Teks oleh Ngurah Beni Setiawan, Foto Ilustrasi Internet
Selamat malam, semeton. Semoga selalu dalam lindungan Tuhan yang begitu mengasihi kita melalui orang tua, keluarga dan sahabat-sahabat. Hari ini, bagi umat Hindu, adalah satu hari menjelang acara tawur dan pengrupukan dalam rangkaian hari raya Nyepi. Saat ini saya hanya bisa membayangkan semarak acara Nyepi dari ruang kerja yang puanas! Keinginan saya untuk melaksanakan Nyepi di Bali tahun ini sepertinya pupus sudah.
Bagi saya, Nyepi adalah saat yang luar biasa, paling tidak itu yang saya alami 10 tahun lalu ketika masih bisa menikmati suasana Nyepi di Bali dan juga Nyepi tahun kemarin yang bisa saya nikmati kembali setelah 9 tahun di Bandung. Saya yakin anda bingung saat membaca judul catatan saya malam ini, terlebih jika melihat gambar di atas yang hitam! Bukan, kesalahan itu bukan ada pada mata anda, komputer, graphic card atau monitor. Gambar hitam itu memang disengaja. Ya, karena Nyepi. Masih bingung? Tenang saja, saya juga bingung, tapi mari kita bingung rame-rame saja daripada bingung sendiri. Tak ada salahnya kita juga bingung berjema’ah. Itu namanya setiakawan bukan?! Hehe…
Kekuatan Nyepi itu sungguh luar biasa, izinkan saya ingatkan kembali kampanye World-Silent-Day yang sempat mencuat awal tahun kemarin. Semangatnya konon diambil dari semangat Nyepi di Bali di mana semua aktivitas sontak terhenti. Yah, meskipun ceki dan gaple tetap jalan, tapi itu hanya beberapa hoby-wan dan hoby-wati saja. Lain lagi dengan aktifitas Bandara Internasional Ngurah Rai. Mungkin ini satu-satunya Bandara bertaraf internasional yang “berani” menutup pintu penerbangan selama satu hari! Buset! Semua negara artinya manut-manut saja dengan Nyepi. Semua negara artinya mendukung pelaksanaan Nyepi! Seharusnya tidak alasan bagi kita umat Hindu untuk tidak menghargai Nyepi itu sendiri. Hayo!
Semeton dan kawanku, saya bukanlah ahli agama tapi izinkan saya berbicara sedikit saja tentang apa yang disebut Tri Sarira dalam ajaran Hindu. Intinya bahwa diri kita ini sesungguhnya dibentuk oleh tiga badan (Sarira); Badan halus (Suksma Sarira), Badan Kasar (Stula/ Raga Sarira) dan Badan penyebab kehidupan (Antakarana Sarira) yang tak lain adalah atman kita.
Antara Nyepi, Suksma Sarira dan Stula Sarira
Panca Maha Butha adalah pembentuk Stula (Ragha) Sarira, yang tak lain mencakup 5 unsur pembentuk tubuh kita. Api, air, angin, ether dan tanah (Teja, Apah, Bayu, Akasa dan Pertiwi). Seorang Hindu percaya bahwa kelima unsur inilah yang seharusnya dikembalikan ketika ajal menjemput melalui upacara ngaben. Ketika kita mandi, ketika bercermin sampai luluran, gosok gigi sampai maskara, ke salon atau pangkas rambut Maduratna, tak lain adalah usaha kita dalam menjaga dan mensyukuri Ragha Sarira.
Namun yang kerap kali terjadi adalah porsi yang tampaknya tak berimbang antara hal tersebut dengan usaha kita menjada Suksma Sarira. Harus kita akui bahwa seringkali kita lupa untuk menjaga pikiran, perasaan, keinginan dan nafsu (Citta, Manah, Indriya dan Ahamkara) yang tak lain merupakan pembentuk badan halus kita (Suksma Sarira). Kita terlalu disibukkan dengan penampilan luar tanpa peduli isi didalam diri kita. Sibuk dengan segala tetek bengek lahiriah namun sesekali saja mengingat ranah bathiniah.
