• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
Sunday, May 28, 2023
  • Login
  • Register
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong.id
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Cara-cara Memanen Air Hujan:

Juni Antari by Juni Antari
26 April 2023
in Kabar Baru, Lingkungan
0 0
0
Lubang Biopori salah satu cara memanen air hujan. Foto: Juni

Curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini mengakibatkan kerusakan di Bali. Di sisi lain, pulau ini sebenarnya sedang menuju bencana krisis air. Jika tidak segera ditangani, akan berdampak pada perekonomian serta lingkungannya.

Daerah Aliran Sungai (DAS) di Bali sudah mulai mengering dan sangat mengkhawatirkan, kebanyakan akibat dari penyedotan yang berlebihan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dan juga industri pariwisata. 

Meskipun Bali sangat diberkati dengan tingginya curah hujan dan secara teoritis menerima asupan air (alam/air hujan) dengan berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Namun, kebanyakan air hujan ini tidak tertampung dan malah mengalir langsung ke sungai terbawa sampai laut. 

Maka dari itu, air hujan (yang melimpah ini) perlu untuk ‘dipanen’ agar dapat menyeimbangkan neraca konsumsi air. Berikut pilihan-pilihan memanen air hujan yang bisa dilakukan:

  1. Sumur Resapan

Berbentuk sumur atau lubang pada permukaan tanah yang digunakan untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Cara kerjanya juga mengandalkan air di talang bangunan, dialirkan ke sumur resapan berkedalaman sekitar 3 meter, yang disaring alami dengan lapisan kerikil, dan ijuk.

Bagi masyarakat umum, sumur resapan dapat juga dibangun di pekarangan dengan berpedoman pada SNI No.03-2453-2002 tentang Tata cara perencanaan teknik sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan.

(sumber: citarumharum.jabarprov.go.id/yuk-memanen-air-hujan/)

2. Cubang

Warga kepulauan Nusa Penida sudah turun temurun membuat cubang, sebuah sumur penampung air hujan. Cubang tersambung pipa paralon yang mengalirkan air hujan dari atap genteng. Menggunakan filter air dan pasir kuarsa. Sedangkan untuk minum pakai Nasava filter khusus air minum.

Selain cubang model tabung seperti sumur, ada warga Nusa Penida yang membuat cubang dengan bentuk balon yang lebih kuat dan tidak mudah retak, serta menghasilkan air lebih jernih karena endapannya terkumpul di bagian bawah. (sumber: Mongabay.co.id)

3. Embung

Embung merupakan waduk berukuran mikro di lahan pertanian (small farm reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di musim hujan (Critchley et al, 2001). Ukurannya tidak terlalu luas, hanya 60×30 meter dengan kedalaman 2,5 meter.

Air embung berasal dari limpasan air hujan yang jatuh di daerah tangkapan. Air yang ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi (high added value crops) dimusim kemarau atau di saat curah hujan makin jarang. Embung merupakan salah satu teknik pemanenan air (water harvesting) yang sangat sesuai di segalajenis agroekosistem. 

(sumber: jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JTP/article/viewFile/751/692)

4. Filter Khusus

Setiap rumah dilengkapi talang air khusus yang kuat, dilengkapi jaring kasa untuk menyaring kotoran, dan terhubung ke tangki air dalam rumah. Ukuran tangki disesuaikan dengan perhitungan jumlah penghuni dan kebutuhan air sehari-hari, serta luas permukaan atap bangunan sebagai media panen air hujan pertama. Ada kalkulator yang mampu memperhitungkan angka kebutuhan air bulanan.

Sebelum menuju tangki, ada beberapa titik pengontrol sumbatan aliran, pipa pembuang aliran air pertama hujan yang kotor dan pipa filter khusus yang membunuh bakteri, kuman, dan lainnya, sehingga air layak minum.

(sumber: www.jakartainsider.id/teknologi/pr-7315035348/unik-begini-cara-masyarakat-bali-panen-air-hujan)

5. Tangki

Prinsip dasar tampungan air hujan adalah mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan atap melalui talang air untuk ditampung ke dalam tangki penampung. Air tampungan inilah yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga dengan cara yang cukup simpel. Tangki ini bisa disiapkan di rumah dengan bantuan lubang pada bagian bawah tong penampungan air sesuai ukuran screw nut kran.

