Bagi sebagian orang, katak merupakan hewan yang menggelikan. Namun, di tangan I Gede Oka katak menjadi bisnis yang menarik.
Ternyata permintaan daging katak di sektor perhotelan di Bali cukup tinggi. Peminat katak untuk dikonsumsi mayoritas datang dari wisatawan mancanegara khususnya China. I Gede Oka menjadi salah satu penyumbang katak dari peternakannya di Banjar Telengis, Desa Bengkel.
I Gede Oka, seorang pensiunan guru sekolah dasar. Sejak tahun 1995 Gede Oka memulai usaha ternak katak di Banjar Telengis, Desa Bengkel, Tabanan, dengan menggunakan beberapa petak kolam yang dibuat sendiri. Gede Oka ini awalnya memiliki usaha ternak ikan gurami namun tertarik dengan bisnis katak ini.
Gede Oka mencoba dan akhirnya berhasil yang membuat Gede Oka lebih memilih untuk melanjutkan usaha ternak katak karena untung yang didapat lebih maksimal. Ternak ikan guraminya dilanjutkan oleh anaknya.
Gede Oka mengatakan sampai saat ini belum mengalami adanya kesulitan dalam menjalankan usaha ternak katak ini. Namun, pernah sekali katak terkena penyakit. Katak-katak terserang penyakit jamur yang menyebabkan kulit katak mengelupas. Hanya terjadi pada satu petak peternakannya.
“Untuk menangani masalah saat itu dengan cara membuang semua katak dalam petak,” cerita Gede.
Menurut Gede Oka sendiri tidak banyak orang khususnya di wilayah Tabanan yang memilih beternak katak. Gede Oka mengatakan bahwa banyaknya usaha katak yang gagal. Faktor penyebab kegagalan biasanya kesalahan dalam manajemen bukan karena dari segi kegagalan pemeliharaan katak.
Gede Oka hanya memelihara satu jenis katak yaitu katak lembu atau bullfrog yang berasal dari Taiwan. Pertama Gede Oka membeli benih kecebong di pengepul Jawa. Gede Oka biasa mengambil benih kecebong sebanyak 3.000 ekor.
Pada saat masih kecebong diberi makan PF1000 dalam kisaran waktu selama dua bulan. Setelah menjadi percil (umur dua bulan), katak tersebut diberi makan carun 781-2 atau 781-3. Pada saat masih percil Gede Oka menghabiskan 20 sak carun dengan harga Rp385.000. Mulai dari umur katak tiga bulan sampai besar diberi carun 782, proses dari kecebong sampai katak siap panen sekitar tujuh bulan.
Kolam katak dibuat pisah sesuai umur katak. Katak mulai dipindah pada saat berumur dua bulan. Per kotak berisi 50-100 ekor dengan tujuan agar katak dapat lebih mudah makan. Kolam berisi 3 cm air dan sirkulasi air akan diganti setiap hari karena katak akan rakus makan jika air kolamnya jernih. Tenaga per hari yang diperlukan selama dua jam, dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore.
Cara perkembangbiakan katak yang dilakukan Gede Oka dengan cara mengawinkan induk yang bagus sehingga bisa menghasilkan telur. Awalnya perkembangbiakan katak-katak Gede Oka gagal, tetapi terus dicoba sampai berhasil mendapat benih-benih kecebong.
Katak yang berisi corak hijau merupakan katak jantan dan yang berwarna hitam merupakan katak betina. Gede Oka menjual katak dengan hitungan pe rkilogram. Per kg katak biasa berisi 3 ekor dijual dengan harga Rp50.000. Kalau untuk benih dihitung per ekor dengan harga Rp500. Harga ini juga tergantung harga pasaran.
Dari bibit Rp2.500, dengan modal Rp10 juta sampai siap panen dihitung rata-rata 2.200 katak mendapat Rp20-35 juta sekali panen. Harapan ke depannya Gede Oka ingin memperluas lahan kolam sehingga mendapatkan hasil panen lebih banyak. Selain itu agar bisa langsung menjual ke hotel tanpa perantara pengepul.