Padma Mandala
Padma Mandala disebut juga Padmaksetra, adalah suatu konsepsi agama Hindu yang amat penting. Konsepsi ini berlandaskan ajaran Yoga, yang kemudian diwujudkan dalam penempatan dan penataan tempat-tempat suci. Dalam konsepsi ini gunung yang tertinggi dinyatakan menempati posisi dik-widik (catur lawa, asta dala). Oleh karena itu konsepsi Padma Mandala, berkaitan dengan konsepsi Panca Giri, Wijaksara dan lain-lain.
Dalam konteks Bali khususnya dan Indonesia umumnya, Gunung Agung (Tohlangkir), menempati posisi tengah padma mandala (sari bunga padma), Lempuyang (timur), Andakasa (selatan), Batukaru (barat), Batur (utara). Di tempat-tempat itu didirikan Pura-Pura utama yang menempati posisi dik (catur dala) dan yang mempunyai posisi widik adalah Pura Goalawah (tenggara), Pura Uluwatu (barat daya), Pura Pucak Mangu (barat laut), Pura Besakih juga menempati posisi timur laut (keseluruhannya adalah asta dala).
Di samping itu, Pura Besakih dikelilingi juga oleh Pura-Pura Catur Dala, yaitu Pura Gelap (timur), Kiduling Kreteg (selatan), Ulun Kulkul (barat), Batu Madeg (utara).
Pura-Pura yang sangat disucikan itu juga disebut dengan Sad Kahyangan, artinya kahyangan atau tempat suci yang utama (sat). Oleh karena itu Pura-Pura tersebut merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan, bagaikan bunga Padma yang suci dengan lawanya, yang berlapis-lapis, yang secara simbolis merupakan sthana Sanghyang Widhi Wasa.
Berbagai aktivitas keagamaan yang bertujuan untuk menjaga kesucian Pura-Pura tersebut serta kawasannya patut dilaksanakan, sebagai perwujudan dari ajaran Satyam-Siwam-Sundaram.
Sad Kahyangan
Kata Sad Kahyangan terdiri dari dua kata, yaitu : sad berarti enam dan kata kahyangan berarti tempat suci untuk Hyang. Jadi kata Sad Kahyangan berarti enam tempat suci untuk memuja Hyang.
Ada juga penafsiran lain mengatakan bahwa kata Sad dalam kata Sad Kahyangan, sad (sat) artinya inti atau utama. Menurut penafsiran ini kata Sad Kahyangan berarti Kahyangan Inti atau Kahyangan Utama, bukan enam Kahyangan. Namun oleh karena kenyataan tersebut pada lontar-lontar bahwa Sad Kahyangan itu selalu terdiri dari enam Kahyangan, hanya saja nama-namanya berbeda dalam lontar yang satu dengan lontar yang lainnya.
Maka dalam hal ini dapatlah dikatakan bahwa yang dimaksud Sad Kahyangan itu adalah enam tempat suci untuk memuja Hyang dan merupakan Pura Utama (tempat suci).
Landasan Filosofis
Kahyangan Jagat di Bali benar-benar didirikan atas dasar landasan tattwa (filosofis) Agama Hindu, di samping juga kontak batin para leluhur para pendiri Kahyangan dengan yang dipuja. Hakekat Hyang Widhi tunggal dengan sifat-sifat kemahakuasaan-Nya, secara konsepsional filosofis melandasi pendirian kahyangan tersebut yang diterapkan oleh para Dhang Guru, seperti : Mpu Kuturan dan Dhanghyang Dwijendra.
Berlandaskan filosofis ini Kahyangan Jagat dapat juga dikelompokkan berdasarkan landasan konsepsi sebagai berikut:
Berdasarkan konsepsi Rwabhineda, yaitu:
1. Pura Besakih, sebagai Purusa.
2. Pura Batur, sebagai Pradhana.
Berdasarkan konsepsi Catur Loka Pala, yaitu:
1. Pura Lempuyang, di upuk timur.
2. Pura Batukaru, di upuk barat.
3. Pura Pucak Mangu di utara.
4. Pura Andakasa, di upuk selatan.
Berdasarkan Sad Winayaka, yaitu:
1. Pura Besakih
2. Pura Lempuyang
3. Pura Goalawah
4. Pura Uluwatu
5. Pura Batukaru
6. Pura Pusering Jagat
Ketiga jenis konsepsi tersebut di atas menjadi satu konsepsi yang disebut Konsepsi Padma Bhuwana, diwujudkan dalam sembilan Kahyangan Jagat, seperti yang telah disebutkan di atas.
