Kama merupakan istilah untuk menyebut sperma dan ovum. Keduanya dibedakan berdasarkan warna.
Kama Petak atau Putih adalah sebutan untuk sperma, sedangkan Kama Bang untuk ovum. Jika kita terus menelusuri Kama dalam berbagai sumber shastra, kita akan terkejut sendiri karena menemukan banyak sumber membicarakan Kama.
Kama dalam sumber-sumber itu kebanyakan adalah nama Dewa, tapi tidak kalah banyaknya yang dimaksudkan berupa sperma dan ovum. Kali ini kita akan menelusuri sumber pustaka berjudul Adi Parwa dan mencari cerita tentang Kama sebagai sperma.
Basuparicara adalah nama seorang raja dari kerajaan Cedi. Dahulu ia melakukan tapa sehingga berhasil dan diberikan anugerah oleh Dewa Indra agar bisa berbicara dengan binatang [wruheng sabdha yasaning sarwa satwa].
Nama permaisurinya adalah sang Girika. Suatu Ketika, raja Basuparicara pergi berburu. Di tengah perburuan, ia melihat bunga-bunga bermekaran. Tiba-tiba ia teringat pada istrinya dan ereksi. Ereksi dalam bahasa Jawa Kuna disebut urdhwareta. Maka muncullah Kamanya dan ditampung dengan sehelai daun. Karena sang Raja paham bahasa binatang, seekor elang bernama Syena dipanggil dan disuruh membawa spermanya dan menyerahkannya kepada Girika.
Nama lain sperma adalah reta. Di tengah perjalanan, elang lain melihat Syena membawa sesuatu. Mereka mengira Syena membawa daging, lalu diperebutkan sampai daun pembungkusnya koyak. Sperma tadi jatuh di sungai suci Yamuna dan dimakan oleh seekor ikan penjelmaan Bidadari yang dikutuk. Ikan itu bunting.
Sperma yang mengalami berbagai macam peristiwa ternyata masih bisa bertahan dan bahkan membuahi seekor ikan jelmaan Bidadari. Sungguh sperma yang teramat hebat. Karena kehebatannya, sperma tadi disebut diwyareta. Artinya, sperma yang luar biasa. Dari sperma yang luar biasa itu lahirlah dua orang anak laki perempuan, yang laki bernama Matsyapati sedangkan yang perempuan bernama Durgandhini. Itulah kehebatan sperma seseorang sekaliber raja Basuparicara.
Sperma Bhagawan Wrehaspati beda lagi. Bhagawan Wrehaspati punya saudara tua bernama Utathya. Utathya punya istri Namanya Mamata. Utathya meninggal saat Mamata hamil. Agar mendapat perlindungan, Mamata tinggal bersama Wrehaspati. Bhagawan Wrehaspati tetaplah seorang lelaki yang tak bisa menahan nafsu, maka Mamata yang sedang hamil disetubuhi. Sperma Bhagawan Wrehaspati masuk ke dalam rahim Mamata, memaksa agar memperoleh tempat di dalamnya.
Janin yang dikandung Mamata juga bukan janin sembarangan. Janin hasil hubungan dengan Utathya merasa terdesak oleh sperma sang Bhagawan. Lalu sperma itu ditolak oleh janin di dalam kandungan Mamata. Sperma itu keluar dari rahim Mamata, dan menjelma menjadi manusia bernama Bharadwaja. Sedangkan janin tadi lalu lahir buta, dan diberi nama Dirghatama.
Bharadwaja juga punya cerita khusus tentang sperma. Sperma Bhagawan Bharadwaja keluar karena tidak bisa ditahan setelah melihat bidadari bernama Ghretawira bermain-main di tempatnya bertapa. Setiup angin yang entah datang dari mana, tiba-tiba menyingkap kain sang bidadari. Kejadian itu dilihat oleh sang Bhagawan sehingga hasratnya tidak tertahan lagi. Sperma yang keluar lalu ditampung dalam tempat air. Dari tempat air itu lahir anak bernama Drona. Drona inilah yang nantinya menjadi guru para ksatria bangsa Bharata.
Ada lagi cerita sperma yang lain. Sperma seorang brahmana bernama Saradwan keluar tanpa dipaksa saat melihat bidadari bernama Janapadi mandi di telaga. Bukan tanpa sebab bidadari Janapadi mandi di telaga itu. Tidak lain, kejadian itu adalah rencana Dewa Indra.
Dewa Indra merasa khawatir dengan tapa yang sedang dilakukan oleh Saradwan. Barangkali tapa Saradwan sangat hebat, sehingga Indra takut surga hendak direbut oleh Saradwan. Untuk menggagalkan tapanya, diutuslah Janapadi. Rencana itu berhasil menggagalkan tapa Saradwan.
Sperma Saradwan yang terlanjur keluar, meleleh di pahanya sendiri. Saradwan dikenal sebagai pemanah yang dilahirkan bersama dengan panah-panahnya. Dengan busur panahnya sendiri, ia menyeka sperma yang meleleh di pahanya. Konon karena saking luar biasanya itu sperma, membuat busurnya mengandung. Dari kandungan busur itu lahir dua orang manusia, laki dan perempuan. Yang laki bernama Krepa, sedangkan yang perempuan bernama Krepi. Krepa juga dinobatkan menjadi guru di kerajaan Hastina, sedangkan Krepi menikah dengan Drona.
Demikian beberapa cerita tentang sperma di dalam Adi Parwa berbahasa Jawa Kuna. Selain cerita menyangkut sperma, ada beberapa cerita lagi menyangkut hubungan seksual. Cerita-cerita itu patut dibaca-baca agar kita tahu, apa dan bagaimana pandangan dunia saat itu melihat manusia sebagai makhluk luar biasa.