Manusia, seperti halnya diri saya, selalu saja bermasalah dengan keseimbangan. Kita terkadang melupakan bahwa Rwa Bhineda itu selalu ada dan patut dipelihara keseimbangannya. Bahwa Yin-Yang selalu berbarengan. Bahwa alam itu selalu mencari keseimbangan baru ketika keseimbangan lamanya diusik. Alam selalu mencari titik isostasi.
Kawanku, Hal inilah yang seharusnya menjadi renungan kita di malam Nyepi nanti. Terkadang kita lupa bahwa Nyepi itu sesungguhnya menyangkut seluruh badan kita, bukan semata badan kasar atau tubuh kita saja. Bukan semata hanya bergelap-gelapan semalam suntuk. Tri Sarira ini tak terpisahkan, tapi kerap kali kitalah yang berusaha memisahkan. Amati geni bukan semata tak boleh memasak, amati karya tak sebatas tak boleh bekerja, amati lelungan dan amati lelanguan pun terkadang dimaknai hanya secuil.
Sepertinya layak jika kita merenung sejenak, kita masih punya waktu 24 jam lebih sebelum Nyepi itu benar-benar datang. Merenung apakah Suksma Sarira sudah kita Nyepi-kan juga selama ini. Apakah kita sudah cukup adil untuk berupaya menjaga Suksma Sarira tetap bersih layaknya perlakuan kita ke Ragha Sarira. Momentum Nyepi inilah saat yang tepat bagi kita merenung, sekali lagi bahwa Nyepi bukan semata masalah Catur Brata Penyepian dalam hubungannya dengan badan kasar kita. Tapi hendaknya juga kita amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelanguan secara batin. Percayalah bahwa dengan demikian, keseimbangan itu akan selalu terjaga dan terpelihara. Keseimbangan adalah awal dari kedamaian dan keseimbangan dalam diri adalah awal dari kedamaian alam ini.
Maka tak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak menikmati Nyepi meskipun tidak sedang berada di Bali. Tak ada alasan lagi bagi kita untuk mengurangi makna Nyepi meski harus bekerja. Nyepi adalah sesuatu yang harus membuat kita hening. Hening secara lahir dan bathin.
Akhir kata, saya hanya ingin ucapkan selamat melaksanakan Catur Brata Penyepian untuk seluruh kawan-kawan. Mari kita jalani Nyepi kali ini dengan hening lahir dan bathin. Mari kita heningkan tak hanya Ragha Sarira kita, pun juga Suksma Sarira kita. Dan pantas pula kiranya jika ucapan terima kasih ini saya sampaikan juga kepada seluruh sahabat Islam, Kristen Katolik dan Protestan, Budha, Kong Hu Cu yang turut menjaga keheningan di saat Nyepi.
Dan tak lupa untuk semua maskapai penerbangan yang “rela” tidak melakukan penerbangan ke Bali selama Nyepi. Satu lagi saran saya bagi anda yang melaksanakan Nyepi, bacalah catatan ini bukan pada saat Nyepi dan penggunaan segala macam alat elektronik selama Nyepi dapat mengganggu sistem navigasi. Mohon untuk menonaktifkannya sekarang juga! Dan ingat, pelampung bukan untuk dibawa pulang. Hehe…
*Catatan ini saya tujukan untuk seluruh umat beragama di Nusantara ini. Untuk selalu menjaga keseimbangan lahir dan batin, untuk sesekali menyepikan lahir dan batin. Yang terbaik untuk diri kita dan yang terbaik untuk Nusantara ini. [b]
Tulisan diambil dari sini.
Selamat Hari Raya Nyepi – Caka 1932
Selamat hari raya Nyepi juga bli Cahya..
Thank you for sharing with us! Your post is very nice. Now would you like to check put my page? You will find something useful there! 🙂
Prima Radio
Check this out: technology-news