Adapun nama-nama Sad Kahyangan itu menurut masing-masing sumbernya adalah sebagai berikut :
Lontar Kusumadewa (koleksi Fakultas Sastra Unud Denpasar), menyebutkan:
1. Pura Watukaru
2. Pura Besakih (Pura Gunung Agung)
3. Pura Lempuyang
4. Pura Goalawah
5. Pura Uluwatu
6. Pura Pusering Tasik (Pusering Jagat Pejeng).
Lontar Kuttara Kandha Dewa Purana Bangsul, menyebutkan :
1. Pura Batukaru
2. Pura Besakih
3. Pura Watuklotok
4. Pura Rambut Pakendungan
5. Pura Dalem Sakenan
6. Pura Erjeruk (Sukawati)
Lontar Babad Pasek Kayu Selem, menyebutkan:
1. Pura Ulundanu
2. Pura Lempuyang
3. Pura Watukaru
4. Pura Beratan
5. Pura Pusering Jagat
6. Pura Andakasa
Lontar Widhisastra (koleksi Museum Bali Denpasar), menyebutkan:
1. Pura Sakenan
2. Pura Tanah Lot
3. Pura Besakih
4. Pura Batukaru
5. Pura Rambutsiwi
6. Pura Silih Jong
Lontar Padma Bhuwana, menyebutkan:
1. Pura Besakih
2. Pura Dalem Puri
3. Pura Tampahyang
4. Pura Andakasa
5. Pura Watukaru
6. Pura Penataran
Lontar Sang Kulputih (koleksi Gedong Kirtya Singaraja), menyebutkan:
1. Pura Watukaru
2. Pura Tohlangkir (Besakih)
3. Pura Lempuyang
4. Pura Gualawah
5. Pura Uluwatu
6. Pura Pusering Tasik (Pusering Jagat di Pejeng)
Di samping lontar-lontar seperti tersebut di atas, mungkin ada lontar-lontar yang lainnya yang menyebutkan Pura Sad Kahyangan dengan versi yang lain.
Pura Dhang Kahyangan
Pura Dang Kahyangan adalah merupakan bagian dari Pura Kahyangan Jagat di Bali yang merupakan tempat suci, untuk memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa atau manifestasi-Nya. Oleh karena itu Pura Dhang Kahyangan, Pura yang tergolong Kahyangan Jagat, maka Pura Dhang Kahyangan adalah Pura-Pura yang berstatus Pura Umum dan merupakan penyungsungan jagat. Pada dasarnya Pura-Pura Dhang Kahyangan adalah Pura-Pura yang ada hubungannya/kaitannya dengan Dharmayatra (perjalan suci) para Dhanghyang, seperti: Danghyang Markendya dan Dhang Hyang Dwijendra.
Beberapa Pura yang tergolong Dang Kahyangan, yaitu:
1. Pura Purancak, Pura Rambutsiwi di Kabupaten Jembrana.
2. Pura Tanah Lot, Pura Resi di Kabupaten Tabanan
3. Pura Pulaki, Pura Melanting di Kabupaten Buleleng
4. Pura Tamansari, Pura Pucak Tedung, Pura Gunung Payung, Pura Petitenget, Pura Uluwatu di Kabupaten Badung.
5. Pura Sakenan di Kodya Denpasar.
6. Pura Mas, Pura Tengkulak di Kabupaten Gianyar
Sebenarnya terdapat beberapa Pura lagi yang tergolong Dhang Kahyangan yang belum tercatat. [b]
… akhirnya terbit juga di sini… http://sudiatmika.com
suksme bapak