Desa Tegak merupakan salah satu desa di Bali yang konsisten dalam pelestarian pengobatan tradisonal Bali. Sebagian masyarakatnya melakukan budi daya tanaman obat, pengembangan produk olahan tanaman obat, sekaligus menjadi konsumen produk olahannya.
Tanaman obat telah dikenalkan pada anak-anak sejak menempuh pendidikan dasar. Kebun Toga disiapkan di lahan kebun sekolah dan rumah warga dilengkapi dengan kebun Toga yang dimanfaatkan sebagai apotek hidup.
Pengembangan tanaman obat di Desa Tegak ini, sesungguhnya mulai dibangkitkan kembali pada saat kepemimpinan Perbekel Desa Tegak, I Ketut Sujana di tahun 2017. Ada tiga dari beberapa kelompok Toga di Desa Tegak yang dibentuk telah berperan mendukung pengembangan tanaman obat.
Kelompok Toga Tunjung Biru berprestasi dalam budi daya tanaman obat dan mengembangkan taman obat keluarga (Toga). Kelompok Toga Semara Wijaya mengembangkan produk olahan dari empon-empon yang diekstraksi dengan Arak lokal. Kelompok Toga Osadhaya Santi berkreasi untuk mengolah tanaman obat menjadi produk pangan olahan keripik, jahe instan, dan obat tradisional “Loloh” yang dipasarkan lokal dan menjangkau beberapa lokasi di Denpasar.
Bahkan beberapa anggota masyarakat lainnya mengembangkan produk “Loloh” secara mandiri dan melakukan pemasaran tradisional di area Klungkung. Kegiatan pengembangan tanaman obat tersebut didukung oleh UPT Puskesmas Klungkung II, yang selanjutnya berkembang dan dilaksanakan sebagai bagian dari kerjasama mitra pengabdian dengan Tim Toga Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Komitmen pengembangan Toga Desa Tegak tersebut mendapat dukungan penuh dari Tim Udayana dan diwujudkan dengan pengembangan Kebun Taman Obat Keluarga (TOGA) yang dialokasikan dari tanah Desa Tegak yang ada di Dusun Tabu, Desa Selat.
Sampai tahun 2021 ini kebun Toga tersebut terus berkembang dan ditata oleh Kelompok Toga Desa Tegak dibawah binaan Tim Toga Udayana dan UPT Puskesmas Klungkung II, dan dirasakan telah memberi manfaat ekonomis, terutama pengembangan produk obat tradisional “Loloh” di Desa Tegak.
Beberapa tanaman yang merupakan bahan baku produk loloh tersebut tumbuh subur dalam jumlah yang cukup untuk dilakukan panen secara rutin. Panen dari kebun yang ada mengefisienkan waktu pengumpulan bahan. Namun demikian, produksi yang ada masih belum dikembangkan secara optimal, produk yang ada masih diproduksi dan dikemas dengan pelabelan yang minim informasi.
Keberlangsungan produksi yang ada, sekalipun di masa pandemi yang sulit sesungguhnya peluang namun bisa dimanfaatkan karena belum didukung kemampuan produksi, formulasi, pengemasan dan pelabelan yang sesuai. Dibutuhkan pengembangan kemampuan masyarakat produsen dengan kembali melibatkan pihak Universitas Udayana sebagai akademisi sekaligus peneliti yang diselenggarakan melaui program kemitraan.
Kerjasama kemitraan dengan Tim Toga Universitas Udayana diselenggarakan dengan melibatkan Pemerintah Desa Tegak dan melibatkan, Badan Permusyawatan Desa, dan Lembaga Pemberdayaan Desa Tegak, dan Penaggungjawab Toga Desa Tegak. Kegiatan diselenggarakan melalui pelatihan diversifikasi produk Toga yang diadakan secara bertahap dalam 2 sesi pertemuan formal di bulan Oktober 2021 dan pembinaan kepada mitra kelompok Toga Osadhaya Santi yang telah berproduksi rutin.
Pelatihan tersebut juga melibatkan bidang perijinan (Pangan Industri Rumah Tangga) Dinas Kesehatan Klungkung, yang diwakili oleh I Made Sudiantara, SKM. Semua kegiatan diselenggarakan dalam kerangka pengembangan kemampuan pemanfaatan tanaman obat, produksi, formulasi, pengemasan produk olahan Toga, dan menyiapkan proses pengajuan ijin produk olahan yang menjamin adanya keamanan bagi konsumen.
Satu produk yang telah diproduksi, yaitu “Loloh Sirih Bluntas” sebagian bahan bakunya dipanen dari Kebun Toga. Sediannya bahkan telah dikembangkan oleh Tim Toga Unud sebagai formula baru, yaitu sebagai sediaan seduhan (teh) dan loloh instan yang ditujukan memperpanjang masa simpannya. Pelatihan dan pembinaan melalui kemitraan ini selain menghasilkan dua produk olahan baru dan sertifikasi keamanan pangan dari Dinas Kesehatan Klungkung, juga telah berdampak pada peningkatan motivasi dan kreativitas masyarakat dalam mencoba pengembangan produk pangan dengan menambahkan tanaman obat sebagai salah satu komponen isinya.
Sikap positif peserta tidak hanya ditunjukkan oleh kelompok Toga di Desa Tegak namun juga pada kelompok Toga desa sekitarnya, yaitu Desa Selat, Desa Akah, dan Desa Manduang yang turut berpartisipasi dalam pelatihan. Kegiatan ini diharapkan dapat menguatkan pengembangan desa Toga secara berkelanjutan dan kedepannya masing -masing kelompok Toga Desa diharapkan dapat saling berkoordinasi saling bahu membahu untuk saling menguatkan pengembangan produk olahan tanaman obat maupun budidaya tanaman obat untuk penyediaan bahan baku obat yang berpotensi ekonomis. Demikian juga, pemerintah desa melalui BPD, dan LPD dapat berkontribusi memfasilitasi keberlajutan produksi melalui pembiayaan untuk pengembangan maupun pemasaran produk Toga Desa.
Pembinaan dan pelatihan keamanan pangan lintas institusi melibatkan Tim PUMA Universitas Udayana, Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, dan Kelompok Toga Desa Tegak, Desa Selat, Desa Akah, dan Desa Manduang