Tips menggunakan air tampungan tangki ini dengan memakai segera air yang telah ditampung agar tidak kotor. Bisa digunakan untuk menyiram tanaman, mencuci motor, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Menutup tong ketika masih isi air dan rajin membersihkan debu atau kotoran yang terperangkap di dalam tong. (sumber: zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/diy-tampungan-air-hujan/).

6. Biopori

Teknologi biopori atau Lubang Resapan Biopori. Lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Biopori berfungsi ganda: untuk mengurangi banjir tapi juga sekaligus menyimpan air ke dalam tanah.

Manfaat dari lubang ini antara lain, bisa meningkatkan daya resap air, meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengubah sampah organik jadi kompos, hingga mengatasi masalah yang ditimbulkan genangan air.

(sumber: indonesiabaik.id/videografis/teknologi-panen-air-hujan-dan-aliran-permukaan)

ShareTweetSendSend
Anugerah Jurnalisme Warga 2021
Juni Antari

Juni Antari

aku juga ada di akun instagram @juniyours

Related Posts

Festival Pasar Tradisional dari Energi Sampah Plastik

Festival Pasar Tradisional dari Energi Sampah Plastik

27 May 2023
Tari Pendet Memendak Tercatat sebagai Ekspresi Budaya Tradisional

Tari Pendet Memendak Tercatat sebagai Ekspresi Budaya Tradisional

26 May 2023
Laporan UNICEF: Anak-anak di Asia Timur dan Pasifik Paling Terancam Bencana Iklim

Laporan UNICEF: Anak-anak di Asia Timur dan Pasifik Paling Terancam Bencana Iklim

25 May 2023
Mencegah Pariwisata Jadi Anak Durhaka

Pekerjaan Masa Depan di Bali dan Persaingannya dengan Eskpatriat

24 May 2023
“Proyek Mengeringkan Air” Ketut Putrayasa

“Proyek Mengeringkan Air” Ketut Putrayasa

23 May 2023
Akankah Terjadi Gridlock yang Berkepanjangan di Bali?

Akankah Terjadi Gridlock yang Berkepanjangan di Bali?

22 May 2023
Next Post
Subak Catur Angga Memulai Pertanian Lebih Ramah Lingkungan

Pekerjaan Masa Depan di Bali dan Dampak G20

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Melali Melali Melali

Temukan Kami

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Berhitung Angka dalam Bahasa Bali

Berhitung Angka dalam Bahasa Bali

5 June 2013
Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

4 June 2012
rambut sedana

Batu Rambut Sedana, Batu Mulia untuk Para Pengusaha

21 February 2021
Trik Memilih Lokasi Duduk di Dalam Bus yang Paling Oke

Trik Memilih Lokasi Duduk di Dalam Bus yang Paling Oke

26 April 2018
Kisah Babad dalam Sejarah Bali

Kisah Babad dalam Sejarah Bali

9 April 2012
Festival Pasar Tradisional dari Energi Sampah Plastik

Festival Pasar Tradisional dari Energi Sampah Plastik

27 May 2023
Tari Pendet Memendak Tercatat sebagai Ekspresi Budaya Tradisional

Tari Pendet Memendak Tercatat sebagai Ekspresi Budaya Tradisional

26 May 2023
Laporan UNICEF: Anak-anak di Asia Timur dan Pasifik Paling Terancam Bencana Iklim

Laporan UNICEF: Anak-anak di Asia Timur dan Pasifik Paling Terancam Bencana Iklim

25 May 2023
Mencegah Pariwisata Jadi Anak Durhaka

Pekerjaan Masa Depan di Bali dan Persaingannya dengan Eskpatriat

24 May 2023
“Proyek Mengeringkan Air” Ketut Putrayasa

“Proyek Mengeringkan Air” Ketut Putrayasa

23 May 2023

Kabar Terbaru

Festival Pasar Tradisional dari Energi Sampah Plastik

Festival Pasar Tradisional dari Energi Sampah Plastik

27 May 2023
Tari Pendet Memendak Tercatat sebagai Ekspresi Budaya Tradisional

Tari Pendet Memendak Tercatat sebagai Ekspresi Budaya Tradisional

26 May 2023
Laporan UNICEF: Anak-anak di Asia Timur dan Pasifik Paling Terancam Bencana Iklim

Laporan UNICEF: Anak-anak di Asia Timur dan Pasifik Paling Terancam Bencana Iklim

25 May 2023
Mencegah Pariwisata Jadi Anak Durhaka

Pekerjaan Masa Depan di Bali dan Persaingannya dengan Eskpatriat

24 May 2023
BaleBengong.id

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In