Bermodal nekat dan jaringan, dua arsitek muda membangun studionya sendiri.
Mereka membagi pengalamannya dalam diskusi bulanan Architect Under Big 3 Jumat malam kemarin. Kali ini I Gst. Ag. Ngr. Widianingrat, akrab dipanggil Jung Yat, dan Made Sugiantara, lebih akrab dipanggil Sugi. Mereka berbagi cerita tentang pengalaman ketika memutuskan membentuk studio desain lansekap dan arsitektur sendiri.
Hujan lebat mengguyur kota Denpasar sejak sore hari. Namun, hal tersebut tidak mengurangi antusiasme peserta yang datang. Tampak di antara audien ada Pepe Giuseppe. Mereka tetap bersemangat ketika menyimak presentasi dan video yang disajikan oleh Jung Yat dan Sugi.
Keputusan membangun studio desain sendiri berawal dari sebuah proyek proposal arsitektur lansekap di antara “fase kevakuman” mereka. Dengan modal kenekatan dan ilmu selama bekerja pada konsultan arsitektur dan lansekap lain, akhirnya pada tahun 2010 mereka memutuskan untuk membentuk studio desain lansekap dan arsitektur sendiri. Mereka mendirikannya bersama seorang teman.
Mereka serasa bonek alias bondo (modal) nekat. Berbekal kenekatan dan koneksi yang mereka miliki, studio ini akhirnya berjalan. Namun, pada perjalanannya tetap terdapat kerikil-kerikil tajam yang menjadi hambatan selama berkarya. Sampai saat ini mereka sudah menghasilkan beberapa karya baik masih berupa proposal maupun yang sudah terbangun.
Presentasi yang dilanjutkan dengan sesi diskusi berlangsung hangat. Delapan peserta antusias mengajukan pertanyaan.
Diskusi diawali ketika salah seorang audien bertanya strategi Jung Yat dan Sugi untuk bertahan dan bisa menarik klien. Pertanyaan ini dijawab dengan bijak oleh Jung Yat dan Sugi.
Sebagai desainer, mereka harus selalu memberikan hasil sebaik mungkin untuk diperlihatkan kepada klien. Ketika memberikan hasil terbaik maka pilihan hasilnya adalah proyek tersebut berhasil atau gagal. “Namun, ketika kita tidak mencoba maka hasil yang didapatkan pasti hanya gagal,” ujar mereka.
Prinsip tersebut selalu mereka gunakan dalam proses mendesain; selalu memberikan yang terbaik.
Rossi Irawan turut bertanya. “Bagaimana pengertian sebuah desain lansekap dan apa saja lingkup kerja desain lansekap serta pesan apa yang ingin disampaikan dalam desain kepada klien?” tanya salah satu presenter pada Architects Under Big 3 #9 ini.
Menurut Jung Yat dan Sugi, pengertian lansekap bagi mereka berdua adalah pekerjaan yang meliputi softscape dan hardscape. Lighting merupakan salah satu elemen di dalamnya. Untuk pesan yang ingin mereka sampaikan, saat ini mereka masih dalam proses pencarian jati diri sehingga masih belum dapat menemukan pesan atau benang merah dari desain-desain mereka tersebut.
Penanya lain lebih banyak bertanya bagaimana cara mereka untuk meyakinkan klien, bagaimana caranya tentang teknologi bahan dan cara mereka mempertahankan idealisme mereka kepada klien.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab bergantian antara Jung Yat dan Sugi.
Mereka mendapatkan info-info mengenai teknologi dari internet. Kadang-kadang mereka mendapatkan info tersebut dari klien maupun pihak-pihak lain. Dalam mempertahankan idealisme terhadap klien, tidak sepenuhnya mereka berdiri pada idealisme mereka karena tetap harus memahami keinginan klien.
Membentuk sebuah studio arsitektur, lansekap maupun keduanya merupakan hal yang mudah namun juga sulit. Butuh keberanian, kenekatan dalam memulai langkah pertama sebagai arsitek independen.
Dalam setahun pertamanya Jung Yat dan Sugi sudah dapat menunjukan eksistensinya di dunia arsitektur dan lansekap. Perlahan namun pasti mereka berdua sudah mulai menapaki fase lebih stabil. [b]
jung yat, sugi & sasta! cihui banget 😀