Mengapa patung sampi gerumbungan ini dijadikan salah satu ikon di Bali Utara khususnya Singaraja dan bahkan didirikan di pusat kota? Seberapa uniknya makna dibalik dari patung itu ya? Kilas balik yang sangat ingin diketahui oleh sang anak rantau ini setelah terpukau melihat patung tersebut.
Sampi Gerumbungan, ternyata adalah sebuah ikonik dan mengandung warisan leluhur yang telah diwariskan turun temurun. Konon katanya, tradisi sampi gerumbungan ini berbeda dengan karapan sapi atau mekepung dari Jembrana itu loh! Yuk simak……
Dilansir dari Disbud Buleleng, budaya dan tradisi ini menjadi kegiatan rutin yang diadakan di Bali Utara sebagai ajang tahunan dan menciptakan daya Tarik tersendiri untuk menarik wisatawan untuk melirik Buleleng sebagai tujuan wisata. Melalui keputusan Bupati tahun 2002, tradisi kuno ini akhirnya diresmikan oleh pemerintah daerah dan diselenggarakan saat HUT kota Singaraja.
Apa sih yang membedakan antara tradisi sampi gerumbungan Buleleng dengan tradisi mekepung Jembrana?
Pemilihan sapi dan aspek penilaian sangat berbeda, walaupun begitu juga memiliki persamaan yakni ucapan syukur dan sujud bahagia dari para petani atau masyarakat atas panen yang melimpah dan dihiasi oleh perasaan bahagia serta penuh senyuman.
Pemilahan sapi pada tradisi di Buleleng, tidak semua sapi dapat diikutsertakan namun hanya sapi jantan yang berbadan kekar dan dipilih langsung oleh kelompok ternak. Selain itu juga, sapi-sapi ini akan dilatih untuk menyeragamkan gerak langkah, dan mempersiapkan segala aksesoris yang menarik tanpa melupakan hal yang sangat khas yakni genta besar atau keroncongan (genta ini mengartikan kata gerumbungan dan dikaitkan pada leher sapi).
Tradisi mekepung di Jembrana, atraksi sepasang kerbau yang dipacu di sepanjangan lintasan atau arena mekepung. Awalnya hanya sebuah permainan yang dilakukan petani saat membajak sawah saja untuk menghilangkan rasa penat saja. Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan ini dijadikan sebagai ajang perlombaan balap kerbang di lahan kering ataupun basah yang masih berada di sekitaran sawah.
Kerbau yang diikutsertakan akan dihias menyerupai mahkota dikepalanya atau sering disebut rumbing. Inilah persamaan dan perbedaan dari kedua tradisi tersebut, darimana pun tradisi itu tetap wajib kita lestarikan bersama. Pasalnya, hingga sekarang tradisi itu tetap terjaga dan akan selalu terjaga oleh tangan-tangan para penerus daerah tersebut.