• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, November 7, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Budaya

Antara Nyepi, Suksma Sarira dan Stula Sarira

Anton Muhajir by Anton Muhajir
15 March 2010
in Budaya, Kabar Baru, Opini
0 0
3

Teks oleh Ngurah Beni Setiawan, Foto Ilustrasi Internet

Selamat malam, semeton. Semoga selalu dalam lindungan Tuhan yang begitu mengasihi kita melalui orang tua, keluarga dan sahabat-sahabat. Hari ini, bagi umat Hindu, adalah satu hari menjelang acara tawur dan pengrupukan dalam rangkaian hari raya Nyepi. Saat ini saya hanya bisa membayangkan semarak acara Nyepi dari ruang kerja yang puanas! Keinginan saya untuk melaksanakan Nyepi di Bali tahun ini sepertinya pupus sudah.

Bagi saya, Nyepi adalah saat yang luar biasa, paling tidak itu yang saya alami 10 tahun lalu ketika masih bisa menikmati suasana Nyepi di Bali dan juga Nyepi tahun kemarin yang bisa saya nikmati kembali setelah 9 tahun di Bandung. Saya yakin anda bingung saat membaca judul catatan saya malam ini, terlebih jika melihat gambar di atas yang hitam! Bukan, kesalahan itu bukan ada pada mata anda, komputer, graphic card atau monitor. Gambar hitam itu memang disengaja. Ya, karena Nyepi. Masih bingung? Tenang saja, saya juga bingung, tapi mari kita bingung rame-rame saja daripada bingung sendiri. Tak ada salahnya kita juga bingung berjema’ah. Itu namanya setiakawan bukan?! Hehe…

Kekuatan Nyepi itu sungguh luar biasa, izinkan saya ingatkan kembali kampanye World-Silent-Day yang sempat mencuat awal tahun kemarin. Semangatnya konon diambil dari semangat Nyepi di Bali di mana semua aktivitas sontak terhenti. Yah, meskipun ceki dan gaple tetap jalan, tapi itu hanya beberapa hoby-wan dan hoby-wati saja. Lain lagi dengan aktifitas Bandara Internasional Ngurah Rai. Mungkin ini satu-satunya Bandara bertaraf internasional yang “berani” menutup pintu penerbangan selama satu hari! Buset! Semua negara artinya manut-manut saja dengan Nyepi. Semua negara artinya mendukung pelaksanaan Nyepi! Seharusnya tidak alasan bagi kita umat Hindu untuk tidak menghargai Nyepi itu sendiri. Hayo!

Semeton dan kawanku, saya bukanlah ahli agama tapi izinkan saya berbicara sedikit saja tentang apa yang disebut Tri Sarira dalam ajaran Hindu. Intinya bahwa diri kita ini sesungguhnya dibentuk oleh tiga badan (Sarira); Badan halus (Suksma Sarira), Badan Kasar (Stula/ Raga Sarira) dan Badan penyebab kehidupan (Antakarana Sarira) yang tak lain adalah atman kita.

Antara Nyepi, Suksma Sarira dan Stula Sarira
Panca Maha Butha adalah pembentuk Stula (Ragha) Sarira, yang tak lain mencakup 5 unsur pembentuk tubuh kita. Api, air, angin, ether dan tanah (Teja, Apah, Bayu, Akasa dan Pertiwi). Seorang Hindu percaya bahwa kelima unsur inilah yang seharusnya dikembalikan ketika ajal menjemput melalui upacara ngaben. Ketika kita mandi, ketika bercermin sampai luluran, gosok gigi sampai maskara, ke salon atau pangkas rambut Maduratna, tak lain adalah usaha kita dalam menjaga dan mensyukuri Ragha Sarira.

Namun yang kerap kali terjadi adalah porsi yang tampaknya tak berimbang antara hal tersebut dengan usaha kita menjada Suksma Sarira. Harus kita akui bahwa seringkali kita lupa untuk menjaga pikiran, perasaan, keinginan dan nafsu (Citta, Manah, Indriya dan Ahamkara) yang tak lain merupakan pembentuk badan halus kita (Suksma Sarira). Kita terlalu disibukkan dengan penampilan luar tanpa peduli isi didalam diri kita. Sibuk dengan segala tetek bengek lahiriah namun sesekali saja mengingat ranah bathiniah.

Manusia, seperti halnya diri saya, selalu saja bermasalah dengan keseimbangan. Kita terkadang melupakan bahwa Rwa Bhineda itu selalu ada dan patut dipelihara keseimbangannya. Bahwa Yin-Yang selalu berbarengan. Bahwa alam itu selalu mencari keseimbangan baru ketika keseimbangan lamanya diusik. Alam selalu mencari titik isostasi.

Kawanku, Hal inilah yang seharusnya menjadi renungan kita di malam Nyepi nanti. Terkadang kita lupa bahwa Nyepi itu sesungguhnya menyangkut seluruh badan kita, bukan semata badan kasar atau tubuh kita saja. Bukan semata hanya bergelap-gelapan semalam suntuk. Tri Sarira ini tak terpisahkan, tapi kerap kali kitalah yang berusaha memisahkan. Amati geni bukan semata tak boleh memasak, amati karya tak sebatas tak boleh bekerja, amati lelungan dan amati lelanguan pun terkadang dimaknai hanya secuil.

