
Para pemenang Miss Queen Indonesia kini sedang berjibaku mempersiapkan diri menyongsong ajang pageant internasional. Tiga orang transgender akan mewakili Indonesia maju dalam kontes kecantikan di Thailand, Spanyol, dan Panama.
Di bawah naungan Yayasan Miss Queen Indonesia, atraksi budaya juga akan ditampilkan di depan negara-negara itu. Kazzia Dolls adalah pemenang Miss Queen indonesia tahun 2020. Kesempatan untuk maju ke ajang Miss International Queen 2022 di Thailand sudah dinanti-nanti.
Persiapan dilakukan sejak tahun 2019. Kazzia merasa 80% persiapannya sudah benar-benar matang, dari catwalk, bahasa dan persiapan kostum. Namun, ia menegaskan, sikap sopan santun menjadi nilai yang paling berpengaruh. “Walaupun cantik, outfitnya keren, kalau attitudenya engga bagus, itu akan berpengaruh. Itu semua benar-benar harus satu paket,” tegas Miss Queen Indonesia 2020.
Kazzia Dolls menjadi transgender pertama yang mewakili Indonesia maju dalam ajang internasional. Ia banyak termotivasi dari senior-seniornya yang aktif mengikuti ajang internasional secara mandiri. Mengikuti kontes kecantikan ini mereka persiapkan sendiri, dari pendaftaran, pembayaran dilakukan sendiri, “Dari sana aku merasa kondisinya sama, jadi terinspirasi dan support systemnya sudah kuat,” katanya.
Jika sudah terseleksi di Indonesia, maka pembelajaran dan pendampingan lebih terlatih. “Seleksi nasional menjadi ajang belajar sehingga pas maju di internasional, mental sudah terlatih,” ungkap Kazzia.
Keberangkatannya ke ajang Miss International Queen akan menampilkan identitas Indonesia yang beragam budaya. Melalui beberapa desainer yang ia kumpulkan akan menuangkan budaya-budaya Bali, Sulawesi dan Papua dalam balutan desain kostumnya. Selain kostum, dalam penampilan talenta, ia merencanakan menampilkan tarian tradisional yang dikolaborasikan dengan tari modern.
“Target aku pribadi menjadi top three,” optimisnya.
Antusias Kazzia Dolls saat ini menempuh perjalanan yang tak singkat. Sejak bertransformasi tahun 2007, banyak pertentangan yang ia dapatkan. Bukan hal mudah mendapat penerimaan dari lingkungan yang memandang sebelah mata transgender.
Kepada keluarganya ia selalu menegaskan, memilih sebagai transgender bukan berarti ia melakukan hal-hal negatif. Ketika memutuskan untuk bertransformasi, ia merantau sejak tahun 2007. Ia ingin membuktikan bahwa keputusannya sebagai transgender ia bisa membahagiakan orangtuanya.
“Mereka akhirnya mau menerima aku, mau gimana lagi, sudah takdirku seperti ini, yang bisa mengubah kan yang di atas. Kalau aku, memang sudah jiwaku perempuan sejak kecil,” tandasnya.
Tahun 2010 Kazzia memilih untuk merantau ke Bali. Bekerja di bidang kecantikan adalah satu pekerjaan yang paling mungkin ia dapatkan. Hingga pada 2017 Kazzia berhasil membuka usaha eyelash extension.
Persoalan tak selesai sampai di sana. Sebagai transgender di Indonesia, Kazzia masih merasakan ada perlakuan berbeda saat mencari pekerjaan. Salah satu kesetaraan inilah yang ingin ia perjuangkan bersama teman-temannya di Miss Queen Indonesia. Setidaknya di Indonesia Kazzia dan teman-temannya ingin diberikan ruang menyampaikan suara. Bisa bebas berekspresi lalu diperlakukan secara adil, seperti masyarakat lainnya. “Transgender dan transpuan susah banget mendapatkan kerjaan,” curhatnya.
Menurut Kazzia, permintaannya bukan untuk melegalkan pernikahan sesama jenis di Indonesia. Seperti Thailand, USA, Australia yang meresmikan pernikahan sesama jenis. “Permintaan kami tidak sampai ke sana,” tungkasnya. Ia hanya minta diberikan ruang dan akses yang sama seperti masyarakat Indonesia lainnya.
