Seniman dari Gianyar ini merekam masa kecil dalam karya seni ngodi.
Adat dan ritual Bali selalu berdampingan dengan seni. Peranti sarana dan prasana ritual upacara adat Bali misalnya. Hiasan dan ornamen setiap daerah mempunyai karaktertistik tersendiri. Sejak anak-anak, orang Bali terbiasa melihat aktivitas tersebut lalu mengabadikannya dalam pikiran. Dari sana, rekaman itu terus terjaga dalam ingatan anak-anak hingga dewasa.
Keterlibatan secara langsung tersebut memberikan pengalaman dan pelajaran serta mendidik pembentukan karekter seni.
Begitu pula pengalaman I Wayan Arnata. Sejak kecil ia biasa diajak kakeknya. Kebetulan kakeknya adalah seorang seniman yang sering terlibat dalam kegiatan ritual maupun adat di desanya. Sarana & prasana perlengkapan upacara khususnya di bagian seni hias-menghias dengan bahan kertas, benang serta media lainnya.
Dari pengalaman sejak kecil, Wayan Arnata kembali mengingat kembali memori kebersamaannya dengan kakeknya. Arnata mencoba menuangkan ide dari pengalaman sejak kecil memainkan media benang dan kanvas.
“Dari pengalaman itu berangkatnya saya memakai benang sebagai media dalam berkarya, “ tuturnya seniman asal Sukawati.
Lahirlah karya seni dengan teknik ngodi. Ngodi merupakan teknik kreasi benang tradisional Bali. Menemukan formula tekniknya menjadi hal paling sulit. Dalam karyanya ini Arnata memposisikan kearifan lokal dipadukan dengan modern sehingga terlahir karya kontemporer.
“Karya saya ini merupakan ekplorasi diri. Kebetulan sebelumnya mengambil seni lukis sempat ngukir kayu. Dari pengalaman dulu saya kemudian menerapkan pada media kayu,“ jelas Arnata. [b]