Sepertinya layak jika kita merenung sejenak, kita masih punya waktu 24 jam lebih sebelum Nyepi itu benar-benar datang. Merenung apakah Suksma Sarira sudah kita Nyepi-kan juga selama ini. Apakah kita sudah cukup adil untuk berupaya menjaga Suksma Sarira tetap bersih layaknya perlakuan kita ke Ragha Sarira. Momentum Nyepi inilah saat yang tepat bagi kita merenung, sekali lagi bahwa Nyepi bukan semata masalah Catur Brata Penyepian dalam hubungannya dengan badan kasar kita. Tapi hendaknya juga kita amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelanguan secara batin. Percayalah bahwa dengan demikian, keseimbangan itu akan selalu terjaga dan terpelihara. Keseimbangan adalah awal dari kedamaian dan keseimbangan dalam diri adalah awal dari kedamaian alam ini.

Maka tak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak menikmati Nyepi meskipun tidak sedang berada di Bali. Tak ada alasan lagi bagi kita untuk mengurangi makna Nyepi meski harus bekerja. Nyepi adalah sesuatu yang harus membuat kita hening. Hening secara lahir dan bathin.

Akhir kata, saya hanya ingin ucapkan selamat melaksanakan Catur Brata Penyepian untuk seluruh kawan-kawan. Mari kita jalani Nyepi kali ini dengan hening lahir dan bathin. Mari kita heningkan tak hanya Ragha Sarira kita, pun juga Suksma Sarira kita. Dan pantas pula kiranya jika ucapan terima kasih ini saya sampaikan juga kepada seluruh sahabat Islam, Kristen Katolik dan Protestan, Budha, Kong Hu Cu yang turut menjaga keheningan di saat Nyepi.

Dan tak lupa untuk semua maskapai penerbangan yang “rela” tidak melakukan penerbangan ke Bali selama Nyepi. Satu lagi saran saya bagi anda yang melaksanakan Nyepi, bacalah catatan ini bukan pada saat Nyepi dan penggunaan segala macam alat elektronik selama Nyepi dapat mengganggu sistem navigasi. Mohon untuk menonaktifkannya sekarang juga! Dan ingat, pelampung bukan untuk dibawa pulang. Hehe…

*Catatan ini saya tujukan untuk seluruh umat beragama di Nusantara ini. Untuk selalu menjaga keseimbangan lahir dan batin, untuk sesekali menyepikan lahir dan batin. Yang terbaik untuk diri kita dan yang terbaik untuk Nusantara ini. [b]

Tulisan diambil dari sini.

Tags: AgamaBaliLingkunganNyepiOpini
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Ketika Pulau Menghangat: Urban Heat Island di Pulau Bali

Ketika Pulau Menghangat: Urban Heat Island di Pulau Bali

3 November 2025
Menjadi Pembully dari Seorang Pelaku Bullying

Menjadi Pembully dari Seorang Pelaku Bullying

24 October 2025
Petisi Pelajar: Reformasi Pendidikan Indonesia

Saat Kampus Tak Lagi Jadi Kompas Bali

22 October 2025
Adakah Sistem Peringatan Dini Banjir di Bali? Ini Simulasinya

Adakah Sistem Peringatan Dini Banjir di Bali? Ini Simulasinya

18 October 2025
Beban Ekologi Bertambah karena Pariwisata yang Eksploitasi Hulu Bali

Beban Ekologi Bertambah karena Pariwisata yang Eksploitasi Hulu Bali

15 October 2025
Diskusi Sejarah dan Dinamika Pers Mahasiswa

Menjaga Nyala Pers Mahasiswa di Tengah Sunyinya Dukungan Kampus

14 October 2025
Next Post
Dan, Kami pun Terpesona Ogoh-ogoh

Dan, Kami pun Terpesona Ogoh-ogoh

Comments 3

  1. Cahya says:
    16 years ago

    Selamat Hari Raya Nyepi – Caka 1932

    Reply
    • ngurah beni setiawan says:
      16 years ago

      Selamat hari raya Nyepi juga bli Cahya..

      Reply
  2. Prima Radio says:
    2 years ago

    Thank you for sharing with us! Your post is very nice. Now would you like to check put my page? You will find something useful there! 🙂

    Prima Radio

    Check this out: technology-news

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Ini Cerita Arsa, Remaja Rasa Anak-anak

Pengalaman Orang Tua dengan Anak Neurodiversitas

6 November 2025
BaleBio, Prototipe Arsitektur Regeneratif

BaleBio, Prototipe Arsitektur Regeneratif

6 November 2025
Pelatihan Olah Limbah Bambu di Bamboo Academy

Pelatihan Olah Limbah Bambu di Bamboo Academy

5 November 2025
[Matan Ai] Bali dan Pembusukan Pembangunan

In memoriam Timothy: Bunga yang Dirontokkan di Bumi

5 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia