Rumah adat merupakan rumah tertua yang ada di Desa Tigawasa adapun sebutan lain dari rumah adat ini yaitu Umah Panti. Rumah adat atau umah panti ini biasanya dihuni oleh orang yang dianggap tua atau memiliki kedudukan sebagai penua panti dan biasanya penua panti ini juga bertugas di desa adat sebagai para ulu (prajuru).
Penua panti memiliki peranan yang sangat penting di rumah panti tersebut di mana dia harus menjaga sarana dan prasarana dan setiap waktu tertentu menginformasikan kepada anggota panti. Diskusi atau disebut paum panti ini biasanya membahas masalah kerusakan yang ada di dalam rumah, sekitaran rumah maupun di sanggah (merajan) dimana semuanya akan dibahas di dalam paum tersebut.
Tujuannya mencari solusi dari kerusakan yang sudah disampaikan oleh penua panti. Selain menginformasikan kepada anggota panti untuk melakukan diskusi (paum panti) penua panti juga menjadi perwakilan untuk menghadiri musyawarah desa adat. Musyawarah dilaksanakan di bale banjar adat pada saat Redite Kiwon di mana membahas mengenai acara di desa adat contohnya seperti akan terlaksananya ritual.
Rumah adat (umah panti) juga memiliki kas tujuannya pendanaan upacara. Upacara ini dinamakan upacaran melapah nguling. Upacara melahpah nguling ini akan berlangsung 4 hari, hari pertama membuat taring (peneduh bambu), hari kedua membuat kue, hari ketiga metanding atau mmebuat sesajen, dan hari keempat hari terakhir puncak acara yaitu melakukan persembahyangan bersama di sanggah.
Tujuannya untuk memohon keselamatan seluruh anggota panti yang dipimpim oleh pemangku panti. Selain untuk upacara, kas juga dapat dipergunakan oleh seluruh anggota panti untuk melakukan perbaikan di rumah adat (umah panti) dan memperbaiki sanggah (merajan) yang rusak.
Rumah adat biasanya digunakan sebagai tempat persinggahan oleh anggota panti yang rumahnya jauh dari rumah adat. Sementara Umah Panti biasanya di pusat desa karena itu sering jadi persinggahan oleh anggota panti. Biasanya saat menunggu anaknya keluar sekolah dan ada kegiatan di pusat desa, anggota panti mampir di Umah Panti.
Dalam rumah adat ini juga memiliki ritual lain seperti ngelisin. Ngelisin merupakan serangkaian kegiatan upacara yang menggunakan bulan nanggal sebagai patokan upacara, dilakukan oleh anggota keluarga yang memiliki anak baru lahir. Biasanya yang memimpin upacara ini adalah balian panti. Tujuannya menyampaikan ke leluhur bahwa ada anggota baru.
Biasannya setelah ngelisin seluruh anggota panti akan berkumpul sebentar sambil menikmati kopi dan menikmati lungsuran (sesajen usai dihaturkan) sebagai prasarana upacara ngelisin, Setelah menikmati kopi dan lungsuran, penua panti akan mengajak anggota pantinya berembug membahas mengenai upacara lainnya.
Peran anak muda di dalam rumah adat (umah panti) yaitu melakukan kegiatan gotong royong (mereresik) di sanggah jelang persembahyangan. Selain gotong royong, anak mudanya juga membuat penjor untuk menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan.