Adi Parwa adalah bab (parwa) pertama dalam epos Itihasa terkenal karangan Bhagawan Byasa, Mahabarata.
Ya, dalam suatu kesempatan saya diskusi dengan adik-adik di sekretariat Forum Persaudaraan Mahasiswa Hindu Dharma Universitas Udayana (FPMHD Unud) tiba-tiba muncul naluri menyamakan Adi Parwa ini dengan fenomena reklamasi teluk benoa yang belakangan hangat diperbincangkan masyarakat Bali.
Barangkali kita bisa bercermin dalam kisah pemutaran gunung Mandara Giri di lautan susu Ksirarnawa oleh dua pihak yang sama-sama ingin mencari kehidupan (amertha), para Dewa dan Raksasa (terserah pembaca mengidentikkan dua kelompok di cerita ini dengan siapa dalam fenomena reklamasi.
Jika kita saksikan, posisi Teluk Benoa memang sangat strategis untuk dikembangkan sebagai destinasi dan akomodasi wisata. Posisinya yang berada dekat dengan akses pintu masuk Bali (bandara) dan dikelilingi oleh berbagi destinasi wisata favorit saat ini menjadikannya kawasan primadona untuk meraup untung sebesar-besarnya.
Teluk Benoa ibarat lautan susu Ksirarnawa yang menyimpan tirtha Amertha, sumber kehidupan abadi. Jika dalam Adi Parwa diceritakan Para Dewa dan Raksasa berusaha sekuat tenaga untuk mengaduk lautan susu tersebut menggunakan gunung Mandara Giri, maka kita bisa saksikan kolaborasi yang apik diperlihatkan oleh pemerintah daerah bersama investor untuk melakukan tindakan serupa tapi tak sama, yaitu reklamasi.
Efek dari pemutaran gunung Mandara Giri sangat besar, karena kehidupan dunia terguncang hebat, sama dengan guncangan pro dan kontra dari masyarakat Bali terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa.
Jika kita bisa bercermin dalam kisah Adi Parwa tersebut, dapat kita simpulkan bahwa efek yang ditimbulkan dalam rencana reklamasi tersebut ke masyarakat hanya efek negatif karena hanya menguras energi dan konsentrasi masyarakat ke dalam dua kubu pro dan kontra.
Jika Pemerintah Provinsi ingin menyejahterakan masyarakat Bali, hendaknya berfokuslah untuk menjalankan program-program cantik yang sudah kita saksikan saat ini, Simantri, Gerbang Sadu, JKBM dll. Berkolaborasi dengan investor “raksasa” hanya akan menimbulkan guncangan bagi masyarakat, tanpa menimbulkan efek positif apapun.
Ya, babak Adi Parwa ini memang identik dengan episode reklamasi jilid dua di Bali. Mahabarata adalah bagian dari Weda yang berupa Itihasa dengan maksud bahwa kita bisa belajar dari kisah babak per babak dari karya sastra tersebut. [b]