Ini adalah pengalaman menyelenggarakan training lingkungan dalam bahasa isyarat. Kali ini tentang pengurangan plastik bersama teman Tuli.
Tim PlastikDetox sudah berkumpul dalam ruang Zoom dan bersiap menanti hadirnya peserta training komunikasi lingkungan pada Juli 2022 lalu. Training yang terasa spesial karena dihadiri oleh Teman Tuli dari Dapur Dif_able yang merupakan anggota PlastikDetox di Lampung. Setelah menunggu 10 menit, akhirnya kami dapat melihat teman-teman yang terpisah ratusan kilometer dari Bali berkumpul di sebuah ruangan mengikuti training lewat layar LCD.
“Halo. Selamat siang. Perkenalkan saya Anna, Dwi, dan Sri,” begitulah tim PlastikDetox menyapa Teman Tuli dari Dapur Dif_able dalam bahasa isyarat yang dipelajari secara singkat, khusus untuk training kali ini. Namun, jangan bayangkan kalau tim PlastikDetox lantas memaparkan materi training dalam bahasa isyarat. Tentu saja untuk training kali ini kami dibantu oleh jasa juru bahasa isyarat dari Sahabat Difabel Lampung. Sehari sebelum training, kami sudah mengadakan gladi dengan Akbar selaku juru bahasa isyarat untuk mengecek kecepatan suara pemateri dan menyamakan persepsi pemateri dengan juru bahasa isyarat.
“Training kali ini kami siapkan untuk Dapur Dif_able, karena melihat antusiasme perwakilan mereka di training sebelumnya tetapi selalu tidak bisa menghadiri training secara penuh. Kami mengupayakan yang terbaik. Ini bukan hanya sekadar kewajiban di antara kami, tetapi memeratakan akses agar kami bisa bareng-bareng belajar,” kata Anna Sutanto yang menceritakan alasan mengadakan training.
Training untuk Dapur Dif_abel bertajuk, “Bisnis Minim Sampah yang Wah” diawali dengan sesi perkenalan dengan menyebutkan nama masing-masing peserta dan mengajarkan 3 kata dalam bahasa isyarat untuk tim PlastikDetox. Anna Sutanto selaku pemateri lantas memaparkan prinsip bijak pakai plastik, alasan pentingnya bijak pakai plastik, dan bisa mulai dari mana untuk bijak pakai plastik.
Usai sesi pemaparan materi, kami melanjutkan acara dengan sesi diskusi. Dibantu oleh Akbar, peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk mendiskusikan satu cara untuk mengurangi plastik sekali pakai di Dapur Dif_able dan alternatif pengurangannya.
“Ketika ada pembeli yang datang, kalau beli kan pakai plastik tuh, kalau dipikir-pikir plastik sekali pakai itu gak usah, kita ganti dengan kantong berbahan kain. Menurut saya itu lebih hemat ya dan bisa dipakai ulang karena kedepannya kalau pakai plastik itu malah jadi sampah,” cerita Elsa dengan penuh semangat sebagai perwakilan dari kelompok 1 yang disambut tepuk tangan meriah dalam bahasa isyarat dari seluruh peserta Zoom. Anna Sutanto menanggapi cerita Elsa dengan mengingatkan untuk tidak lupa menggunakan tas kain yang telah dimiliki.
Lain lagi cerita dari Chandra yang mengaku kalau selama ini tahunya sampah plastik itu bisa didaur ulang. “Pertama, kalau sedotan kaca itu kan mudah pecah, gimana kalau diganti dengan sedotan dari plastik tebal seperti bahan galon agar bisa didaur ulang. Kedua, kalau misalnya kemasan minuman untuk gelas plastik bisa diganti dengan kertas tebal, sehingga orang-orang bisa dibawa pulang. Kantong plastik kan diganti kantong kain itu sulit, gimana kalau tas kain yang bisa dilipat-lipat jadi bisa dikantongi dan dibawa kemanapun,” cerita Chandra dengan berapi-api mewakili kelompoknya. Anna Sutanto menanggapi cerita Chandra dengan mengingatkan kalau keperluan kita untuk barang daur ulang lebih sedikit daripada pertumbuhan sampah kemasan plastik yang muncul tiap harinya.
Sesi training ditutup dengan memainkan kuis benar atau salah yang telah disiapkan oleh tim PlastikDetox. Kami senang sekali melihat para peserta training sangat bersemangat menjawab pertanyaan dari kuis tersebut. Semangat para peserta untuk belajar begitu terasa dari awal training hingga acara selesai. Mereka memberikan reaksi yang begitu ekspresif yang ikut tertular kepada tim PlastikDetox. Akbar selaku juru bahasa isyarat juga mengapresiasi pelaksanaan training kali ini.
“Semua sudah ok, panitia sudah memberikan materi sehari sebelum acara, bahkan ada gladi sebelum acara itu sudah ok banget. Terus panitianya ramah-ramah serta rasa keingintahuan terkait Teman Tulinya sangat kuat. Jadi, banyak rasa perhatian ke Teman Tuli. Karena terkadang panitia acara lain beberapa cuman nyediain juru bahasa isyarat saja,” cerita Akbar ketika ditanya kesannya ketika menjadi juru bahasa isyarat yang mendampingi training.
“Ketika kita menempatkan semua orang dalam kesetaraan, kita jadi sama-sama saling mengajar dan belajar. Interaksi singkat dengan Teman-Teman Tuli yang sangat ekspresif dari Dapur Difabel membuat saya tambah semangat untuk belajar bagaimana membangun ragam komunikasi yang lebih baik dengan mereka yang berkebutuhan khusus. Terima kasih sudah melimpahkan kepercayaan berjalan bersama Plastikdetox untuk pengurangan plastik sekali pakai, ” cerita Anna Sutanto ketika diminta kesannya setelah sesi training selesai.
Teman Tuli dari Dapur Dif_able begitu bersemangat meluangkan waktunya untuk terus belajar bersama tim PlastikDetox, meskipun di tengah keterbatasan berkomunikasi dan perbedaan spektrum diantara kami. Nah, usahamu kapan nih mau bikin training bersama kami? Kami tunggu, lho. Nantikan cerita training lainnya dari kami, ya.