Misalnya mengurus KTP. Tidak bisa langsung membuat KTP, karena memerlukan surat-surat yang banyak. Apalagi yang berganti kelamin dan ganti nama. Meski di Jakarta sudah ada tempat untuk mengurus perubahan identitas transgender. Namun, bagi para transgender dan transpuan yang berganti kelamin kesulitan ketika mengurus administrasi di pengadilan. Persoalan lain yaitu, transgender dan transpuan itu kebanyakan terlantar. Terbuang dari keluarga, sehingga tidak memiliki kartu keluarga, akta kelahiran. Sedangkan untuk membuat KTP butuh itu semua.
Kazzia tak sendiri berlaga di kontes kecantikan pasca terpilih di ajang Miss Queen Indonesia. Veve Silvia runner up II Miss Queen Indonesia pun sedang menyongsong Miss Trans Star International 2023 di Spanyol. Begitu juga Vhenny Anggraeni runner up III Miss Queen Indonesia yang antusias menuju Miss International Trans 2022 di Panama.
Sama halnya seperti Kazzia, Veve yang turut antusias mempersiapkan administrasi untuk keberangkatan ke Spanyol. Seperti pembayaran lisensi difasilitasi yayasan. Begitu juga menyiapkan busana. “Busana belum ada desain karena masih lama, jadi biar bisa mengikuti trend yang berkembang,” kata Veve.
Ia belum banyak persiapan ke Spanyol, karena masih 2 tahun lagi. Namun, ia sudah mempersiapkan jaringan dengan melakukan kunjungan ke yayasan-yayasan. Persiapan diri seperti foto shoot, latihan bahasa, sedang ia dalami. Berbicara soal konsep secara garis besar yang akan dibawakan, ia ingin menampilkan tarian tradisional.
Veve semakin yakin mengingat materi dasar pageant sudah ia miliki. “Dari sisi pendidikan juga aku lulusan D3 keperawatan,” akunya. Ia sudah mengikuti perkembangan kontes kecantikan sejak tahun 2018. Keinginannya untuk bisa terlibat semakin bertambah. Meski sudah mengikuti perkembangan pageant, ia masih bingung dan belum mengetahui cara mendaftar.
“Karena dulu nggak ada yayasan. Syukurnya sekarang sudah ada yayasan, jadi lebih gampang,” ungkapnya. Dukungan keluarga Veve juga mengalir sejak ia mengikuti kontes Miss Queen Indonesia. Sejak karantina hingga final ibunya menemani Veve dalam ajang kontes kecantikan transgender tingkat nasional itu.
Seperti halnya Kazzia Dolls, bukan hal mudah untuk benar-benar berani menampilkan jati dirinya. Meski sudah sejak kecil ia sadar atas nalurinya yang cenderung perempuan, tapi baru benar-benar berubah penampilan sejak 7 tahun lalu. “Ketika kuliah suka pakai wig, pakaian perempuan, dan akhirnya benar-benar berani berubah penampilan,” katanya.
Ejekan ia dapatkan sejak kecil. Ia memahami lingkungan tempat tinggalnya di Surabaya yang tak terbiasa melihat perbedaan, sehingga sering dipandang sebelah mata. Hingga akhirnya ia menemukan kelompok Gay Nusantara di Surabaya yang tak lagi memandangnya sebelah mata. Kelompok ini membawanya ke ajang Miss Queen.
Di sisi lain, Vhenny Anggraeni yang juga menanti perlombaan yang digelar tahun 2022. Tak banyak yang sudah ia siapkan. Seperti kemampuan yang sudah ia pelajari sejak kecil, ia merasa yakin akan menampilkan tarian-tarian tradisional Indonesia. “Persiapan masih cenderung santai. Hanya masih belajar bahasa latin, targetku 6 bulan,” serunya. Memiliki latar belakang yang tak jauh berbeda. Vhenny memiliki pengalaman kerja di salon kecantikan, sebelum akhirnya ia bisa menggapai mimpinya sejak kecil untuk ikut dalam ajang kecantikan.
Ketiganya membawa misi kesetaraan hak sebagai manusia dan warga negara Indonesia. Dapat mengakses informasi dan hak yang sama.