Teks Rofiqi Hasan, Foto Ilustrasi Internet
Unjuk rasa para sopir taksi yang tergabung dalam Paguyuban Jasa Wisata Bali (PJWB), Senin (7/6), berlangsung rusuh. Mereka juga melakukan tindak kekerasan pada wartawan.
Kamera kontributor Indosiar Bali Riadis Sulhi direbut dan dibanting hingga rusak parah. Para sopir itu, menurut Adi, panggilan akrabnya, sempat meminta kartu persnya tetapi kemudian juga meminta kaset rekaman. Ia berusaha tidak melawan dan akan menuruti permintaan itu. Tetapi tiba-tiba kameranya direbut, dibanting dan dinjak-injak. “Ada lima orang sopir yang mengeroyok saya,” ujarnya.
Tak terima aksinya diliput, massa langsung menghampiri Adi dan meminta rekamannya. Maka kemudian kamera itu mengalami perusakan. “Untung sebelum saya diserang, polisi sudah datang,” kata Riadis. Ia lalu diamankan beserta barang bukti berupa kamera yang dirusak. Sulhi berencana melaporkan kasus ini ke polisi.
Peristiwa itu berawal ketika ia meliput aksi unjuk rasa massa yang sedang berjalan dari kawasan Kuta PJWB dikantor Gubernur Bali. Dalam perjalanan, mereka yang menggunakan sepeda motor, sempat mencegat sejumlah taksi Blue Bird dan menurunkan penumpang. Ketika sampai di depan pertokoan Makro, dan mencegat taksi, rupanya mereka sadar sedang diambil gambarnya.
Selain Adi, kameramen televisi ANTV, Putu Jana, juga mendapat intimidasi dari para sopir. Kejadiannya ketika Jana sedang berada di depan kantor PT Indonesia Power dan hendak mengambil gambar sekelompok sopir yang sedang menyerang taksi Blue bird. Tiba-tiba beberapa orang menarik dirinya dan melarang pengambilan gambar. Namun dalam peristiwa itu dia tidak mendapat serangan fisik maupun dirusak peralatannya.
Atas adanya serangan itu, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) menyampaikan kecaman keras. “Kami akan meminta pihak paguyuban untuk bertangungjawab,” kata Wakil Ketua IJTI Bali Putu Setiawan. Dia berencana untuk melaporkan kasus ini ke polisi.
“Itu adalah bentuk upaya menghalangi kerja jurnalis dalam mencari informasi,” tegas Sekretaris AJI Denpasar, Komang Erviani.
Kecaman dari organisasi wartawan itu segera direspon pimpinan PJWB. Hari ini, Selasa (8/6), perwakilan para sopir Taksi yang tergabung Paguyuban Jasa Wisata Bali (PJWB) telah mendatangi kantor AJI. Pihak PJWB menyatakan penyesalan dan permohonan maaf yang mendalam serta kesediaan untuk melakukan penggantian kamera yang dirusak. Mereka juga bersedia untuk memenuhi desakan AJI dan IJTI untuk mendisiplinkan anggotanya dan tidak melakukan perbuatan anarkhis bila nantinya kembali melakukan aksi demo.
Menanggapi hal tersebut, AJI Denpasar dan IJTI Bali beserta Riadis Sulhi menyampaikan bahwa mereka menerima permintaan maaf dan tidak melanjutkan kasus ini ke jalur hukum. Mereka menyepakati adanya penggantian kamera. Sikap itu karena kejadian ini baru pertama kali dilakukan sebagai akibat kurangnya pemahaman terhadap kinerja wartawan.
Menurut IJTI dan AJI Denpasar, keputusan itu juga untuk menghindari terseretnya wartawan dalam konflik yang lebih besar dalam masalah ini sehingga menjadi kurang independen dalam melakukan peliputan. Meski demikian, AJI dan IJTI Mendesak pihak PJWB untuk mendisiplinkan anggotanya agar tidak melakukan anarkhi apalagi penyerangan terhadap wartawan. [b]
Foto diambil dari Matanews.
Comments 1