Curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini mengakibatkan kerusakan di Bali. Di sisi lain, pulau ini sebenarnya sedang menuju bencana krisis air. Jika tidak segera ditangani, akan berdampak pada perekonomian serta lingkungannya.
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Bali sudah mulai mengering dan sangat mengkhawatirkan, kebanyakan akibat dari penyedotan yang berlebihan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dan juga industri pariwisata.
Meskipun Bali sangat diberkati dengan tingginya curah hujan dan secara teoritis menerima asupan air (alam/air hujan) dengan berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Namun, kebanyakan air hujan ini tidak tertampung dan malah mengalir langsung ke sungai terbawa sampai laut.
Maka dari itu, air hujan (yang melimpah ini) perlu untuk ‘dipanen’ agar dapat menyeimbangkan neraca konsumsi air. Berikut pilihan-pilihan memanen air hujan yang bisa dilakukan:
- Sumur Resapan
Berbentuk sumur atau lubang pada permukaan tanah yang digunakan untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Cara kerjanya juga mengandalkan air di talang bangunan, dialirkan ke sumur resapan berkedalaman sekitar 3 meter, yang disaring alami dengan lapisan kerikil, dan ijuk.
Bagi masyarakat umum, sumur resapan dapat juga dibangun di pekarangan dengan berpedoman pada SNI No.03-2453-2002 tentang Tata cara perencanaan teknik sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan.
(sumber: citarumharum.jabarprov.go.id/yuk-memanen-air-hujan/)
2. Cubang
Warga kepulauan Nusa Penida sudah turun temurun membuat cubang, sebuah sumur penampung air hujan. Cubang tersambung pipa paralon yang mengalirkan air hujan dari atap genteng. Menggunakan filter air dan pasir kuarsa. Sedangkan untuk minum pakai Nasava filter khusus air minum.
Selain cubang model tabung seperti sumur, ada warga Nusa Penida yang membuat cubang dengan bentuk balon yang lebih kuat dan tidak mudah retak, serta menghasilkan air lebih jernih karena endapannya terkumpul di bagian bawah. (sumber: Mongabay.co.id)
3. Embung
Embung merupakan waduk berukuran mikro di lahan pertanian (small farm reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di musim hujan (Critchley et al, 2001). Ukurannya tidak terlalu luas, hanya 60×30 meter dengan kedalaman 2,5 meter.
Air embung berasal dari limpasan air hujan yang jatuh di daerah tangkapan. Air yang ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi (high added value crops) dimusim kemarau atau di saat curah hujan makin jarang. Embung merupakan salah satu teknik pemanenan air (water harvesting) yang sangat sesuai di segalajenis agroekosistem.
(sumber: jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JTP/article/viewFile/751/692)
4. Filter Khusus
Setiap rumah dilengkapi talang air khusus yang kuat, dilengkapi jaring kasa untuk menyaring kotoran, dan terhubung ke tangki air dalam rumah. Ukuran tangki disesuaikan dengan perhitungan jumlah penghuni dan kebutuhan air sehari-hari, serta luas permukaan atap bangunan sebagai media panen air hujan pertama. Ada kalkulator yang mampu memperhitungkan angka kebutuhan air bulanan.
Sebelum menuju tangki, ada beberapa titik pengontrol sumbatan aliran, pipa pembuang aliran air pertama hujan yang kotor dan pipa filter khusus yang membunuh bakteri, kuman, dan lainnya, sehingga air layak minum.
(sumber: www.jakartainsider.id/teknologi/pr-7315035348/unik-begini-cara-masyarakat-bali-panen-air-hujan)
5. Tangki
Prinsip dasar tampungan air hujan adalah mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan atap melalui talang air untuk ditampung ke dalam tangki penampung. Air tampungan inilah yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga dengan cara yang cukup simpel. Tangki ini bisa disiapkan di rumah dengan bantuan lubang pada bagian bawah tong penampungan air sesuai ukuran screw nut kran.
Tips menggunakan air tampungan tangki ini dengan memakai segera air yang telah ditampung agar tidak kotor. Bisa digunakan untuk menyiram tanaman, mencuci motor, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Menutup tong ketika masih isi air dan rajin membersihkan debu atau kotoran yang terperangkap di dalam tong. (sumber: zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/diy-tampungan-air-hujan/).
6. Biopori
Teknologi biopori atau Lubang Resapan Biopori. Lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Biopori berfungsi ganda: untuk mengurangi banjir tapi juga sekaligus menyimpan air ke dalam tanah.
Manfaat dari lubang ini antara lain, bisa meningkatkan daya resap air, meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengubah sampah organik jadi kompos, hingga mengatasi masalah yang ditimbulkan genangan air.
(sumber: indonesiabaik.id/videografis/teknologi-panen-air-hujan-dan-aliran-permukaan)
Bagaimana cara mencegah kontaminasi air hujan yang terkumpul selama proses penyimpanan?