Oleh Luh De Suriyani
Komisi Nasional Kesiapsiagaan Pandemi Influenza mengharap tiap daerah di Indonesia siap menghadapi pandemi inluenza, seperti virus Flu A-H1N1 yang menjadi wabah saat ini. Di antaranya dengan simulasi penanggulangan pandemi.
“Negara tetangga, Malaysia telah mengkonfirmasi dua kasus Flu A. Indonesia harus siap untuk menghadapinya,” ujar Emil Agustiono, Wakil Ketua Komnas Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi (FBPI).
Komnas FBPI bekerja sama dengan UNICEF, badan Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Anak-anak dan Pendidikan, mengadakan Lokakarya Konsolidasi Kesiapsiagaan dan Respon Non Medis Menghadapi Pandemi Influenza di Sanur, Senin hingga Kamis lalu.
Uji coba simulasi akan dilakukan Selasa di antara stakeholder dan petugas perhubungan Bali, yang menjadi peserta lokakarya ini. Selain itu peserta berasal dari empat region yakni Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara Timur, dan Makassar.
Saat ini pencegahan H1N1 masih dikonsentrasikan di bandar udara, khususnya international airport seperti Soekarno Hatta dan Ngurah Rai di Bali.
“Mekanismenya dengan pengawasan thermal scanner dan pemberian health alert card,” tambah Emil.
Selain itu Komnas juga akan menghidupkan survei influenza di tiap daerah. Indonesia belum memberlakukan travel ban ke sejumlah negara terjangkit karena angka mortality akibat H1N1 masih rendah atau kurang dari 1 persen.
“Kami hanya memberikan travel advisory, dengan himbauan hati hati kalau ke Meksiko,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia, kata Emil akan menganggarkan sekitar 70 milyar dana multisektor dari delapan depatemen untuk kesiagsiagaan pandemi ini.Termasuk anggaran khusus Komnas FBPI sekitar 38 milyar.
Dana terbesar dikeluarkan untuk preparedness, kesiapsiagaan pandemi ini. Tidak ada anggaran untuk membantu kerugian peternak babi atas merebaknya flu yang sebelumnya disebut WHO sebagai Flu Babi ini. Peternak dan pedagang olahan babi di Bali adalah salah satu daerah dengan kerugian terbesar.
“Tidak ada anggaran untuk kerugian sektor peternakan dari budget ini. Ini bukan virus melalui daging babi. Ini miskomunikasi Harus ada upaya pengembalian kepercayaan masyarakat mengkonsumsi daging babi,” kata Emil.
Sementara Suzanna Dayne, Communication Specialist AI Control dan Pandemi Influenza UNICEF di Indonesia mengatakan 50 ribu sekolah di Indonesia akan mendapatkan materi edukasi soal pandemi influenza. “Kami improve awarness. Berdasarkan research, 30 persen orang memakai kata pandemi namun tak mengerti maknanya. Program di sekolah sangat penting,” ujarnya.
Kendala penyadaran di Indonesia adalah flu penyakit biasa. Sementara WHO mulai mengkhatirkan munculnya mutasi-mutasi flu lain yang juga mematikan dan berpotensi pandemic.
Egi Djanuiswati, Staf Ahli Gubernur Bidang Pengembangan Wilayah dan Kawasan Provinsi Banten mengakui berencana melakukan pemeriksaan thermal scanner pada penumpang domestik juga.
“Selama ini hanya penumpang internasional yang dipantau. Seperti halnya di bandara Bali. Banten dan Bali adalah lokasi dua pelabuhan udara internasional dan ini harus dimulai,” ujarnya.
Hingga siang ini, WHO melansir terdapat 8480 kasus H1N1 di 39 negara dengan 72 kasus kematian. Di Asia, negara terjangkit adalah Malaysia, Thailand, Korea, Jepang, India, China, serta Australia. [b]
Versi Bahasa Inggris dimuat http://www.thejakartapost.com/news/2009/05/20/watch-out-it039s-flu-pandemic.html-0