahwa perjalanan mereka bukan sekadar pelarian dari musik arus utama, tapi pencarian jati diri yang terus berkembang. Kini, mereka sedang bersiap dengan EP kedua, berisi lima lagu baru dan dua aransemen ulang. Bila “Sarirasa” menjadi jembatan ke sana, maka kita bisa berharap EP itu menjadi rumah dari perenungan panjang mereka selama ini.
Selamat Datang, Sarirasa
Stream “Sarirasa” di:
Spotify: https://tr.ee/qvv5qlUNVD
YouTube: https://www.youtube.com/@coconightmanofficial
TikTok: https://www.tiktok.com/@coconightmanofficial
Sarisara credit.
Song writer: @petani_hati
Arranger: @riansyahrazali
Bass: @_layang12
Cello: @wilodaily
Mixing & Mastering: @denol_
Artwork: @ramaasmy
Video: @angelaisdee
Publisher: @demajorsrecs
Follow:
IG: @coconightman
Merch: @tokopakhajisantoso
Kontak Pers & Booking: 0812 1753 0949 (Febri)
Lirik : “Sarirasa”
Kalo bicara soal cinta
Cinta cincin dan tahta
Kalo bicara soal rindu
Rindu rintangan yang syahdu
Tlah lama tanpa nya
Sendiri serasa hidup tak
Lagi berwarna
Kalo bicara soal luka
Luka lika liku rasa
Jika bicara soal hati
Hati harapan tak benci
Betapa sukar nya
Jadi seorang pria
Pura pura tak merasa
Reff
Andai aku bisa
Mengambil hikmahnya
rasa kan semua rasa
Yang ada
Sebelum kita mati
Sebelum kita membenci
Bersihkan hati
Dan jadi baik
Tak pandai bicara
Terlihat bahagia
Memendam luka lara